Thoharoh Part III
14. PERUBAHAN YANG BISA MENGHILANGKAN
KEMUTLAKAN AIR
Dalam literatur
kutubussalaf dijelaskan, bahwa air mutaghayyir adalah air yang salah satu
sifatnya berubah sampai menghilangkan kemutlakan nama air dan hukumnya suci
tapi tidak mensucikan. Kendati demikian, masih ada beberapa hal yang perlu
ketegasan terkait keterangan diatas. Diantaranya adalah batasan hilang dan
tidaknya sebuah kemutlakan nama air. Sejauh mana perubahan bisa dikatakan
“menghilangkan kemutlakan nama air”?
Jawab: Sekira
ketika air tercampur dengan sesuatu, bentuk perubahannya banyak dan air tidak
akan disebut, kecuali dengan sebutan yang mengikat, seperti; air teh, air kuah,
air susu, atau semacamnya. Berbeda jika perubahannya sedikit. Sehingga hanya
disebut dengan air yang berbau susu atau bau teh.
Referensi:
& الأم الجزء 1 صحـ : 21 مكتبة دار المعرفة
( قَالَ ) وَإِذَا وَقَعَ فِي الْمَاءِ شَيْءٌ حَلاَلٌ فَغَيَّرَ لَهُ رِيحًا
أَوْ طَعْمًا وَلَمْ يَكُنِ الْمَاءُ مُسْتَهْلَكًا فِيهِ فَلاَ بَأْسَ أَنْ
يَتَوَضَّأَ بِهِ وَذَلِكَ أَنْ يَقَعَ فِيهِ الْبَانُ أَوْ الْقَطِرَانُ
فَيَظْهَرُ رِيحُهُ أَوْ مَا أَشْبَهَهُ وَإِنْ أُخِذَ مَاءٌ فَشِيبَ بِهِ لَبَنٌ
أَوْ سَوِيْقٌ أَوْ عَسَلٌ فَصَارَ الْمَاءُ مُسْتَهْلَكًا فِيهِ لَمْ يُتَوَضَّأْ
بِهِ ِلانَّ الْمَاءَ مُسْتَهْلَكٌ فِيهِ إنَّمَا يُقَالُ لِهَذَا مَاءُ سَوِيْقٍ
وَلَبَنٍ وَعَسَلٍ مَشُوْبٌ اهـ
15. AIR KERUH JERNIH KEMBALI KARENA
KAPORIT
Di zaman yang serba
canggih ini, semuanya harus praktis, higienis, dan innovative. Air yang semula
keruh, menjadi jernih kembali, hanya dengan memasukkan zat tertentu seperti
kaporit. Apakah air tersebut dapat digunakan bersuci?
Jawab: Ya, dapat
digunakan bersuci.
Referens:
& قرة العين بفتاوى إسمعيل الزين صحـ : 47
فَالْجَوَابُ
وَاللهُ الْمُوَفِّقُ لِلصَّوَابِ أَنَّ تَغَيُّرَ اْلمَاءِ بِالْكَدُوْرَاتِ
وَنَحْوِهَا مِنَ اْلأَشْيَاءِ الطََّاهِرَةِ لاَ يَسْلُبُ طَهُوْرِيَّتَهُ وَإِنْ
تَغَيَّرَ رِيْحُهُ فَيَبْقَى طَاهِرًا مُطَهِّرًا عَلَى اْلأَصْلِ وَإِذَا
عُوْلِجَ بِمَا ذُكِرَ فِي السُؤَالِ مِنَ اْلأَدْوِيَّةِ لِتَصْفِيَّتِهِ كَانَ
ذَلِكَ نَوْعَ تَرَفُّهٍ ِلأجْلِ التَنْظِيْفِ لاَ ِلأَجْلِ التَّطْهِيْرِ
بِشَرْطِ أَنْ تَكُوْنَ تِلْكَ اْلأَدْوِيَةُ غَيْرَ نَجِسَةٍ وَحِيْنَئِذٍ
فَيَصِحُّ الْوُضُوْءُ وَسَائِرُ أَنْوَاعِ الطَّهَارَةِ بِالْمَاءِ الْمَذْكُوْرِ
قَبْلَ الْمُعَالَجَةِ أَوْ بَعَدَهَا اهـ
16. WARNA AIR KOLAM BERUBAH WARNA
Air kolam yang lama
tidak terpakai, biasanya warnanya berubah. Bahkan sampai kehijau-hijauan,
apalagi kalau ada lumutnya. Apakah air tersebut masih bisa dibuat sesuci?
