🌿🌸 HUKUM MAKAN BEKICOT 💎🌻
(Channel Telegram Ngaji FIQH)
Ust, apa hukum makan bekicot/siput?
Jawaban :
Memakan bekicot/siput/snail [al-halazun/الحلزون] diperselisihkan para ulama. Sebagian ulama membolehkannya, sedangkan jumhur ulama melarangnya. Guru kami, Syaikh Ahmad Hajin hafidzahullaah mengatakan bahwa hewan tersebut halal. Majelis Ulama Indonesia menyatakan keharamannya.
Pokok permasalahannya dalam hal ini adalah hukum memakan hewan yang tidak mempunyai darah yang mengalir, seperti : ular, cacing, kalajengking, semut, lebah, kecoak, kutu, dan seluruh jenis hasyarat (hewan-hewan tanah) [dan mereka mengecualikan beberapa hewan yang disebutkan dalil tentang kehalalannya, seperti misal : belalang dan hewan air].
Perlu digaris bawahi bahwa kerang laut dan tutut berbeda dengan bekicot. Hukum hewan air halal untuk dimakan berdasarkan hadits.
Apakah ashl juz’iy jenis makanan ini haram – dimana ia adalah ashl yang keluar dari ashl kulliy diperbolehkannya semua jenis makanan dan daging – karena ia termasuk jenis makanan yang buruk, kecuali jika ada dalil yang membolehkannya seperti belalang. Hal ini didasarkan oleh firman Allah Ta'ala :
وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ
“Dan Allah menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk” (QS. Al-A’raaf : 157)
Ataukah, ashl juz’iy jenis makanan ini tidaklah keluar dari ashl kulliy-nya, yaitu boleh kecuali ada dalil yang melarangnya berdasarkan firman Allah Ta'ala :
هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الأرْضِ جَمِيعًا
“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu” (QS. Al-Baqarah : 29)
وَمَا لَكُمْ أَلا تَأْكُلُوا مِمَّا ذُكِرَ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ وَقَدْ فَصَّلَ لَكُمْ مَا حَرَّمَ عَلَيْكُمْ إِلا مَا اضْطُرِرْتُمْ إِلَيْهِ
“Mengapa kamu tidak mau memakan [binatang-binatang yang halal] yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya, padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya” (QS. Al-An’aam : 119)
Ulama yang membolehkan makan bekicot beralasan tidak ada dalil shahih dan sharih yang menyatakan keharamannya, sehingga ia kembali pada hukum asal kebolehannya. Imam Malik rahimahullah menyerupakannya dengan belalang.
Dalam kitab Al-Mudawwanah (1/542) disebutkan :
سئل مالك عن شيء يكون في المغرب يقال له الحلزون يكون في الصحارى يتعلق بالشجر أيؤكل ؟ قال : أراه مثل الجراد ، ما أخذ منه حيّاً فسلق أو شوي : فلا أرى بأكله بأساً , وما وجد منه ميتاً : فلا يؤكل
Malik pernah ditanya tentang hewan yang ada di negeri Maroko yang disebut halazun [siput] yang hidup di padang pasir, menempel di pepohonan. Bolehkah ia dimakan?. Malik berkata : ‘Aku berpendapat ia seperti belalang. Jika ia diambil dalam keadaan hidup, lalu direbus atau dipanggang, maka aku berpendapat tidak mengapa memakannya. Apabila didapati dalam keadaan mati, maka tidak boleh dimakan” [selesai].
Pendapat yang lebih kuat – wallaahu a’lam – bekicot hukumnya haram [dimakan] dengan alasan:
1. Bekicot termasuk jenis hewan yang tidak mempunyai darah mengalir sehingga tidak dapat disembelih. Allah Ta'ala berfirman :
حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَالدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ وَالْمُنْخَنِقَةُ وَالْمَوْقُوذَةُ وَالْمُتَرَدِّيَةُ وَالنَّطِيحَةُ وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ إِلا مَا ذَكَّيْتُمْ
“Diharamkan bagimu [memakan] bangkai, darah, daging babi, [daging hewan] yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya” (QS. Al-Ma'idah : 3).
Hewan yang tidak dapat disembelih, tidak dapat tidak, ketika memakannya pasti dalam keadaan mati [bangkai]. Allah Ta'ala berfirman :
قُلْ لا أَجِدُ فِي مَا أُوحِيَ إِلَيَّ مُحَرَّمًا عَلَى طَاعِمٍ يَطْعَمُهُ إِلا أَنْ يَكُونَ مَيْتَةً أَوْ دَمًا مَسْفُوحًا أَوْ لَحْمَ خِنْزِيرٍ فَإِنَّهُ رِجْسٌ أَوْ فِسْقًا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ
“Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi, karena sesungguhnya semua itu kotor atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah” (QS. Al-An’am : 153).
