Langsung ke konten utama

MENYIKAPI CERITA ISRAILIYAT



MENYIKAPI CERITA ISRAILIYAT
  Ø  Makna Israiliyat
Israiliyat menurut ahli tafsir dan hadits adalah berita atau cerita-cerita yg sering dimasukkan dalam kitab-kitab hadits dan tafsir terkait dongeng-dongeng orang kuno yg periwayatannya tersambung pada pemuka yahudi, nasrani atau yang lainnya. Bahkan termasuk dari israiliyat adalah hal-hal yang disusupkan oleh musuh-musuh islam ke dalam ktab tafsir dan hadits guna merusak aqidah kaum muslimin. Meskipun kisah Israiliyat tidak terkhusus dengan kisah-kisah yang diambil dari bangsa yahudi, penggunaan istilah Israiliyat cenderung dipengaruhi karena lebih besarnya keterkaitan bangsa yahudi dalam usaha memusuhi dan menghancurkan Islam. Disebutkan dalam al-Quran
لَتَجِدَنَّ أَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَةً لِلَّذِينَ آَمَنُوا الْيَهُودَ وَالَّذِينَ أَشْرَكُوا  [المائدة/82]
“sesungguhnya kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang yang beriman ialah orang-orang yahudi dan orang-orang musyrik”.(Qs, al-maidah,82)
  Ø  Macam-macam Israiliyat dan hukum meriwayatkannya
a.      Kisah israiliyat yang diyakini sah, yakni sesuai dengan al-Quran & as-Sunnah
Kitab suci al-Quran merupakan kitab terakhir yang senantiasa menjaga keabadian ruh ajaran kitab-kitab samawi kuno yg lebih dahulu Allah turunkan kepada para Nabi sebelum Nabi Muhammad Saw . al-Quran juga telah menjadi bukti dan saksi atas kandungan kitab-kitab samawi itu sekaligus sebagai timbangan atas kejujuran dan kedustaan kabar berita seseorang dari ahli kitab. Oleh sebab itu jika terdapat berita israiliyat maka dapat kita waspadai kebenaran dan kedustaannya dengan menyesuaikan berita tersebut dengan kandungan al-Quran. Artinya, jika berita-berita israiliyat itu sesuai dan tidak bersebrangan dengan al-Quran maka berita tersebut dapat dikatakan benar dan sah, begitu juga sebaliknya jka menyalahi & melenceng dari al-Quran maka pasti itu adalah berita yang batal dan merupakan kedustaan yang dibuat-buat oleh Oknum / pribadi yang berkepentingan. Allah Swt berfirman
وَأَنْزَلْنَا إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ مِنَ الْحَقِّ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ فِي مَا آَتَاكُمْ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ (48) وَأَنِ احْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ وَاحْذَرْهُمْ أَنْ يَفْتِنُوكَ عَنْ بَعْضِ مَا أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَيْكَ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَاعْلَمْ أَنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ أَنْ يُصِيبَهُمْ بِبَعْضِ ذُنُوبِهِمْ وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ لَفَاسِقُونَ  [المائدة/48، 49]
“dan Kami telah turunkan kepadamu al-Quran dengan membawa kebenaran,membenarkan apa yg sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan sebelumnya) dan batu ujian (maksudnya :al-Quran adalah ukuran untuk menentukan benar tidaknya ayat-ayat yg diturunkan dalam kitab-kitab sebelumnya) terhadap kitab-kitab yang lain itu, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yg Allah turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu (Maksudnya: umat Nabi Muhammad dan umat-umat yg sebelumnya), Kami berikan aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki niscaya kamu dijadikan-Nya satu umat(saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lomba lah berbuat kebajikan. Hanya kepada Allah lah kembali kamu semuanya, lalu diberitakan-Nya kepadamu apa yang telah kamu perselisihkan itu. Dan hendaklah kamu memutuskan perkara diantara mereka menurut apa yg diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak memalingkan kamu dari sebahagian apa yg diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka berpaling (dari hukum yg telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan sebagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah orang-orang yang fasiq”.(Qs, al-Maidah, 48-49)