Jawab: Tetap
mensucikan.
Referensi:
& نهاية المحتاج إلى شرح المنهاج الجزء 1 صحـ : 67 مكتبة دار الفكر
( وَلاَ مُتَغَيِّرٌ بِمُكْثٍ ) بِتَثْلِيْثِ مِيْمِهِ مَعَ إسْكَانِ كَافِهِ
وَإِنْ فَحُشَ لِْلإِجْمَاعِ قَالَ الْعُمْرَانِيُّ وَلاَ تُكْرَهُ الطَّهَارَةُ
بِهِ ( وَطِيْنٍ وَطُحْلُبٍ ) بِضَمِّ أَوَّلِهِ مَعَ ضَمِّ ثَالِثِهِ أَوْ
فَتْحِهِ شَيْءٌ أَخْضَرُ يَعْلُو الْمَاءَ مِنْ طُوْلِ الْمُكْثِ وَلاَ فَرْقَ
بَيْنَ أَنْ يَكُونَ بِمَقَرِّ الْمَاءِ وَمَمَرِّهِ أَوْ لاَ نَعَمْ إنْ أُخِذَ
وَدُقَّ ثُمَّ طُرِحَ ضَرَّ لِكَوْنِهِ مُخَالِطًا مُسْتَغْنًى عَنْهُ اهـ
17. RAGU-RAGU TENTANG PERUBAHAN AIR
Telah disebutkan,
bahwa ketika perubahan sifat air sangat dominan, sehingga menghilangkan sifat
mutlaknya air, maka air tidak mensucikan lagi. Bagaimana jika ragu-ragu
mengenai banyak sedikitnya perubahan air tersebut?
Jawab: Tetap
mensucikan, karena hukum asal air tersebut adalah suci. Dan hukum asal, tidak
akan berubah hanya dengan sekedar keraguan.
Referensi:
& مغني المحتاج إلى معرفة ألفاظ المنهاج الجزء 1 صحـ : 119 مكتبة دار الكتب
العلمية
( وَلاَ يَضُرُّ تَغَيُّرٌ ) يَسِيْرٌ بِطَاهِرٍ ( لاَ يَمْنَعُ اْلاسْمَ )
لِتَعَذُّرِ صَوْنِ الْمَاءِ عَنْهُ وَلِبَقَاءِ إطْلاَقِ اسْمِ الْمَاءِ عَلَيْهِ
وَكَذَلِكَ لَوْ شَكَّ فِي أَنَّ تَغَيُّرَهُ كَثِيرٌ أَوْ يَسِيرٌ نَعَمْ إنْ
تَغَيَّرَ كَثِيرًا ثُمَّ شَكَّ فِي أَنَّ التَّغَيُّرَ اْلآنَ يَسِيْرٌ أَوْ كَثِيرٌ
لَمْ يَطْهُرْ عَمَلاً بِاْلأَصْلِ فِي الْحَالَتَيْنِ قَالَ اْلأَذْرَعِيُّ اهـ
18. AIR REBUSAN
Seperti biasa,
sebelum air sumur mau dikonsumsi terlebih dahulu harus direbus sampai mendidih.
Karena air tersebut sudah khusus untuk diminum, akhirnya masyarakat menganggap
air itu tidak boleh digunakan untuk bersuci. Apakah air yang sudah direbus
untuk dijadikan minuman tetap berstatus air mutlak, sehingga bisa untuk
mensucikan?
Jawab: Ya.
