*Rumusan ke-16*
*LEBIH UTAMA MANA ANTARA SHOLAT JAMAAH TEPAT WAKTU DAN NGAJI*
Oleh: M. Muzakka
Pertanyaan:
Manakah yang lebih utama sholat jamaah tepat waktu atau mengakhirkan karena alasan ngaji?
*Jawaban*
Pada dasarnya hukum mengakhirkan sholat jamaah adalah diperbolehkan selama kita yakin menemukan jamaah diakhir waktu. Akan tetapi karena alasan ta'allum yang fardlu ain, maka kita wajib mengakhirkan sholat selama waktu sholat tidak sempit [maksudnya jika digunakan ngaji maka waktunya tidak cukup untuk digunakan sholat ada'] . Dan ia juga diwajibkan untuk azm [berkeinginan kuat untuk melakukannya] jika ingin mengakhirkannya.
NB : *_Yang dimaksud wajib azm disini adalah jika tidak azm lalu meninggal ia dosa, dan jika sudah azm diawal waktu lalu meninggal belum melakukan maka tidak berdosa._*
☑Ketika bertentangan antara sholat munfarid awal waktu dan sholat jamaah akhir waktu, maka yang lebih utama adalah sholat jamaah akhir waktu selama kita yakin menemukan jamaah diakhir waktu. *Namun* yang lebih baik dan utama sebagaimana yang diperintahkan Nabi SAW adalah mengerjakan dua-duanya, yaitu sholat munfarid dulu awal waktu lalu ikut sholat lagi berjamaah.
*Kesimpulan*
Yang lebih utama antara sholat jamaah awal waktu dan ngaji adalah ngaji selama kita yakin menemukan jamaah diakhir waktu.
*Hadza min ziyadati*
Shalat diawal waktu itu adalah lebih baik agar kita tidak mudah lalai atau terjerumus dari sifat kemasan yang menyebabkan menjadi orang yang pemalas. *Namun* jangan sampai kewajiban shalat dan waktu-waktu maupun batasan-batasannya yang telah ditentukan oleh syar’i baik dari segi kemudahan dan keutamaannya menyebabkan kita terjebak pada pemikiran yang kaku. Kita sering terjebak dengan pemahaman yang keras sehingga sifat Tasyaddud; keras tersebut justru malah memenjarakan diri kita sendiri, apalagi dalam rangka dakwah kita harus paham betul karakter masyarakat sehingga tidak memberatkan masyarakat.
*REFERENSI*
*١. تحفة المحتاج في شرح المنهاج*
(قَوْلُهُ وَيَجِبُ إلَخْ) عِبَارَةُ النِّهَايَةِ وَيَجِبُ عَلَيْهِ تَأْخِيرُ الصَّلَاةِ لِأَجْلِ التَّعَلُّمِ إلا أَنْ يَضِيقَ وَقْتُهَا فَلَا تَجُوزُ الصَّلَاةُ لِلْقَادِرِ عَلَيْهِ مَا دَامَ الْوَقْتُ مُتَّسِعًا فَإِنْ ضَاقَ الْوَقْتُ صَلَّى لِحُرْمَتِهِ وَأَعَادَ كَكُلِّ صَلَاةٍ تَرَكَ التَّعَلُّمَ لَهَا مَعَ إمْكَانِهِ ا هـ.
*٢. بغية المسترشدين صـ ٦٣*
فائدة : يجب على الشخص بدخول الوقت إما فعل الصلاة أو العزم عليها في الوقت وإلا عصي ، أي وإن فعلها في الوقت اهـ ع ش ، اهـ (م ر) فإن مات بعد العزم والوقت يسعها لم يعص إلى ان قال ومعنى العزم القصد والتصميم على الفعل اهـ باجوري.