Hukum Meriwayatkannya
Meskipun kisah atau kabar israiliyat itu sah dan benar, akan tetapi sebenarnya kita telah tercukupi meskipun tanpa harus menkonsumsinya, meskipun kaca mata syariat memperbolehkan menyebutkan dan meriwayatkan israiliyat yang demikan ini sebagai argumentasi untuk melawan orang-orang ahli kitab dalam menyalah gunakan dan mendustakan kandungan murni kitab-kitab mereka. Terkait israiliyat yang sah Nabi Muhammad Saw bersabda
بلِّغُوا عني ولو آية ، وحَدِّثوا عن بني إِسرائيل ، ولا حَرَجَ ، وَمَن كَذَبَ عليَّ مُتَعمِّدا فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِن النَّارِ
“sampaikan dariku sekalipun satu ayat dan ceritakanlah (apa yang kalian dengar) dari Bani Israil dan itu tidak apa (dosa). Dan siapa yang yg berdusta atasku dengan sengaja maka bersiap-siaplah menempati tempat duduknya di neraka.” (HR, al-Bukhori)
Hadits tersebut memberikan keleluasan bagi kita untuk mengambil dan mengkonsumsi berita-berita yang bersumber dari ahli kitab, yang sebelumnya Nabi telah melarang untuk mengambil dan melihat kitab-kitab ahli kitab, karena hal itu dapat berpotensi akan menimbulkan fitnah yang ditimbulkan dari ulah mereka yg selalu menyalin kitab mereka semaunya sendiri, sekaligus saat itu islam belum menetapkan hukum-hukum dan perundang-undangan agama islam secara menyeluruh. Namun, setelah islam menetapkan hukum dan perundang-undangan agamanya, bersamaan dengan itu pulalah kekhawatiran akan terjadinya kerancauan dalam ber-aqidah pun juga ikut hilang dan Nabi Saw pun memberikan izin untuk mengambil kabar berita Israiliyat yang shahih
b.      Israiliyat yang Diyakini Bersebrangan Dengan Al-Quran Dan Hadits
Israiliyat jenis ini adalah seperti kisah-kisah yg menceritakan para Nabi dan mencemarkan ke-ma’shum-an para Nabi, seperti kisah Nabi Yusuf, Daud, Ayyub, dan Sulaiman yg mashur diantara kita. Dan seperti kabar yang mereka sampaikan dalam kitab tauratnya bahwa orang yang disembelih Nabi Ibrahim adalah Nabi Ishaq bukan Nabi Isma’il.
 Hukum Meriwayatkannya
Kisah-kisah demikian ini tidak dapat kita riwayatkan  ataupun kita sebutkan tanpa disertai keterangan yang menjelaskan kedustaannya. Allah Swt berfirman
{ يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَنْ مَوَاضِعِهِ} [النساء: 46]
“mereka mengubah perkataan dari tempatnya( maksudnya: mengubah arti kata-kata , tempat atau menambah dan mengurangi)”.(Qs, an-Nisaa, 46)
Israiliyat yang demikian inilah yang sangat membahayakan agama, sehingga Nabi telah menegaskan larangan kepada sahabatnya untuk meriwayatkannya
عَنْ جَابِرِ ابْنِ عَبْدِ اللَّهِ، أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رضى الله عنه، أَتَى النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم بِكِتَابٍ أَصَابَهُ مِنْ بَعْضِ أَهْلِ الْكُتُبِ، فَقَرَأَهُ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم فَغَضِبَ، فَقَالَ: "أَمُتَهَوِّكُونَ فِيهَا يَا ابْنَ الْخَطَّابِ، وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لَقَدْ جِئْتُكُمْ بِهَا بَيْضَاءَ نَقِيَّةً، لاَ تَسْأَلُوهُمْ عَنْ شَىْءٍ، فَيُخْبِرُوكُمْ بِحَقٍّ فَتُكَذِّبُوا بِهِ، أَوْ بِبَاطِلٍ فَتُصَدِّقُوا بِهِ، وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ، لَوْ أَنَّ مُوسَى كَانَ حَيًّا مَا وَسِعَهُ إِلاَ أَنْ يَتَّبِعَنِى