Referensi:
& الحاوى الكبير الماوردى الجزء 1 صحـ : 51 مكتبة دار الفكر
فَصْلٌ وَأَمَّا
قَوْلُهُ مُسَخَّنٍ وَغَيْرِ مُسَخَّنٍ فَسَوَاءٌ وَالتَّطَهُّرُ بِهِ جَائِزٌ
فَإِنَّمَا قَصَدَ بِالْمُسَخَّنِ أَمْرَيْنِ أَحَدُهُمَا الْفَرْقُ بَيْنَ
الْمُسَخَّنِ بِالنَّارِ وَبَيْنَ الْحَامِيْ بِالشَّمْسِ فِي أَنَّ الْمُسَخَّنَ
غَيْرُ مَكْرُوهٍ وَالْمُشَمَّسَ مَكْرُوهٌ وَالثَّانِي الرَّدُّ عَلَى طَائِفَةٍ
مِنْهُمْ مُجَاهِدٌ وَزَعَمُوْا أَنَّ الْمُسَخَّنَ بِالنَّارِ مَكْرُوْهٌ وَهَذَا
غَيْرُ صَحِيْحٍ لِمَا رُوِيَ أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللَّهُ
عَنْهُ كَانَ يُسَخَّنُ لَهُ الْمَاءُ فَيَسْتَعْمِلُهُ فِي الْوُضُوْءِ
وَالصَّحَابَةُ يَعْلَمُوْنَ ذَلِكَ مِنْهُ وَلاَ يُنْكِرُوْنَهُ اهـ
Toharoh Part II
5. WUDLU DI SUNGAI YANG ADA KOTORAN
MANUSIA
Sungai-sungai di
pedesaan, kegunaanya sangat multi fungsi. Disamping digunakan sebagai mandi dan
mencuci dan juga sungai tersebut dimanfaatkan sebagai tempat berak. Akibatnya,
seringkali kita temukan kotoran-kotoran manusia terapung bak perahu yang sedang
berlayar. Apakah ketika berwudlu, posisi kita harus menjauh dari benda najis
terdebut?
Jawab: Tidak harus
menjauh, karena air yang lebih dari dua qullah, tetap suci selama tidak
berubah.
Referensi:
& المجموع الجزء 1 صحـ : 192 مكتبة مطبعة المنيرية
وَأَمَّا
الْمَسْأَلَةُ الثَّانِيَةُ وَهِيَ إذَا كَانَ الْمَاءُ أَكْثَرَ مِنْ قُلَّتَيْنِ
وَفِيهِ نَجَاسَةٌ جَامِدَةٌ فَقَدْ ذَكَرَ وَجْهَيْنِ ( الصَّحِيحُ مِنْهُمَا )
أَنَّهُ لاَ يَجِبُ التَّبَاعُدُ بَلْ تَجُوزُ الطَّهَارَةُ مِنْهُ مِنْ حَيْثُ
شَاءَ ( وَالثَّانِيْ ) يَجِبُ التَّبَاعُدُ عَنِ النَّجَاسَةِ بِقَدْرِ
قُلَّتَيْنِ وَهَذَا الْخِلاَفُ مَشْهُورٌ فِي الطَّرِيقَتَيْنِ لَكِنْ
الْعِرَاقِيُّوْنَ وَالْبَغَوِيُّ حَكَوْهُ وَجْهَيْنِ كَمَا حَكَاهُ الْمُصَنِّفُ
– إلى أن قال – وَأَمَّا إذَا قُلْنَا لاَ يُشْتَرَطُ التَّبَاعُدُ فَلَهُ أَنْ
يَتَطَهَّرَ مِنْ أَيِّ مَوْضِعٍ شَاءَ مِنْهُ هَكَذَا صَرَّحَ بِهِ اْلأَصْحَابُ
وَاتَّفَقُوْا عَلَيْهِ اهـ
6. AIR MUTANAJJIS NETRAL KEMBALI
Air dua qullah
setatusnya menjadi mutanajjis bila salah satu dari sifatnya berubah akibat
terkena benda najis. Baik yang berubah berupa bau, rasa ataupun warnanya. Jika
perubahan tersebut hilang dengan sendirinya, apakah bisa kembali suci
mensucikan?