Makna Pesantren
“ _*Faidah* : Wajib bagi seseorang sebab masuknya waktu sholat yaitu adakalanya langsung mengerjakan sholat atau azm ( niat melakukan ) nya pada waktunya. Dan jika ia tidak demikian (maksudnya pada awal waktu tidak terbesit dalam hatinya niat mengerjakannya pada pertengahan atau akhir waktu ), maka ia berdosa walaupun ia mengerjakannya pada waktunya, selesai . jika ia meninggal setelah azm dan waktu masih muat untuk melakukan sholat, maka ia tidak berdosa ( karena sudah azm ). Sampai pada perkataan pengarang... Dan makna azm adalah ada keinginan dan tekad bulat untuk melakukannya, selesai Bajuri”._
*٣. فتح الوهاب بشرح منهج الطلاب الجزء الأول صـ ٣٥*
وَوُجُوبُهَا مُوسَعٌ إلَى أَنْ يَبْقَى مَا يَسَعُهَا فَإِنْ أَرَادَ تَأْخِيرَهَا إلَى أَثْنَاءِ وَقْتِهَا لَزِمَهُ الْعَزْمُ عَلَى فِعْلِهَا عَلَى الْأَصَحِّ فِي الْمَجْمُوعِ والتحقيق.
Makna Pesantren
“ _Adapun wajibnya sholat itu adalah wajib yang waktunya dilonggarkan sampai pada waktu yang muat untuk melakukan sholat. Maka jika seseorang menghendaki untuk mengakhirkan melakukannya pada pertengahan waktu, wajib baginya untuk azm ( ada keinginan dan tekad bulat ) untuk melakukannya menurut pendapat yang paling shohih dalam Kitab Majmu’ dan At-Tahqiq ”._
*٥. المجموع شرح المهذب ج ٢ ص ٣٠٣*
( فَرْعٌ ) اخْتَلَفَ كَلَامُ الْأَصْحَابِ فِي تَأْخِيرِ الصَّلَاةِ عَنْ أَوَّلِ الْوَقْتِ إلَى أَثْنَائِهِ لِانْتِظَارِ الْجَمَاعَةِ ، فَقَطَعَ أَبُو الْقَاسِمِ الدَّارَكِيُّ ، وَأَبُو عَلِيٍّ الطَّبَرِيُّ ، وَصَاحِبُ الْحَاوِي وَآخَرُونَ مِنْ كِبَارِ الْعِرَاقِيِّين
َ بِاسْتِحْبَابِ التَّأْخِيرِ وَتَفْضِيلِهِ عَلَى فَضِيلَةِ أَوَّلِ الْوَقْتِ ، وَقَطَعَ أَكْثَرُ الْخُرَاسَانِيِّينَ بِأَنَّ تَقْدِيمَ الصَّلَاةِ مُنْفَرِدًا أَفْضَلُ ، وَنَقَلَ إمَامُ الْحَرَمَيْنِ وَالْغَزَالِيُّ فِي الْبَسِيطِ أَنَّهُ لَا خِلَافَ فِيهِ ، وَنَقَلَ جَمَاعَاتٌ مِنْ الْأَصْحَابِ أَنَّهُ إنْ رَجَا الْجَمَاعَةَ فِي آخِرِ الْوَقْتِ وَلَمْ يَتَحَقَّقْهَا فَفِي اسْتِحْبَابِ التَّأْخِيرِ وَجْهَانِ بِنَاءً عَلَى الْقَوْلَيْنِ فِي التَّيَمُّمِ .