Ibnu Hazm rahimahullah berkata :
وَلَا يَحِلُّ أَكْلُ الْحَلَزُونِ الْبَرِّيِّ، وَلَا شَيْءٍ مِنَ الْحَشَرَاتِ كُلِّهَا ... لِقَوْلِ اللَّهِ تَعَالَى: حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ. وَقَوْلِهِ تَعَالَى: إِلا مَا ذَكَّيْتُمْ. وَقَدْ صَحَّ الْبُرْهَانُ عَلَى أَنَّ الذَّكَاةَ فِي الْمَقْدُورِ عَلَيْهِ لَا تَكُونُ إِلَّا فِي الْحَلْقِ أَوِ الصَّدْرِ، فَمَا لَمْ يُقْدَرْ فِيهِ عَلَى ذَكَاةٍ فَلَا سَبِيلَ إِلَى أَكْلِهِ: فَهُوَ حَرَامٌ.
“Tidak dihalalkan makan keong darat [bekicot] dan semua jenis hasyarat ... berdasarkan firman Allah Ta'ala : ‘Diharamkan bagimu (memakan) bangkai’ (QS. Al-Ma'idah : 3) dan firman-Nya Ta'ala : ‘kecuali yang sempat kamu menyembelihnya’ (QS. Al-Ma'idah : 3).
Dan telah shahih dalam nash bahwa penyembelihan itu dilakukan pada tempat yang telah ditentukan, yaitu pada tenggorokan atau dada. Dan sesuatu yang tidak sanggup untuk disembelih, maka tidak boleh dimakan. Haram hukumnya” (Al-Muhallaa, 6/76-77).
Dan syari’at telah mengecualikan belalang serta hewan air tentang kehalalannya dari hewan yang tidak dapat disembelih ini, sehingga dapat dimakan meskipun dalam keadaan telah mati [bangkai]. Dari ‘Abdullah Ibn ‘Umar radliyallaahu ‘anhuma, ia berkata :
أُحِلَّتْ لَنَا مَيْتَتَانِ وَدَمَانِ: الْجَرَادُ، وَالْحِيتَانِ، وَالْكَبِدُ، وَالطِّحَالُ
“Telah dilhalalkan bagi kami dua macam bangkai dan dua macam darah, yaitu : belalang dan ikan, serta hati dan limpa” (Diriwayatkan oleh Al-Baihaqiy dalam Ash-Shughra 4/55 No. 3894-3895 dan dalam Al-Kubra 1/254).
Oleh karena itu, bekicot masuk dalam keumuman keharaman bangkai. Dengan demikian, mengqiyaskan bekicot dengan belalang – sebagaimana madzhab Al-Imam Malik rahimahullah - adalah tidak tepat, karena itu termasuk qiyas terhadap sesuatu yang menyelisihi qiyas. Belalang adalah binatang yang dikecualikan dari keumuman bangkai berdasarkan nash, sedangkan bekicot termasuk dari keumuman tersebut. Lantas, bagaimana hal itu bisa diqiyaskan ?
2. Berkaitan dengan nomor 1, bekicot kedudukannya sama dengan jenis-jenis serangga dan termasuk hasyarat yang tidak punya nilai jual menurut syari’at. Sedangkan syarat komoditi yang dapat diperjualbelikan adalah halal dan bermanfaat.
Imam Ibnu Rajab Al-Hanbaliy rahimahullah berkata :
وأما بقية الحيوانات التي لا تؤكل فما لا نفع فيه كالحشرات ونحوه لا يجوز بيعه وما يذكر من نفع في بعضها فهو قليل فلا يكون مبيحا للبيع كما لم يبح النبي صلى الله عليه وسلم بيع الميتة لما ذكر له ما فيها من الانتفاع
“Dan adapun binatang-binatang lain yang tidak boleh dimakan dan tidak ada manfaatnya seperti hasyarat dan yang sejenisnya, tidak boleh diperjual-belikan. Dan yang disebutkan dalam sebagian jenisnya, maka kegunaan itu kecil sehingga tidak menjadi boleh untuk diperjual-belikan, sebagaimana Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam tidak memperbolehkan penjualan bangkai hanya karena disebutkan adanya manfaat padanya” (Jami' Al-‘Ulum wal-Hikam, hal. 879)
3. Terdapat ijma' haramnya hewan yang buruk, ular, dan kalajengking sebagaimana dikatakan Imam Ibnu Taimiyyah rahimahullah :
أكلُ الخبائثِ، وأكلُ الحيَّاتِ والعقاربِ حرامٌ بإجماعِ المسلمينَ
“Memakan sesuatu yang buruk [khaba'its] ular, dan kalajengking adalah haram menurut ijma’ kaum muslimin” (Majmu' Al-Fatawa, 11/609).