Jawab: Ya, dapat
suci mensucikan kembali. Karena penyebab najisnya sudah hilang.
Referensi:
& تحفة المحتاج في شرح المنهاج الجزء 1 صحـ : 86 مكتبة دار إحياء التراث العربي
( فَإِنْ زَالَ تَغَيُّرُهُ بِنَفْسِهِ ) بِأَنْ لَمْ يَنْضَمَّ إلَيْهِ شَيْءٌ
كَأَنْ طَالَ مُكْثُهُ ( أَوْ بِمَاءٍ ) انْضَمَّ إلَيْهِ وَلَوْ مُتَنَجِّسًا
أَوْ أُخِذَ مِنْهُ وَالْبَاقِي كَثِيرٌ بِأَنْ كَانَ اْلإِنَاءُ مُنْخَنِقًا بِهِ
فَزَالَ انْخِنَاقُهُ وَدَخَلَهُ الرِّيْحُ وَقَصَرَهُ أَوْ بِمُجَاوِرٍ وَقَعَ
فِيهِ أَيْ أَوْ بِمُخَالِطٍ تَرَوَّحَ بِهِ كَمَا هُوَ ظَاهِرٌ مِمَّا يَأْتِي
فِي نَحْوِ زَعْفَرَانٍ لاَ طَعْمَ وَلاَ رِيحَ ( طَهُرَ ) لِزَوَالِ سَبَبِ
التَّنَجُّسِ
7. AIR SEDIKIT TERKENA NAJIS TAPI TIDAK
BERUBAH
Sungguh memperihatinkan
kehidupan orang-orang yang berada di daerah yang kekeringan. Untuk mendapatkan
air satu ember saja mereka harus rela menunggu hingga berjam-jam. Bahkan saking
sulitnya mendapatkan air, mereka sampai tidak menghiraukan dalam mengambil air
tersebut. Sehingga tak jarang air yang mereka bawa terkena percikan-percikan
air yang jatuh ke tanah. Adakah ulama’ dari kalangan Syafi’iyyah yang
berpendapat, bahwa air sedikit ketika terkena najis tetap suci mensucikan?
Jawab: Ada. Yaitu
pendapat Imam Ibn al-Mundzir, al-Ghazâly dan ar-Rûyâni. Asalkan air yang
terkena najis tersebut tidak berubah.
Referensi:
& شرح البهجة الوردية الجزء 1 صحـ : 30 مكتبة مطبعة الميمنية
وَقِيْلَ لاَ
يَنْجُسُ كَثِيْرُ الْمَاءِ وَلاَ قَلِيْلُهُ إلاَّ بِالتَّغَيُّرِ حَكَاهُ فِي الْمَجْمُوْعِ
عَنْ طَائِفَةٍ مِنَ الصَّحَابَةِ وَغَيْرِهِمْ وَاخْتَارَهُ ابْنُ الْمُنْذِرِ
وَالْغَزَالِيُّ فِي اْلإِحْيَاءِ وَالرُّوْيَانِيُّ فِي كِتَابَيْهِ الْبَحْرِ
وَالْحِلْيَةِ قَالَ فِي الْبَحْرِ هُوَ اخْتِيَارِيْ وَاخْتِيَارُ جَمَاعَةٍ
رَأَيْتُهُمْ بِخُرَاسَانَ وَالْعِرَاقِ قَالَ فِي الْمَجْمُوعِ بَعْدَ حِكَايَةِ
الْمَذَاهِبِ فِي مِقْدَارِ الْمَاءِ الَّذِي لاَ يَنْجُسُ هَذَا الْمَذْهَبُ
أَصَحُّ الْمَذَاهِبِ بَعْدَ مَذْهَبِنَا اهـ
8. AIR MUSTA’MAL BOLEH DIPAKAI
Air musta’mal
adalah air yang sudah digunakan untuk menghilangkan najis ataupun hadast dan
hukumnya suci namun tidak bisa dibuat bersuci lagi. Adakah pendapat yang
memperbolehkan air musta’mal dibuat bersuci kembali, mengingat di desa-desa
yang kekeringan sulit mendapatkan air untuk bersuci?