وَحَكَى صَاحِبَا الشَّامِلِ وَالْبَيَانِ هَذَا عَنْ الْأَصْحَابِ مُطْلَقًا ، وَنَقَلَ الرُّويَانِيُّ عَنْ الْقَاضِي أَبِي عَلِيٍّ الْبَنْدَنِيجِيِّ أَنَّهُ قَالَ : قَالَ الشَّافِعِيُّ فِي الْأُمِّ : التَّقْدِيمُ أَوَّلَ الْوَقْتِ مُنْفَرِدًا أَفْضَلُ ، وَقَالَ فِي الْإِمْلَاءِ : التَّأْخِيرُ لِلْجَمَاعَةِ أَفْضَلُ ، وَقَالَ الْقَاضِي أَبُو الطَّيِّبِ : حُكْمُ الْجَمَاعَةِ حُكْمُ التَّيَمُّمِ ، إنْ تَيَقَّنَ الْجَمَاعَةَ آخِرَ الْوَقْتِ فَالتَّأْخِيرُ أَفْضَلُ ، وَإِنْ تَيَقَّنَ عَدَمَهَا فَالتَّقْدِيمُ أَفْضَلُ ، وَإِنْ رَجَا الْأَمْرَيْنِ فَعَلَى الْقَوْلَيْنِ . وَهَذَا الَّذِي حَكَاهُ عَنْ الْقَاضِي أَبِي الطَّيِّبِ هُوَ الَّذِي ذَكَرَهُ أَبُو عَلِيٍّ الْبَنْدَنِيجِيُّ فِي جَامِعِهِ ، كَذَا رَأَيْتُهُ فِي نُسْخَةٍ مُعْتَمَدَةٍ مِنْهُ ، فَهَذَا كَلَامُ الْأَصْحَابِ فِي الْمَسْأَلَةِ .
وَقَدْ ثَبَتَ فِي صَحِيحِ مُسْلِمٍ : { أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخْبَرَ أَنَّهُ سَيَجِيءُ أَئِمَّةٌ يُؤَخِّرُونَ الصَّلَاةَ عَنْ أَوَّلِ وَقْتِهَا ، قَالَ : فَصَلُّوا الصَّلَاةَ لِوَقْتِهَا وَاجْعَلُوا صَلَاتَكُمْ مَعَهُمْ نَافِلَةً } *فَاَلَّذِي نَخْتَارُهُ أَنَّهُ يَفْعَلُ مَا أَمَرَهُ بِهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيُصَلِّي مَرَّتَيْنِ مَرَّةً فِي أَوَّلِ الْوَقْتِ مُنْفَرِدًا لِتَحْصِيلِ فَضِيلَةِ أَوَّلِ الْوَقْتِ ، وَمَرَّةً فِي آخِرِهِ مَعَ الْجَمَاعَةِ لِتَحْصِيلِ فَضِيلَتِهَا* ، وَقَدْ صَرَّحَ أَصْحَابُنَا بِاسْتِحْبَابِ الصَّلَاةِ مَرَّتَيْنِ عَلَى مَا ذَكَرْنَاهُ فِي بَابِ صَلَاةِ الْجَمَاعَةِ ، وَسَنَبْسُطُهُ هُنَاكَ إنْ شَاءَ اللَّهُ تَعَالَى ، *فَإِنْ أَرَادَ الِاقْتِصَارَ عَلَى صَلَاةٍ وَاحِدَةٍ - فَإِنْ تَيَقَّنَ حُصُولَ الْجَمَاعَةِ آخِرَ الْوَقْتِ - فَالتَّأْخِيرُ أَفْضَلُ لِتَحْصِيلِ شِعَارِهَا الظَّاهِرِ ; وَلِأَنَّهَا فَرْضُ كِفَايَةٍ عَلَى الصَّحِيحِ فِي مَذْهَبِنَا وَفَرْضُ عَيْنٍ عَلَى وَجْهٍ لَنَا* ، وَهُوَ قَوْلُ ابْنِ خُزَيْمَةَ مِنْ أَصْحَابِنَا ، وَهُوَ مَذْهَبُ أَحْمَدَ بْنِ حَنْبَلٍ وَطَائِفَةٍ ، فَفِي تَحْصِيلِهَا خُرُوجٌ مِنْ الْخِلَافِ ، وَلَمْ يَقُلْ أَحَدٌ يَأْثَمُ بِتَأْخِيرِهَا ، وَيُحْتَمَلُ أَنْ يُقَالَ : إنْ فَحُشَ التَّأْخِيرُ فَالتَّقْدِيمُ أَفْضَلُ ، وَإِنْ خَفَّ فَالِانْتِظَارُ أَفْضَلُ وَاَللَّهُ أَعْلَمُ .
