MENYIKAPI CERITA ISRAILIYAT
Ø
Makna
Israiliyat
Israiliyat menurut ahli tafsir dan hadits adalah berita atau
cerita-cerita yg sering dimasukkan dalam kitab-kitab hadits dan tafsir terkait
dongeng-dongeng orang kuno yg periwayatannya tersambung pada pemuka yahudi,
nasrani atau yang lainnya. Bahkan termasuk dari israiliyat adalah hal-hal yang
disusupkan oleh musuh-musuh islam ke dalam ktab tafsir dan hadits guna merusak
aqidah kaum muslimin. Meskipun kisah Israiliyat tidak terkhusus dengan
kisah-kisah yang diambil dari bangsa yahudi, penggunaan istilah Israiliyat
cenderung dipengaruhi karena lebih besarnya keterkaitan bangsa yahudi dalam
usaha memusuhi dan menghancurkan Islam. Disebutkan dalam al-Quran
لَتَجِدَنَّ
أَشَدَّ النَّاسِ عَدَاوَةً لِلَّذِينَ آَمَنُوا الْيَهُودَ وَالَّذِينَ أَشْرَكُوا [المائدة/82]
“sesungguhnya
kamu dapati orang-orang yang paling keras permusuhannya terhadap orang-orang
yang beriman ialah orang-orang yahudi dan orang-orang musyrik”.(Qs,
al-maidah,82)
Ø Macam-macam Israiliyat dan hukum meriwayatkannya
a.
Kisah
israiliyat yang diyakini sah, yakni sesuai dengan al-Quran & as-Sunnah
Kitab suci al-Quran merupakan kitab terakhir yang senantiasa
menjaga keabadian ruh ajaran kitab-kitab samawi kuno yg lebih dahulu Allah
turunkan kepada para Nabi sebelum Nabi Muhammad Saw . al-Quran juga telah menjadi
bukti dan saksi atas kandungan kitab-kitab samawi itu sekaligus sebagai
timbangan atas kejujuran dan kedustaan kabar berita seseorang dari ahli kitab.
Oleh sebab itu jika terdapat berita israiliyat maka dapat kita waspadai
kebenaran dan kedustaannya dengan menyesuaikan berita tersebut dengan kandungan
al-Quran. Artinya, jika berita-berita israiliyat itu sesuai dan tidak
bersebrangan dengan al-Quran maka berita tersebut dapat dikatakan benar dan
sah, begitu juga sebaliknya jka menyalahi & melenceng dari al-Quran maka
pasti itu adalah berita yang batal dan merupakan kedustaan yang dibuat-buat
oleh Oknum / pribadi yang berkepentingan. Allah Swt berfirman
وَأَنْزَلْنَا
إِلَيْكَ الْكِتَابَ بِالْحَقِّ مُصَدِّقًا لِمَا بَيْنَ يَدَيْهِ مِنَ الْكِتَابِ
وَمُهَيْمِنًا عَلَيْهِ فَاحْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ اللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ
أَهْوَاءَهُمْ عَمَّا جَاءَكَ مِنَ الْحَقِّ لِكُلٍّ جَعَلْنَا مِنْكُمْ شِرْعَةً وَمِنْهَاجًا
وَلَوْ شَاءَ اللَّهُ لَجَعَلَكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَلَكِنْ لِيَبْلُوَكُمْ فِي
مَا آَتَاكُمْ فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ إِلَى اللَّهِ مَرْجِعُكُمْ جَمِيعًا فَيُنَبِّئُكُمْ
بِمَا كُنْتُمْ فِيهِ تَخْتَلِفُونَ (48) وَأَنِ احْكُمْ بَيْنَهُمْ بِمَا أَنْزَلَ
اللَّهُ وَلَا تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ وَاحْذَرْهُمْ أَنْ يَفْتِنُوكَ عَنْ بَعْضِ
مَا أَنْزَلَ اللَّهُ إِلَيْكَ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَاعْلَمْ أَنَّمَا يُرِيدُ اللَّهُ
أَنْ يُصِيبَهُمْ بِبَعْضِ ذُنُوبِهِمْ وَإِنَّ كَثِيرًا مِنَ النَّاسِ لَفَاسِقُونَ [المائدة/48، 49]
“dan Kami telah turunkan kepadamu al-Quran dengan membawa