Jawab: Ada, yaitu
pendapat Imam Zuhry, Imam Mâlik dan Imam al-Auzâ’I serta pendapat Imam Ibn
al-Mundzir.
Referensi:
& المجموع شرح المهذب الجزء 1 صحـ : 206 مكتبة مطبعة المنيرية
وَأَمَّا
الْمَسْأَلَةُ الثَّانِيَةُ وَهِيَ كَوْنُهُ لَيْسَ بِمُطَهِّرٍ فَقَالَ بِهِ
أَيْضًا أَبُو حَنِيفَةَ وَأَحْمَدُ وَهُوَ رِوَايَةٌ عَنْ مَالِكٍ وَلَمْ
يَذْكُرِ ابْنُ الْمُنْذِرِ عَنْهُ غَيْرَهَا وَذَهَبَ طَوَائِفُ إلَى أَنَّهُ
مُطَهِّرٌ وَهُوَ قَوْلُ الزُّهْرِيِّ وَمَالِكٍ وَاْلأَوْزَاعِيِّ فِي أَشْهَرِ
الرِّوَايَتَيْنِ عَنْهُمَا وَأَبِيْ ثَوْرٍ وَدَاوُدَ قَالَ ابْنُ الْمُنْذِرِ
وَرُوِيَ عَنْ عَلِيٍّ وَابْنِ عُمَرَ وَأَبِيْ أُمَامَةَ وَعَطَاءٍ وَالْحَسَنِ
وَمَكْحُوْلٍ وَالنَّخَعِيِّ أَنَّهُمْ قَالُوْا فِيمَنْ نَسِيَ مَسْحَ رَأْسِهِ
فَوَجَدَ فِي لِحْيَتِهِ بَلَلاً يَكْفِيْهِ مَسْحُهُ بِذَلِكَ الْبَلَلِ قَالَ
ابْنُ الْمُنْذِرِ وَهَذَا يَدُلُّ عَلَى أَنَّهُمْ يَرَوْنَ الْمُسْتَعْمَلَ
مُطَهِّرًا قَالَ وَبِهِ أَقُولُ اهـ
9. SEMUT DALAM MINUMAN
Dimana ada gula
pasti disana ada semut, itulah alasan sulitnya terhindar dari bangkainya semut.
Sehingga saat memasukkan gula untuk membuat secangkir teh atau kopi, bangkainya
semut sering terbawa dan mengambang dalam sebuah minuman. Apakah masuknya
bangkainya semut dalam kasus diatas dapat menajiskan?
Jawab: Tidak
menajiskan, karena bangkai tersebut hanya terbawa, bukan sengaja dimasukkan.
Referensi:
& حاشية الجمل الجزء 1 صحـ : 35 مكتبة دار الفكر
وَلَوْ وَقَعَ
ذُبَابٌ فِي مَائِعٍ وَلَمْ يُغَيِّرْهُ فَصُبَّ عَلَى مَائِعٍ آخَرَ لَمْ
يُؤَثِّرْ فِيهِ كَمَا هُوَ ظَاهِرٌ لِطَهَارَتِهِ الْمُسَبِّبَةِ عَنْ مَشَقَّةِ
اْلاحْتِرَازِ اهـ أَقُولُ ظَاهِرُهُ وَإِنْ كَانَ الصَّبُّ قَبْلَ نَزْعِ
الذُّبَابِ مِنْ الْمَصْبُوبِ وَلَيْسَ بِبَعِيْدٍ وَإِنْ قُلْنَا إنَّهُ يَضُرُّ
إلْقَاءُ الذُّبَابِ مَيِّتًا ِلانَّ اْلإِلْقَاءَ تَابِعٌ ِلإلْقَاءِ الْمَائِعِ
لاَ مَقْصُوْدٌ اهـ
10. BANGKAI NYAMUK DIKELUARKAN JATUH
KEMBALI
Biasanya minuman
yang tidak tertutup, banyak kemasukan hewan-hewan kecil, seperti; nyamuk, semut
atau yang lain, bahkan terkadang sampai mati di dalamnya. Akibatnya sebelum
menikmati minuman tersebut terlabih dahulu harus mengeluarkan bangkainya hewan.