*LEBIH UTAMA MANA ANTARA SHOLAT JAMAAH TEPAT WAKTU DAN NGAJI*
Oleh: M. Muzakka
Pertanyaan:
Manakah yang lebih utama sholat jamaah tepat waktu atau mengakhirkan karena alasan ngaji?
*Jawaban*
Pada dasarnya hukum mengakhirkan sholat jamaah adalah diperbolehkan selama kita yakin menemukan jamaah diakhir waktu. Akan tetapi karena alasan ta'allum yang fardlu ain, maka kita wajib mengakhirkan sholat selama waktu sholat tidak sempit [maksudnya jika digunakan ngaji maka waktunya tidak cukup untuk digunakan sholat ada'] . Dan ia juga diwajibkan untuk azm [berkeinginan kuat untuk melakukannya] jika ingin mengakhirkannya.
NB : *_Yang dimaksud wajib azm disini adalah jika tidak azm lalu meninggal ia dosa, dan jika sudah azm diawal waktu lalu meninggal belum melakukan maka tidak berdosa._*
☑Ketika bertentangan antara sholat munfarid awal waktu dan sholat jamaah akhir waktu, maka yang lebih utama adalah sholat jamaah akhir waktu selama kita yakin menemukan jamaah diakhir waktu. *Namun* yang lebih baik dan utama sebagaimana yang diperintahkan Nabi SAW adalah mengerjakan dua-duanya, yaitu sholat munfarid dulu awal waktu lalu ikut sholat lagi berjamaah.
*Kesimpulan*
Yang lebih utama antara sholat jamaah awal waktu dan ngaji adalah ngaji selama kita yakin menemukan jamaah diakhir waktu.
*Hadza min ziyadati*
Shalat diawal waktu itu adalah lebih baik agar kita tidak mudah lalai atau terjerumus dari sifat kemasan yang menyebabkan menjadi orang yang pemalas. *Namun* jangan sampai kewajiban shalat dan waktu-waktu maupun batasan-batasannya yang telah ditentukan oleh syar’i baik dari segi kemudahan dan keutamaannya menyebabkan kita terjebak pada pemikiran yang kaku. Kita sering terjebak dengan pemahaman yang keras sehingga sifat Tasyaddud; keras tersebut justru malah memenjarakan diri kita sendiri, apalagi dalam rangka dakwah kita harus paham betul karakter masyarakat sehingga tidak memberatkan masyarakat.
*REFERENSI*
*١. تحفة المحتاج في شرح المنهاج*
(قَوْلُهُ وَيَجِبُ إلَخْ) عِبَارَةُ النِّهَايَةِ وَيَجِبُ عَلَيْهِ تَأْخِيرُ الصَّلَاةِ لِأَجْلِ التَّعَلُّمِ إلا أَنْ يَضِيقَ وَقْتُهَا فَلَا تَجُوزُ الصَّلَاةُ لِلْقَادِرِ عَلَيْهِ مَا دَامَ الْوَقْتُ مُتَّسِعًا فَإِنْ ضَاقَ الْوَقْتُ صَلَّى لِحُرْمَتِهِ وَأَعَادَ كَكُلِّ صَلَاةٍ تَرَكَ التَّعَلُّمَ لَهَا مَعَ إمْكَانِهِ ا هـ.
*٢. بغية المسترشدين صـ ٦٣*
فائدة : يجب على الشخص بدخول الوقت إما فعل الصلاة أو العزم عليها في الوقت وإلا عصي ، أي وإن فعلها في الوقت اهـ ع ش ، اهـ (م ر) فإن مات بعد العزم والوقت يسعها لم يعص إلى ان قال ومعنى العزم القصد والتصميم على الفعل اهـ باجوري.