Sebelumnya, Imam Ibnu Hubairah rahimahullah berkata :
اتفقوا على أن حشرات الأرض محرمة
“Para ulama bersepakat bahwa hewan hasyarat tanah diharamkan” (Ar-Raudlul-Murbii’, 7/424).
Imam Nawawi berkata,
في مذاهب العلماء في حشرات الارض كالحيات والعقارب والجعلان وبنات وردان والفار ونحوها مذهبنا انها حرام وبه قال أبو حنيفة وأحمد وداود وقال مالك حلال
“Dalam madzhab ulama dan madzhab kami [Syafi’iyah] hukum hasyarat darat [seperti ular, kalajengking, kumbang, kecoak, dan tikus] itu haram. Demikian pula pendapat Imam Abu Hanifah, Imam Ahmad, dan Daud [Adz-Dzohiri]. Sedangkan Imam Malik berpendapat bahwa hasyarat itu halal.” (Al-Majmu', 9/16)
Ular dan kalajengking termasuk jenis hasyarat, sama seperti bekicot. Hasyarat diharamkan kecuali yang disebutkan dalil akan kehalalannya.
4. Bekicot termasuk jenis makanan yang buruk.
Wallaahu a’lam.
🌸 Yuk Share.
(Channel Telegram Ngaji FIQH)
Ust, apa hukum makan bekicot/siput?
Jawaban :
Memakan bekicot/siput/snail [al-halazun/الحلزون] diperselisihkan para ulama. Sebagian ulama membolehkannya, sedangkan jumhur ulama melarangnya. Guru kami, Syaikh Ahmad Hajin hafidzahullaah mengatakan bahwa hewan tersebut halal. Majelis Ulama Indonesia menyatakan keharamannya.
Pokok permasalahannya dalam hal ini adalah hukum memakan hewan yang tidak mempunyai darah yang mengalir, seperti : ular, cacing, kalajengking, semut, lebah, kecoak, kutu, dan seluruh jenis hasyarat (hewan-hewan tanah) [dan mereka mengecualikan beberapa hewan yang disebutkan dalil tentang kehalalannya, seperti misal : belalang dan hewan air].
Perlu digaris bawahi bahwa kerang laut dan tutut berbeda dengan bekicot. Hukum hewan air halal untuk dimakan berdasarkan hadits.
Apakah ashl juz’iy jenis makanan ini haram – dimana ia adalah ashl yang keluar dari ashl kulliy diperbolehkannya semua jenis makanan dan daging – karena ia termasuk jenis makanan yang buruk, kecuali jika ada dalil yang membolehkannya seperti belalang. Hal ini didasarkan oleh firman Allah Ta'ala :
وَيُحِلُّ لَهُمُ الطَّيِّبَاتِ وَيُحَرِّمُ عَلَيْهِمُ الْخَبَائِثَ
“Dan Allah menghalalkan bagi mereka segala yang baik dan mengharamkan bagi mereka segala yang buruk” (QS. Al-A’raaf : 157)
Ataukah, ashl juz’iy jenis makanan ini tidaklah keluar dari ashl kulliy-nya, yaitu boleh kecuali ada dalil yang melarangnya berdasarkan firman Allah Ta'ala :
هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الأرْضِ جَمِيعًا
“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu” (QS. Al-Baqarah : 29)
وَمَا لَكُمْ أَلا تَأْكُلُوا مِمَّا ذُكِرَ اسْمُ اللَّهِ عَلَيْهِ وَقَدْ فَصَّلَ لَكُمْ مَا حَرَّمَ عَلَيْكُمْ إِلا مَا اضْطُرِرْتُمْ إِلَيْهِ
“Mengapa kamu tidak mau memakan [binatang-binatang yang halal] yang disebut nama Allah ketika menyembelihnya, padahal sesungguhnya Allah telah menjelaskan kepada kamu apa yang diharamkan-Nya atasmu, kecuali apa yang terpaksa kamu memakannya” (QS. Al-An’aam : 119)
Ulama yang membolehkan makan bekicot beralasan tidak ada dalil shahih dan sharih yang menyatakan keharamannya, sehingga ia kembali pada hukum asal kebolehannya. Imam Malik rahimahullah menyerupakannya dengan belalang.