Apakah bangkai hewan yang saat dikeluarkan jatuh kembali ke sebuah minuman
tetap di-ma’fu?
Jawab: Ya, tetap
di-ma’fu (tidak menajiskan).
Referensi:
& حاشية البجيرمي على الخطيب الجزء 1 صحـ : 324 مكتبة دار الفكر
يُعْفَى عَنْ
تَصْفِيَةِ مَا هِيَ فِيهِ بِنَحْوِ خِرْقَةٍ وَعَنْ وُقُوْعِهَا عِنْدَ نَزْعِهَا
بِأُصْبُعٍ أَوْ عُودٍ وَإِنْ تَكَرَّرَ اهـ
11. AIR AQUARIUM TERDAPAT KOTORAN IKAN
Aquarium dengan
beraneka ragam ikan hias, merupakan pilihan tepat untuk menghiasi ruang tamu.
Tak jarang aquarium tersebut banyak terdapat kotoran ikannya. Bagaimana status
air aquarium yang terdapat kotoran ikan?
Jawab: Hukumnya
mutanajjis, karena tujuan hiasan tidak termasuk hajat.
Referensi:
& تحفة المحتاج الجزء 1 صحـ : 89 مكتبة دار إحياء التراث العربي
( قَوْلُهُ وَرَوْثٍ إلَخْ ) عِبَارَةُ النِّهَايَةِ وَعَنْ رَوْثِ نَحْوِ
سَمَكٍ لَمْ يَضَعْهُ فِي الْمَاءِ عَبَثًا وَأَلْحَقَ اْلأَذْرَعِيُّ بِهِ مَا
نَشْؤُهُ مِنْ الْمَاءِ وَالزَّرْكَشِيُّ مَا لَوْ نَزَلَ طَائِرٌ وَإِنْ لَمْ
يَكُنْ مِنْ طُيُوْرِ الْمَاءِ وَذَرَقَ فِيهِ أَوْ شَرِبَ مِنْهُ وَعَلَى فَمِهِ
نَجَاسَةٌ وَلَمْ تَتَخَلَّلْ عَنْهُ اهـ قَالَ ع ش قَوْلُهُ عَبَثًا وَمِنَ
الْعَبَثِ مَا لَوْ وُضِعَ فِيهِ لِمُجَرَّدِ التَّفَرُّجِ عَلَيْهِ فِيْمَا
يَظْهَرُ وَلَيْسَ مِنْهُ مَا يَقَعُ كَثِيْرًا مِنْ وَضْعِ السَّمَكِ فِي
اْلآبَارِ وَنَحْوِهَا ِلأَ كْلِ مَا يَحْصُلُ فِيْهَا مِنْ الْعَلَقِ وَنَحْوِهِ
حِفْظًا لِمَائِهَا عَنِ اْلاسْتِقْذَارِ اهـ
12. AIR KOLAM BERUBAH KARENA KEJATUHAN
DAUN
Karena terlalu
banyaknya dedaunan yang berjatuhan di kolam, warna airnya berubah
kehijau-hijauan. Bahkan perubahan tersebut sampai berdampak pada rasanya,
akibat membusuknya dedaunan yang terendam di kolam tersebut. Bolehkah air itu
dibuat bersuci?
Jawab: Tetap
diperbolehkan, karena hal tersebut sulit dihindarkan.
Referensi:
& كفاية الأخيار صحـ : 10 مكتبة دار إحياء الكتب العرابية
وَلَوْ تَغَيَّرَ
الْمَاءُ بِأَوْرَاقِ اْلأَشْجَارِ الْمُتَنَاثِرَةِ بِنَفْسِهَا إِنْ لَمْ
تَتَفَتَّتْ فِي الْمَاءِ فَهُوَ طَهُوْرٌ عَلَى اْلأَظْهَرِ وَإِنْ تَفَتَّتَتْ
وَاخْتَلَطَتْ فَأَوْجُهٌ الأَصَحُّ أَنَّهُ بَاقٍ عَلَى طَهُوْرِيَّتِهِ لِعُسْرِ
اْلاحْتِرَازِ عَنْهَا اهــ
13. AIR TERCAMPUR MINYAK
Karena banyaknya
kecampuran dengan sejenis minyak, baik berupa minyak wangi, minyak tanah atau
minyak goreng, salah satu dari sifatnya air ada yang berubah. Bahkan perubahan
tersebut sangat kentara banget. Apakah perubahan air akibat kejaruhan minyak
dapat merubah status hukumnya?