Makna Pesantren
“ _*Faidah* : Wajib bagi seseorang sebab masuknya waktu sholat yaitu adakalanya langsung mengerjakan sholat atau azm ( niat melakukan ) nya pada waktunya. Dan jika ia tidak demikian (maksudnya pada awal waktu tidak terbesit dalam hatinya niat mengerjakannya pada pertengahan atau akhir waktu ), maka ia berdosa walaupun ia mengerjakannya pada waktunya, selesai . jika ia meninggal setelah azm dan waktu masih muat untuk melakukan sholat, maka ia tidak berdosa ( karena sudah azm ). Sampai pada perkataan pengarang... Dan makna azm adalah ada keinginan dan tekad bulat untuk melakukannya, selesai Bajuri”._
*٣. فتح الوهاب بشرح منهج الطلاب الجزء الأول صـ ٣٥*
وَوُجُوبُهَا مُوسَعٌ إلَى أَنْ يَبْقَى مَا يَسَعُهَا فَإِنْ أَرَادَ تَأْخِيرَهَا إلَى أَثْنَاءِ وَقْتِهَا لَزِمَهُ الْعَزْمُ عَلَى فِعْلِهَا عَلَى الْأَصَحِّ فِي الْمَجْمُوعِ والتحقيق.
Makna Pesantren
“ _Adapun wajibnya sholat itu adalah wajib yang waktunya dilonggarkan sampai pada waktu yang muat untuk melakukan sholat. Maka jika seseorang menghendaki untuk mengakhirkan melakukannya pada pertengahan waktu, wajib baginya untuk azm ( ada keinginan dan tekad bulat ) untuk melakukannya menurut pendapat yang paling shohih dalam Kitab Majmu’ dan At-Tahqiq ”._
*٥. المجموع شرح المهذب ج ٢ ص ٣٠٣*
( فَرْعٌ ) اخْتَلَفَ كَلَامُ الْأَصْحَابِ فِي تَأْخِيرِ الصَّلَاةِ عَنْ أَوَّلِ الْوَقْتِ إلَى أَثْنَائِهِ لِانْتِظَارِ الْجَمَاعَةِ ، فَقَطَعَ أَبُو الْقَاسِمِ الدَّارَكِيُّ ، وَأَبُو عَلِيٍّ الطَّبَرِيُّ ، وَصَاحِبُ الْحَاوِي وَآخَرُونَ مِنْ كِبَارِ الْعِرَاقِيِّين
َ بِاسْتِحْبَابِ التَّأْخِيرِ وَتَفْضِيلِهِ عَلَى فَضِيلَةِ أَوَّلِ الْوَقْتِ ، وَقَطَعَ أَكْثَرُ الْخُرَاسَانِيِّينَ بِأَنَّ تَقْدِيمَ الصَّلَاةِ مُنْفَرِدًا أَفْضَلُ ، وَنَقَلَ إمَامُ الْحَرَمَيْنِ وَالْغَزَالِيُّ فِي الْبَسِيطِ أَنَّهُ لَا خِلَافَ فِيهِ ، وَنَقَلَ جَمَاعَاتٌ مِنْ الْأَصْحَابِ أَنَّهُ إنْ رَجَا الْجَمَاعَةَ فِي آخِرِ الْوَقْتِ وَلَمْ يَتَحَقَّقْهَا فَفِي اسْتِحْبَابِ التَّأْخِيرِ وَجْهَانِ بِنَاءً عَلَى الْقَوْلَيْنِ فِي التَّيَمُّمِ .