kebenaran,membenarkan apa yg sebelumnya, yaitu kitab-kitab (yang diturunkan
sebelumnya) dan batu ujian (maksudnya :al-Quran adalah ukuran untuk menentukan
benar tidaknya ayat-ayat yg diturunkan dalam kitab-kitab sebelumnya) terhadap
kitab-kitab yang lain itu, maka putuskanlah perkara mereka menurut apa yg Allah
turunkan dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu mereka dengan meninggalkan
kebenaran yang telah datang kepadamu. Untuk tiap-tiap umat diantara kamu
(Maksudnya: umat Nabi Muhammad dan umat-umat yg sebelumnya), Kami berikan
aturan dan jalan yang terang. Sekiranya Allah menghendaki niscaya kamu
dijadikan-Nya satu umat(saja), tetapi Allah hendak menguji kamu terhadap
pemberian-Nya kepadamu, maka berlomba-lomba lah berbuat kebajikan. Hanya kepada
Allah lah kembali kamu semuanya, lalu diberitakan-Nya kepadamu apa yang telah
kamu perselisihkan itu. Dan hendaklah kamu memutuskan perkara diantara mereka
menurut apa yg diturunkan Allah, dan janganlah kamu mengikuti hawa nafsu
mereka. Dan berhati-hatilah kamu terhadap mereka, supaya mereka tidak
memalingkan kamu dari sebahagian apa yg diturunkan Allah kepadamu. Jika mereka
berpaling (dari hukum yg telah diturunkan Allah), maka ketahuilah bahwa
sesungguhnya Allah menghendaki akan menimpakan musibah kepada mereka disebabkan
sebagian dosa-dosa mereka. Dan sesungguhnya kebanyakan manusia adalah
orang-orang yang fasiq”.(Qs, al-Maidah, 48-49)
Hukum Meriwayatkannya
Meskipun kisah atau kabar israiliyat itu sah dan benar, akan
tetapi sebenarnya kita telah tercukupi meskipun tanpa harus menkonsumsinya,
meskipun kaca mata syariat memperbolehkan menyebutkan dan meriwayatkan
israiliyat yang demikan ini sebagai argumentasi untuk melawan orang-orang ahli
kitab dalam menyalah gunakan dan mendustakan kandungan murni kitab-kitab
mereka. Terkait israiliyat yang sah Nabi Muhammad Saw bersabda
بلِّغُوا
عني ولو آية ، وحَدِّثوا عن بني إِسرائيل ، ولا حَرَجَ ، وَمَن كَذَبَ عليَّ مُتَعمِّدا
فَلْيَتَبَوَّأْ مَقْعَدَهُ مِن النَّارِ
“sampaikan dariku sekalipun satu ayat dan ceritakanlah (apa yang
kalian dengar) dari Bani Israil dan itu tidak apa (dosa). Dan siapa yang yg
berdusta atasku dengan sengaja maka bersiap-siaplah menempati tempat duduknya
di neraka.” (HR, al-Bukhori)
Hadits tersebut memberikan keleluasan bagi kita untuk mengambil
dan mengkonsumsi berita-berita yang bersumber dari ahli kitab, yang sebelumnya
Nabi telah melarang untuk mengambil dan melihat kitab-kitab ahli kitab, karena
hal itu dapat berpotensi akan menimbulkan fitnah yang ditimbulkan dari ulah
mereka yg selalu menyalin kitab mereka semaunya sendiri, sekaligus saat itu
islam belum menetapkan hukum-hukum dan perundang-undangan agama islam secara
menyeluruh. Namun, setelah islam menetapkan hukum dan perundang-undangan
agamanya, bersamaan dengan itu pulalah kekhawatiran akan terjadinya kerancauan
dalam ber-aqidah pun juga ikut hilang dan Nabi Saw pun memberikan izin untuk
mengambil kabar berita Israiliyat yang shahih
b.