Jawab: Tidak
merubah, yakni tetap suci mensucikan. Sebab perubahan tersebut hanya
terpengaruh oleh aroma. Karena minyak termasuk benda mujâwir (benda yang tidak
bisa larut dengan air), bukan benda mukhâlit yang bisa menyatu dengan air.
Referensi:
& أسنى المطالب الجزء 1 صحـ : 8 مكتبة دار الكتب الإسلامي
( وَلاَ ) يَضُرُّ تَغَيُّرٌ ( كَثِيرٌ بِمُجَاوِرِهِ ) أَيِ الْمَاءِ ( كَعُودٍ
وَدُهْنٍ ) وَلَوْ مُطَيَّبَيْنِ ( وَكَافُورٍ صَلْبٍ ) ِلانَّ تَغَيُّرَهُ
بِذَلِكَ لِكَوْنِهِ تَرَوُّحًا لاَ يَمْنَعُ إطْلاَقَ اْلاسْمِ عَلَيْهِ اهـ
Wudlu Part IX
39. MENYENTUH KITAB YANG TERDAPAT AYAT
AL-QUR’AN
Hampir tidak
terlewatkan dalam setiap literatur klasik (kitab salaf), dimana didalamnya
mesti akan mencamtumkan ayat-ayat al-Qur’an yang dijadikan sebagai sandaran
atau dalil dalam setiap merumuskan suatu hukum. Namun kadang bagi para pembaca
kitab-kitab klasik tidak terlalu memperhatikan terkait apakah ayat yang
diselipkan dalam literatur klasik tersebut boleh dipegang atau tidak. Bagaimana
hukum menyentuh ayat tersebut bagi orang yang berhadats?
Jawab: Menurut
pendapat yang shahîh boleh.
Referensi:
& روضة الطالبين وعمدة المفتين الجزء 1 صحـ : 26 المكتبة الشاملة
وَلاَ يَحْرُمُ
مَسُّ حَدِيْثِ رَسُوْلِ اللهِ صَلَى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَحَمْلُهُ
وَلَكِنِ اْلأَوْلَى التَّطَهُّرُ لَهُ وَأَمّاَ مَا كُتِبَ عَلَيْهِ شَيْءٌ مِنَ
الْقُرْآنِ لاَ لِلدِّرَاسَةِ كَالدَّرَاهِمِ الأَحْدِيَّةِ وَالثِّيَِابِ
وَالْعِمَاَمَةِ وَالطَّعَامِ وَالحِْيْطَانِ وَكُتُبِ الْفِقْهِ وَاْلأُصُوْلِ
فَلاَ يَحْرُمُ مَسُّهُ وَلاَ حَمْلُهُ عَلَى الصَّحِيْحِ اهـ
40. TERJEMAHAN AL-QUR’AN
Dewasa ini banyak
sekali beredar terjemahan al-Qur’an dengan corak dan macam yang berbeda-beda.
Semua itu tidak lain, demi mempermudah bagi kalangan awam yang merasa kesulitan
dalam mempelajari kandungan isi al-Qur’an. Terlepas dari itu, tak sedikit dari
kalangan masyarakat yang belum mengetahui setatus terjemahan al-Qur’an itu
sendiri. Sehingga tak jarang terjemahan tersebut tidak dimuliakan layaknya
al-Qur’an dimuliakan. Apakah terjemahan al-Qur’an hukumnya sama dengan tafsir?
Jawab: Tidak sama,
akan tetapi terjemahan tersebut masih dihukumi mushhaf, artinya haram menyentuh
dan membawanya.