“dari jabir bin Abdullah, Umar bin khottab menemui Nabi Saw dengan membawa tulisan yang dia dapatkan dari ahli kitab, Nabi Saw terus membacanya dan marah seraya bersabda: “ bukankah isinya hanya orang-orang yang bodoh wahai Ibnu khottob?. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, saya datang kepada kalian dengan membawa cahaya yang terang. Janganlah kalian bertanya kepada mereka tentang suatu ! bagaimana jika mereka mengabari kalian kebenaran lalu kalian mendustakannya atau mereka menyampaikan kebatilan lalu kalian membenarkannya ?. demi yang jiwaku berada ditangan-Nya, seandainya Musa As hidup maka tidak ada jalan lain selain dia mengikuti-ku”. (HR. Ahmad-14623)
Bahkan Hadits Nabi Saw yang memberikan pelegalan dalam meriwayatkan Israiliyat yang ada pada hadits sebelumnya menurut sebagian Ulama dikhususkan terhadap israiliyat yang baik dan benar, maka mengecualikan yg berstatus dusta sebagaimana yang telah disampaikan  oleh al-Hafidh Ibnu Hajar yang mengutip pendapatnya Imam Malik. Dan inilah yang dimaksud oleh sabda Nabi Saw
يَا مَعْشَرَ الْمُسْلِمِينَ كَيْفَ تَسْأَلُونَ أَهْلَ الْكِتَابِ وَكِتَابُكُمْ الَّذِي أُنْزِلَ عَلَى نَبِيِّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحْدَثُ الْأَخْبَارِ بِاللَّهِ تَقْرَءُونَهُ لَمْ يُشَبْ وَقَدْ حَدَّثَكُمْ اللَّهُ أَنَّ أَهْلَ الْكِتَابِ بَدَّلُوا مَا كَتَبَ اللَّهُ وَغَيَّرُوا بِأَيْدِيهِمْ الْكِتَابَ فَقَالُوا هُوَ مِنْ عِنْدِ اللَّهِ {لِيَشْتَرُوا بِهِ ثَمَنًا قَلِيلًا} أَفَلَا يَنْهَاكُمْ مَا جَاءَكُمْ مِنْ الْعِلْمِ عَنْ مُسَاءَلَتِهِمْ وَلَا وَاللَّهِ مَا رَأَيْنَا مِنْهُمْ رَجُلًا قَطُّ يَسْأَلُكُمْ عَنْ الَّذِي أُنْزِلَ عَلَيْكُمْ
“ wahai sekalian kaum muslimin, bagaimana bisa kalian bertanya kepada ahli kitab sedangkan kitab kalian  yang diturunkan kepada Nabi-Nya Saw adalah kitab yang paling baru tentang Allah. Kalian membacanya dengan tidak campur aduk, dan Allah telah memberi tahu kalian bahwa orang-orang ahli kitab telah merubah apa yang telah Allah tetapkan, dan mereka merubahnya dengan tangan mereka, lalu mereka berkata ini dari Allah dengan maksud (menjualnya dengan harga yang sedikit). Bukankah dengan ilmu yang telah datang kepada kalian berarti Dia melarang kalian untuk bertanya ?. Tidak, demi Allah, kami tidak melihat seorang pun dari merekayang bertanya tentang apa yang diturunkan kepada kalian”.( HR, al-Bukhori-2488)
c.       Israiliyat Yang Tidak Diperkuat Dan Tidak Didustakan Agama
Mengenai Israiliyat yg tidak bertentangan dengan syariat islam namun juga tidak dibenarkan oleh syariat, para pakar  bersikap untuk tidak mendustakan dan juga tidak membenarkan. Mereka tidak mendustakan karena dikhawatirkan akan mendustakan perkara yang benar dan haq  jika ternyata ceritanya benar dan haq. Namun mereka juga tidak membenarkan karena juga khawatir akan membenarkan hal-hal yang dusta. Meskipun demikian kita tetap diberikan kebebasan meriwayatkan kabar dari ahli kitab. Israiliyat jenis ini adalah sebagaimana yang telah disinggung dalam  Nabi Saw
كَانَ أَهْلُ الْكِتَابِ يَقْرَءُونَ التَّوْرَاةَ بِالْعِبْرَانِيَّةِ وَيُفَسِّرُونَهَا بِالْعَرَبِيَّةِ لِأَهْلِ الْإِسْلَامِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَا تُصَدِّقُوا أَهْلَ الْكِتَابِ وَلَا تُكَذِّبُوهُمْ وَقُولُوا { آمَنَّا بِاللَّهِ وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا } الْآيَةَ
“orang-orang ahli kitab membaca taurat dengan bahasa Ibraniy dan menjelaskan kepada orang-orang dengan bahasa arab. Melihat hal itu Rasulullah Saw bersabda: jangalah kalian mempercayai ahli kitab dan jangan pula mendustakannya, tetapi ucapkanlah:” kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang telah diturunkan kepada kami (al-Baqoroh, 136)“. (HR, al-Bukhori-4125)