Dalam kitab Al-Mudawwanah (1/542) disebutkan :
سئل مالك عن شيء يكون في المغرب يقال له الحلزون يكون في الصحارى يتعلق بالشجر أيؤكل ؟ قال : أراه مثل الجراد ، ما أخذ منه حيّاً فسلق أو شوي : فلا أرى بأكله بأساً , وما وجد منه ميتاً : فلا يؤكل
Malik pernah ditanya tentang hewan yang ada di negeri Maroko yang disebut halazun [siput] yang hidup di padang pasir, menempel di pepohonan. Bolehkah ia dimakan?. Malik berkata : ‘Aku berpendapat ia seperti belalang. Jika ia diambil dalam keadaan hidup, lalu direbus atau dipanggang, maka aku berpendapat tidak mengapa memakannya. Apabila didapati dalam keadaan mati, maka tidak boleh dimakan” [selesai].
Pendapat yang lebih kuat – wallaahu a’lam – bekicot hukumnya haram [dimakan] dengan alasan:
1. Bekicot termasuk jenis hewan yang tidak mempunyai darah mengalir sehingga tidak dapat disembelih. Allah Ta'ala berfirman :
حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ وَالدَّمُ وَلَحْمُ الْخِنْزِيرِ وَمَا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ وَالْمُنْخَنِقَةُ وَالْمَوْقُوذَةُ وَالْمُتَرَدِّيَةُ وَالنَّطِيحَةُ وَمَا أَكَلَ السَّبُعُ إِلا مَا ذَكَّيْتُمْ
“Diharamkan bagimu [memakan] bangkai, darah, daging babi, [daging hewan] yang disembelih atas nama selain Allah, yang tercekik, yang dipukul, yang jatuh, yang ditanduk, dan yang diterkam binatang buas, kecuali yang sempat kamu menyembelihnya” (QS. Al-Ma'idah : 3).
Hewan yang tidak dapat disembelih, tidak dapat tidak, ketika memakannya pasti dalam keadaan mati [bangkai]. Allah Ta'ala berfirman :
قُلْ لا أَجِدُ فِي مَا أُوحِيَ إِلَيَّ مُحَرَّمًا عَلَى طَاعِمٍ يَطْعَمُهُ إِلا أَنْ يَكُونَ مَيْتَةً أَوْ دَمًا مَسْفُوحًا أَوْ لَحْمَ خِنْزِيرٍ فَإِنَّهُ رِجْسٌ أَوْ فِسْقًا أُهِلَّ لِغَيْرِ اللَّهِ بِهِ
“Katakanlah: "Tiadalah aku peroleh dalam wahyu yang diwahyukan kepadaku, sesuatu yang diharamkan bagi orang yang hendak memakannya, kecuali kalau makanan itu bangkai, atau darah yang mengalir atau daging babi, karena sesungguhnya semua itu kotor atau binatang yang disembelih atas nama selain Allah” (QS. Al-An’am : 153).
Ibnu Hazm rahimahullah berkata :
وَلَا يَحِلُّ أَكْلُ الْحَلَزُونِ الْبَرِّيِّ، وَلَا شَيْءٍ مِنَ الْحَشَرَاتِ كُلِّهَا ... لِقَوْلِ اللَّهِ تَعَالَى: حُرِّمَتْ عَلَيْكُمُ الْمَيْتَةُ. وَقَوْلِهِ تَعَالَى: إِلا مَا ذَكَّيْتُمْ. وَقَدْ صَحَّ الْبُرْهَانُ عَلَى أَنَّ الذَّكَاةَ فِي الْمَقْدُورِ عَلَيْهِ لَا تَكُونُ إِلَّا فِي الْحَلْقِ أَوِ الصَّدْرِ، فَمَا لَمْ يُقْدَرْ فِيهِ عَلَى ذَكَاةٍ فَلَا سَبِيلَ إِلَى أَكْلِهِ: فَهُوَ حَرَامٌ.
“Tidak dihalalkan makan keong darat [bekicot] dan semua jenis hasyarat ... berdasarkan firman Allah Ta'ala : ‘Diharamkan bagimu (memakan) bangkai’ (QS. Al-Ma'idah : 3) dan firman-Nya Ta'ala : ‘kecuali yang sempat kamu menyembelihnya’ (QS. Al-Ma'idah : 3).
Dan telah shahih dalam nash bahwa penyembelihan itu dilakukan pada tempat yang telah ditentukan, yaitu pada tenggorokan atau dada. Dan sesuatu yang tidak sanggup untuk disembelih, maka tidak boleh dimakan. Haram hukumnya” (Al-Muhallaa, 6/76-77).