وَحَكَى صَاحِبَا الشَّامِلِ وَالْبَيَانِ هَذَا عَنْ الْأَصْحَابِ مُطْلَقًا ، وَنَقَلَ الرُّويَانِيُّ عَنْ الْقَاضِي أَبِي عَلِيٍّ الْبَنْدَنِيجِيِّ أَنَّهُ قَالَ : قَالَ الشَّافِعِيُّ فِي الْأُمِّ : التَّقْدِيمُ أَوَّلَ الْوَقْتِ مُنْفَرِدًا أَفْضَلُ ، وَقَالَ فِي الْإِمْلَاءِ : التَّأْخِيرُ لِلْجَمَاعَةِ أَفْضَلُ ، وَقَالَ الْقَاضِي أَبُو الطَّيِّبِ : حُكْمُ الْجَمَاعَةِ حُكْمُ التَّيَمُّمِ ، إنْ تَيَقَّنَ الْجَمَاعَةَ آخِرَ الْوَقْتِ فَالتَّأْخِيرُ أَفْضَلُ ، وَإِنْ تَيَقَّنَ عَدَمَهَا فَالتَّقْدِيمُ أَفْضَلُ ، وَإِنْ رَجَا الْأَمْرَيْنِ فَعَلَى الْقَوْلَيْنِ . وَهَذَا الَّذِي حَكَاهُ عَنْ الْقَاضِي أَبِي الطَّيِّبِ هُوَ الَّذِي ذَكَرَهُ أَبُو عَلِيٍّ الْبَنْدَنِيجِيُّ فِي جَامِعِهِ ، كَذَا رَأَيْتُهُ فِي نُسْخَةٍ مُعْتَمَدَةٍ مِنْهُ ، فَهَذَا كَلَامُ الْأَصْحَابِ فِي الْمَسْأَلَةِ .
وَقَدْ ثَبَتَ فِي صَحِيحِ مُسْلِمٍ : { أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَخْبَرَ أَنَّهُ سَيَجِيءُ أَئِمَّةٌ يُؤَخِّرُونَ الصَّلَاةَ عَنْ أَوَّلِ وَقْتِهَا ، قَالَ : فَصَلُّوا الصَّلَاةَ لِوَقْتِهَا وَاجْعَلُوا صَلَاتَكُمْ مَعَهُمْ نَافِلَةً } *فَاَلَّذِي نَخْتَارُهُ أَنَّهُ يَفْعَلُ مَا أَمَرَهُ بِهِ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَيُصَلِّي مَرَّتَيْنِ مَرَّةً فِي أَوَّلِ الْوَقْتِ مُنْفَرِدًا لِتَحْصِيلِ فَضِيلَةِ أَوَّلِ الْوَقْتِ ، وَمَرَّةً فِي آخِرِهِ مَعَ الْجَمَاعَةِ لِتَحْصِيلِ فَضِيلَتِهَا* ، وَقَدْ صَرَّحَ أَصْحَابُنَا بِاسْتِحْبَابِ الصَّلَاةِ مَرَّتَيْنِ عَلَى مَا ذَكَرْنَاهُ فِي بَابِ صَلَاةِ الْجَمَاعَةِ ، وَسَنَبْسُطُهُ هُنَاكَ إنْ شَاءَ اللَّهُ تَعَالَى ، *فَإِنْ أَرَادَ الِاقْتِصَارَ عَلَى صَلَاةٍ وَاحِدَةٍ - فَإِنْ تَيَقَّنَ حُصُولَ الْجَمَاعَةِ آخِرَ الْوَقْتِ - فَالتَّأْخِيرُ أَفْضَلُ لِتَحْصِيلِ شِعَارِهَا الظَّاهِرِ ; وَلِأَنَّهَا فَرْضُ كِفَايَةٍ عَلَى الصَّحِيحِ فِي مَذْهَبِنَا وَفَرْضُ عَيْنٍ عَلَى وَجْهٍ لَنَا* ، وَهُوَ قَوْلُ ابْنِ خُزَيْمَةَ مِنْ أَصْحَابِنَا ، وَهُوَ مَذْهَبُ أَحْمَدَ بْنِ حَنْبَلٍ وَطَائِفَةٍ ، فَفِي تَحْصِيلِهَا خُرُوجٌ مِنْ الْخِلَافِ ، وَلَمْ يَقُلْ أَحَدٌ يَأْثَمُ بِتَأْخِيرِهَا ، وَيُحْتَمَلُ أَنْ يُقَالَ : إنْ فَحُشَ التَّأْخِيرُ فَالتَّقْدِيمُ أَفْضَلُ ، وَإِنْ خَفَّ فَالِانْتِظَارُ أَفْضَلُ وَاَللَّهُ أَعْلَمُ .
Komentar
Posting Komentar
Harap berkomentar yang baik