Akan tetapi yang lebih utama adalah tidak perlu menyebutkannya atau meriwayatkannya, sebagaimana disampaikan dalam Hadits
عَنْ جَابِرِ ابْنِ عَبْدِ اللَّهِ، أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رضى الله عنه، أَتَى النَّبِىَّ صلى الله عليه وسلم بِكِتَابٍ أَصَابَهُ مِنْ بَعْضِ أَهْلِ الْكُتُبِ، فَقَرَأَهُ النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم فَغَضِبَ، فَقَالَ: "أَمُتَهَوِّكُونَ فِيهَا يَا ابْنَ الْخَطَّابِ، وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لَقَدْ جِئْتُكُمْ بِهَا بَيْضَاءَ نَقِيَّةً، لاَ تَسْأَلُوهُمْ عَنْ شَىْءٍ، فَيُخْبِرُوكُمْ بِحَقٍّ فَتُكَذِّبُوا بِهِ، أَوْ بِبَاطِلٍ فَتُصَدِّقُوا بِهِ، وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ، لَوْ أَنَّ مُوسَى كَانَ حَيًّا مَا وَسِعَهُ إِلاَ أَنْ يَتَّبِعَنِى
“dari jabir bin Abdullah, Umar bin khottab menemui Nabi Saw dengan membawa tulisan yang dia dapatkan dari ahli kitab, Nabi Saw terus membacanya dan marah seraya bersabda: “ bukankah isinya hanya orang-orang yang bodoh wahai Ibnu khottob?. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, saya datang kepada kalian dengan membawa cahaya yang terang. Janganlah kalian bertanya kepada mereka tentang suatu ! bagaimana jika mereka mengabari kalian kebenaran lalu kalian mendustakannya atau mereka menyampaikan kebatilan lalu kalian membenarkannya ?. demi yang jiwaku berada ditangan-Nya, seandainya Musa As hidup maka tidak ada jalan lain selain dia mengikuti-ku”. (HR. Ahmad-14623)
Dalam hadits lain disebutkan sahabat Umar pernah menyalin kitab Taurat dalam lembaran-lembaran dan kemudian Nabi Saw menegur-nya
لاَتَسْأَلُوْا أهْلَ الْكِتَابِ عَنْ شَيْءٍ
janganlah kalian bertanya kepada ahli kitab tentang suatu apapun”.(HR, Ahmad & Sufyan Tsaury)
Mengenai hadits ini, Ibnu Batthol berpendapat bahwa larangan bertanya kepada ahli kitab adalah diarahkan terhadap hal-hal yg tidak ada nash yang mendasarinya, hal ini dikarenakan syariat kita telah tercukupi dengan tanpa kabar dari mereka. Dalam hal istidlal (menggali dalil) kita tidak perlu bertanya kepada mereka, artinya kita kita telah tercukupi dgn dalil-dalil yang kita miliki baik dalam al-Quran atau hadits. Sedangkan larangan dalam hadits itu tidak terkait dengan kabar-kabar yang dapat dijadikan pembenar syariat Islam dan kabar-kabar umat terdahulu. Karena kabar terkait hal ini tetap dipertimbangkan.
  Ø  Kisah Israiliyat Mengenai penyakit Nabi Ayyub As
Beliau adalah salah satu Nabi Allah Swt yg mendapatkan kesaksian dari Allah sebagai hambanya yang bersabar atas ujian yang diberikan Allah kepadanya. Dalam al-Quran disebutkan
{ إِنَّا وَجَدْنَاهُ صَابِرًا نِعْمَ الْعَبْدُ إِنَّهُ أَوَّابٌ} [ص: 44]
“sesungguhnya Kami dapati dia (ayyub) seorang yang sabar. Dialah sebaik-baik hamba. Sesungguhnya Dia amat taat (kepada Tuhannya)”. (Qs, ash-Shod, 44)
Beliau adalah Nabi yang oleh Allah diberi cobaan penyakit pada badannya juga habis harta bendanya dan ditinggal keluarganya, dengan kesabarannya yang begitu besar Allah memujinya dalam al-Quran sebagaimana ayat di atas
Mengenai kisah ujian Allah yg diberikan kpd beliau yang berupa penyakit , sungguh sangat mengerikan dan membuat kita bertanya apakah benar cerita yang selama ini kita dengar bahwa penyakit yang beliau alami sampai membuat jijik kaumnya, dan mereka sampai membuang  Nabi Ayyub di atas kotoran hewan seperti unta dan sejenisnya ?? padahal, jelaslah bahwa setiap Nabi itu terjaga dari setiap hal yang menurunkan atau menjatuhkan martabat seorang utusan Allah Swt, walaupun para Nabi  memiliki sifat basyariah ( manusiawi), namun sifat-sifat basyariah para Nabi seperti makan,minum dan sakit semua itu tidak-lah sampai menjatuhkan martabat sebagai seorang utusan.