Dan syari’at telah mengecualikan belalang serta hewan air tentang kehalalannya dari hewan yang tidak dapat disembelih ini, sehingga dapat dimakan meskipun dalam keadaan telah mati [bangkai]. Dari ‘Abdullah Ibn ‘Umar radliyallaahu ‘anhuma, ia berkata :
أُحِلَّتْ لَنَا مَيْتَتَانِ وَدَمَانِ: الْجَرَادُ، وَالْحِيتَانِ، وَالْكَبِدُ، وَالطِّحَالُ
“Telah dilhalalkan bagi kami dua macam bangkai dan dua macam darah, yaitu : belalang dan ikan, serta hati dan limpa” (Diriwayatkan oleh Al-Baihaqiy dalam Ash-Shughra 4/55 No. 3894-3895 dan dalam Al-Kubra 1/254).
Oleh karena itu, bekicot masuk dalam keumuman keharaman bangkai. Dengan demikian, mengqiyaskan bekicot dengan belalang – sebagaimana madzhab Al-Imam Malik rahimahullah - adalah tidak tepat, karena itu termasuk qiyas terhadap sesuatu yang menyelisihi qiyas. Belalang adalah binatang yang dikecualikan dari keumuman bangkai berdasarkan nash, sedangkan bekicot termasuk dari keumuman tersebut. Lantas, bagaimana hal itu bisa diqiyaskan ?
2. Berkaitan dengan nomor 1, bekicot kedudukannya sama dengan jenis-jenis serangga dan termasuk hasyarat yang tidak punya nilai jual menurut syari’at. Sedangkan syarat komoditi yang dapat diperjualbelikan adalah halal dan bermanfaat.
Imam Ibnu Rajab Al-Hanbaliy rahimahullah berkata :
وأما بقية الحيوانات التي لا تؤكل فما لا نفع فيه كالحشرات ونحوه لا يجوز بيعه وما يذكر من نفع في بعضها فهو قليل فلا يكون مبيحا للبيع كما لم يبح النبي صلى الله عليه وسلم بيع الميتة لما ذكر له ما فيها من الانتفاع
“Dan adapun binatang-binatang lain yang tidak boleh dimakan dan tidak ada manfaatnya seperti hasyarat dan yang sejenisnya, tidak boleh diperjual-belikan. Dan yang disebutkan dalam sebagian jenisnya, maka kegunaan itu kecil sehingga tidak menjadi boleh untuk diperjual-belikan, sebagaimana Nabi shallallaahu ‘alaihi wa sallam tidak memperbolehkan penjualan bangkai hanya karena disebutkan adanya manfaat padanya” (Jami' Al-‘Ulum wal-Hikam, hal. 879)
3. Terdapat ijma' haramnya hewan yang buruk, ular, dan kalajengking sebagaimana dikatakan Imam Ibnu Taimiyyah rahimahullah :
أكلُ الخبائثِ، وأكلُ الحيَّاتِ والعقاربِ حرامٌ بإجماعِ المسلمينَ
“Memakan sesuatu yang buruk [khaba'its] ular, dan kalajengking adalah haram menurut ijma’ kaum muslimin” (Majmu' Al-Fatawa, 11/609).
Sebelumnya, Imam Ibnu Hubairah rahimahullah berkata :
اتفقوا على أن حشرات الأرض محرمة
“Para ulama bersepakat bahwa hewan hasyarat tanah diharamkan” (Ar-Raudlul-Murbii’, 7/424).
Imam Nawawi berkata,
في مذاهب العلماء في حشرات الارض كالحيات والعقارب والجعلان وبنات وردان والفار ونحوها مذهبنا انها حرام وبه قال أبو حنيفة وأحمد وداود وقال مالك حلال
“Dalam madzhab ulama dan madzhab kami [Syafi’iyah] hukum hasyarat darat [seperti ular, kalajengking, kumbang, kecoak, dan tikus] itu haram. Demikian pula pendapat Imam Abu Hanifah, Imam Ahmad, dan Daud [Adz-Dzohiri]. Sedangkan Imam Malik berpendapat bahwa hasyarat itu halal.” (Al-Majmu', 9/16)
Ular dan kalajengking termasuk jenis hasyarat, sama seperti bekicot. Hasyarat diharamkan kecuali yang disebutkan dalil akan kehalalannya.
4. Bekicot termasuk jenis makanan yang buruk.
Wallaahu a’lam.
🌸 Yuk Share.
Komentar
Posting Komentar
Harap berkomentar yang baik