Referensi:
& نهاية الزين صحـ : 33 مكتبة دار الحرمين
أَمَّا
تَرْجَمَةُ الْمُصْْحَفِ المَكْتُوْبِ تَحْتَ سُطُوْرِهِ فَلاَ تُعْطَى حُكْمُ
التَّفْسِيْرِ بَلْ تَبْقَى لِلْمُصْحَفِ حُرْمَةُ مَسُّهُ وَحَمْلُهُ كَمَا
اَفْتَى بِهِ السَّّيِّدُ مُحَمَّدُ دَحْلاَنْ اهـ
41. MEMEGANG TAFSIR DAN TULISAN AL-QUR’AN
LATIN
Diantara karia yang
sangat populer yang pernah ditorehkan oleh al-Imam as-Suyuthy dalam bidang
tafsir adalah kitab Tafsir al-Jalâlain, dalam karangannya ini, beliau mencoba
memberikan sebuah penafsiran pada ayat-ayat al-Qur’an secara singkat, padat,
tidak berbelit-belit dan mudah memahami kandungan firman Allah. Dan sampai
ayat-ayat al-Qur’an dan tafsirannya selesihnya tidak terpaut jauh.
Pertanyaan:
a. Apakah Tafsir al-Jalâlain termasuk
tafsir yang hurufnya lebih banyak dari huruf al-Qur’an?
b. Apakah al-Qur’an yang ditulis dengan
selain bahasa arab hukumnya sama dengan al-Qur’an yang ditulis dengan berbahasa
Arab?
Jawab:
a. Ya, namun sebaiknya bersuci dahulu
sebelum menyentuh atau membawanya, karena hurufnya hanya selisih dua, sehingga
dikhawatirkan ada kesalahan cetak.
Referensi:
& إعانة الطالبين الجزء 1 صحـ : 82 مكتبة دار الفكر
وَفِيْ حَاشِيَةِ
الْكُرْدِيِّ مَا نَصُّهُ رَأَيْتُ فِيْ فَتَاوَى الْجَمَالِ الْرَمْلِيِّ أَنَّهُ
سُئِلَ عَنْ تَفْسِيْرِ الْجَلاَلَيْنِ هَلْ هُوَ مُسَاوٍ لِلْقُرْآنِ أَوْ
قُرْآنُهُ أَكْثَرُ فَأَجَابَ بِأَنَّ شَخْصًا مِنَ الْيَمَنِ تَتَبََّعَ حُرُوْفَ
الْقُرْآنِ وَالتَّفْسِيْرِ وَعَدَّهُمَا فَوَجَدَهُمَا عَلَى السَّوَاءِ إِلَى
سُوْرَةِ كَذَا وَمِنْ أَوَاخِرِ الْقُرْآنِ فَوَجَدَ التَّفْسِيْرَ أَكْثَرَ
حُرُوْفًا فَعُلِمَ أَنَّهُ يَحِلُّ حَمْلُهُ مَعَ الْحَدَثِ عَلَى هَذَا اهـ
وَقَالَ بَعْضُهُمْ الْوَرَعُ عَدَمُ حَمْلِ تَفْسِيْرِ الْجَلاَلَيْنِ لِأَنَّهُ
وَإِنْ كَانَ زَائِدًا بٍِحَرْفَيْنِ رُبَّمَا غَفَلَ الْكَاتِبُ عَنْ كِتَابَةِ
حَرْفَيْنِ أَوْ أَكْثَرَ اهـ
b. Tulisan al-Qur’an dengan selain
bahasa Arab hukumnya sama dengan yang berbahasa Arab.
Referensi:
& حاشيتا قليوبي وعميرة الجزء 1 صحـ : 53 مكتبة دار الكتب العلمية
وَيَجُوزُ
كِتَابَتُهُ لَا قِرَاءَتُهُ بِغَيْرِ الْعَرَبِيَّةِ وَلَهَا حُكْمُ الْمُصْحَفِ
فِي الْمَسِّ وَالْحَمْلِ اهـ
Komentar
Posting Komentar
Harap berkomentar yang baik