 Dr. Muhammad Sayyid Thanthowiy dalam kitab tafsir al-Wasith li al-Quran al-karim menyebutkan : “bahwa cerita-cerita tentang Nabi Ayyub adalah merupakan cerita-cerita yang sangat lemah atas kebenarannya, memandang dalam cerita itu sangat bertentangan dengan sifat terjaganya (ma’shum)-nya seorang Rasul. Sehingga yang perlu kita yakini hanyalah beliau Nabi Ayyub As telah diuji Allah dengan sebuah penyakit dan beliau mampu bersabar atas cobaan itu, sebab dalam al-Quran sendiri hanya menyebutkan demikian.
Syaikh Muhammad Jamal ad-Din al-Qosimi dalam kitabnya Mahisin at-Takwil ( tafsir al-Qosimiy) mengatakan: “banyak dari kalangan pakar tafsir dalam hal ini menceritakan kisah israiliyat (cerita-cerita yang dibuat-buat oleh bani israil) tentang cobaan Nabi Ayyub As dan semua itu tidaklah dapat dipercaya kecuali secara globalnya saja yakni yang telah di isyaratkan Allah dalam al-Quran, karena hanya itulah yang terpercaya, selebihnya belum teruji kebenarannya”.
  Ø  Kesimpulan
1.      Dalam sebagian kitab tafsir maupun hadits sering ditemukan kisah-kisah israiliyat, walaupuntidak semua itu salah, namun banyak juga yang menceritakan kisah-kisah Nabi terdahulu sebelum Nabi Muhammad Saw yang dikisahkan dengan cerita yang jauh dari sifat ‘Ishmah Nabi. Dan itu adalah kisah yang jelas menyalahi akidah Ahlus sunnah wal jamaah
2.      Dari 3 macam israiliyat, yang diyakini salah adalah yang bertentangan dengan al-Quran dan al-Hadits seperti kisah yang mencemarkan para Nabi, maka dari itu perlu adanya gerakan yg meluruskan kisah-kisah yang mencemarkan ke-Rasulan para Nabi yang banyak tersebar & diceritakan atau di tuliskan dalam buku-buku kisah para Nabi .
Allahu a’lam bish-showab

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERBEDAAN AMIL DAN PANITIA ZAKAT

 PERBEDAAN   AMIL DAN PANITIA ZAKAT 1- Amil adalah wakilnya mustahiq. Dan Panitia zakat adalah wakilnya Muzakki. 2- Zakat yang sudah diserahkan pada amil apabila hilang atau rusak (tidak lagi layak di konsumsi), kewajiban zakat atas muzakki gugur. Sementara zakat yang di serahkan pada panitia zakat apabila hilang atau rusak, maka belum menggugurkan kewajiban zakatnya muzakki. - (ﻭﻟﻮ) (ﺩﻓﻊ) اﻟﺰﻛﺎﺓ (ﺇﻟﻰ اﻟﺴﻠﻄﺎﻥ ﻛﻔﺖ اﻟﻨﻴﺔ ﻋﻨﺪﻩ) ﺃﻱ ﻋﻨﺪ اﻟﺪﻓﻊ ﺇﻟﻴﻪ ﻭﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﻨﻮ اﻟﺴﻠﻄﺎﻥ ﻋﻨﺪ اﻟﺪﻓﻊ ﻟﻠﻤﺴﺘﺤﻘﻴﻦ * ﻷﻧﻪ ﻧﺎﺋﺒﻬﻢ ﻓﺎﻟﺪﻓﻊ ﺇﻟﻴﻪ ﻛﺎﻟﺪﻓﻊ ﻟﻬﻢ ﺑﺪﻟﻴﻞ ﺃﻧﻬﺎ ﻟﻮ ﺗﻠﻔﺖ ﻋﻨﺪﻩ اﻟﺰﻛﺎﺓ ﻟﻢ ﻳﺠﺐ ﻋﻠﻰ اﻟﻤﺎﻟﻚ ﺷﻲء ﻭاﻟﺴﺎﻋﻲ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ ﻛاﻟﺴﻠﻄﺎﻥ.* - {نهاية المحتاج جز ٣ ص ١٣٩} - (ﻭﻟﻮ ﺩﻓﻊ ﺇﻟﻰ اﻟﺴﻠﻄﺎﻥ) ﺃﻭ ﻧﺎﺋﺒﻪ ﻛﺎﻟﺴﺎﻋﻲ (ﻛﻔﺖ اﻟﻨﻴﺔ ﻋﻨﺪﻩ) ﺃﻱ ﻋﻨﺪ اﻟﺪﻓﻊ ﺇﻟﻴﻪ ﻭﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﻨﻮ اﻟﺴﻠﻄﺎﻥ ﻋﻨﺪ اﻟﺼﺮﻑ؛ * ﻷﻧﻪ ﻧﺎﺋﺐ اﻟﻤﺴﺘﺤﻘﻴﻦ ﻓﺎﻟﺪﻓﻊ ﺇﻟﻴﻪ ﻛﺎﻟﺪﻓﻊ ﺇﻟﻴﻬﻢ ﻭﻟﻬﺬا ﺃﺟﺰﺃﺕ ﻭﺇﻥ ﺗﻠﻔﺖ ﻋﻨﺪﻩ ﺑﺨﻼﻑ اﻟﻮﻛﻴﻞ* ﻭاﻷﻓﻀﻞ ﻟﻹﻣﺎﻡ ﺃﻥ ﻳﻨﻮﻱ ﻋﻨﺪ اﻟﺘﻔﺮﻗﺔ ﺃﻳﻀﺎ.. - {تحفة المحتاج جز ٣ ص ٣٥٠} 3- Menyerahkan zakat pada amil hukumnya Afdhol (lebih utama) daripada di serahkan sendiri oleh muzakki pada m

DALIL TAHLILAN

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ Masyarakat muslim Indonesia adalah mayoritas penganut madzhab Imam Syafi’i atau biasa disebut sebagai Syafi’iyah (penganut Madzhab Syafi’i). Namun, sebagain lainnya ada yang tidak bermadzhab Syafi’i. Di Indonesia, Tahlilan banyak dilakukan oleh penganut Syafi’iyah walaupun yang lainnya pun ada juga yang melakukannya. Tentunya tahlilan bukan sekedar kegiatan yang tidak memiliki dasar dalam syariat Islam, bahkan kalau ditelusuri dan dikaji secara lebih mendalam secara satu persatu amalan-amalan yang ada dalam tahlilan maka tidak ada yang bertentangan dengan hukum Islam, sebaliknya semuanya merupakan amalah sunnah yang diamalkan secara bersama-sama. Oleh karena itu, ulama seperti walisongo dalam menyebarkan Islam sangatlah bijaksana dan lihai sehingga Islam hadir di Indonesia dengan tanpa anarkis dan frontal, salah satu buahnya sekaligus kelihaian dari para ulama walisongo adalah diperkenalkannya kegiatan tahlilan dengan sangat bijaksana.

MEMBERIKAN ZAKAT FITRAH KEPADA USTADZ

PENGERTIAN FII SABILILLAH MENURUT PERSPEKTIF EMPAT MADZHAB. Sabilillah ( jalan menuju Allah ) itu banyak sekali bentuk dan pengamalannya, yg kesemuanya itu kembali kepada semua bentuk kebaikan atau ketaatan. Syaikh Ibnu Hajar alhaitamie menyebutkan dalam kitab Tuhfatulmuhtaj jilid 7 hal. 187 وسبيل الله وضعاً الطريقة الموصلةُ اليه تعالى (تحفة المحتاج جزء ٧ ص ١٨٧) Sabilillah secara etimologi ialah jalan yang dapat menyampaikan kepada (Allah) SWT فمعنى سبيل الله الطريق الموصل إلى الله وهو يشمل كل طاعة لكن غلب إستعماله عرفا وشرعا فى الجهاد. اه‍ ( حاشية البيجوري ج ١ ص ٥٤٤)  Maka (asal) pengertian Sabilillah itu, adalah jalan yang dapat menyampaikan kepada Allah, dan ia mencakup setiap bentuk keta'atan, tetapi menurut pengertian 'uruf dan syara' lebih sering digunakan untuk makna jihad (berperang). Pengertian fie Sabilillah menurut makna Syar'ie ✒️ Madzhab Syafi'ie Al-imam An-nawawie menyebutkan didalam Kitab Al-majmu' Syarhulmuhaddzab : واحتج أصحابنا بأن المفهوم في ا