Israiliyat
yang Diyakini Bersebrangan Dengan Al-Quran Dan Hadits
Israiliyat jenis ini adalah seperti kisah-kisah yg menceritakan
para Nabi dan mencemarkan ke-ma’shum-an para Nabi, seperti kisah Nabi Yusuf,
Daud, Ayyub, dan Sulaiman yg mashur diantara kita. Dan seperti kabar yang
mereka sampaikan dalam kitab tauratnya bahwa orang yang disembelih Nabi Ibrahim
adalah Nabi Ishaq bukan Nabi Isma’il.
Hukum
Meriwayatkannya
Kisah-kisah demikian ini tidak dapat kita riwayatkan ataupun kita sebutkan tanpa disertai
keterangan yang menjelaskan kedustaannya. Allah Swt berfirman
{ يُحَرِّفُونَ الْكَلِمَ عَنْ مَوَاضِعِهِ} [النساء: 46]
“mereka mengubah perkataan dari tempatnya( maksudnya: mengubah
arti kata-kata , tempat atau menambah dan mengurangi)”.(Qs,
an-Nisaa, 46)
Israiliyat yang demikian inilah yang sangat membahayakan agama,
sehingga Nabi telah menegaskan larangan kepada sahabatnya untuk meriwayatkannya
عَنْ جَابِرِ
ابْنِ عَبْدِ اللَّهِ، أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رضى الله عنه، أَتَى النَّبِىَّ
صلى الله عليه وسلم بِكِتَابٍ أَصَابَهُ مِنْ بَعْضِ أَهْلِ الْكُتُبِ، فَقَرَأَهُ
النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم فَغَضِبَ، فَقَالَ: "أَمُتَهَوِّكُونَ فِيهَا يَا
ابْنَ الْخَطَّابِ، وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لَقَدْ جِئْتُكُمْ بِهَا بَيْضَاءَ
نَقِيَّةً، لاَ تَسْأَلُوهُمْ عَنْ شَىْءٍ، فَيُخْبِرُوكُمْ بِحَقٍّ فَتُكَذِّبُوا
بِهِ، أَوْ بِبَاطِلٍ فَتُصَدِّقُوا بِهِ، وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ، لَوْ أَنَّ
مُوسَى كَانَ حَيًّا مَا وَسِعَهُ إِلاَ أَنْ يَتَّبِعَنِى
“dari jabir bin Abdullah, Umar bin khottab menemui Nabi Saw
dengan membawa tulisan yang dia dapatkan dari ahli kitab, Nabi Saw terus
membacanya dan marah seraya bersabda: “ bukankah isinya hanya orang-orang yang
bodoh wahai Ibnu khottob?. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, saya
datang kepada kalian dengan membawa cahaya yang terang. Janganlah kalian
bertanya kepada mereka tentang suatu ! bagaimana jika mereka mengabari kalian
kebenaran lalu kalian mendustakannya atau mereka menyampaikan kebatilan lalu
kalian membenarkannya ?. demi yang jiwaku berada ditangan-Nya, seandainya Musa
As hidup maka tidak ada jalan lain selain dia mengikuti-ku”. (HR.
Ahmad-14623)
Bahkan Hadits Nabi Saw yang memberikan pelegalan dalam
meriwayatkan Israiliyat yang ada pada hadits sebelumnya menurut sebagian Ulama
dikhususkan terhadap israiliyat yang baik dan benar, maka mengecualikan yg
berstatus dusta sebagaimana yang telah disampaikan oleh al-Hafidh Ibnu Hajar yang mengutip
pendapatnya Imam Malik. Dan inilah yang dimaksud oleh sabda Nabi Saw
يَا
مَعْشَرَ الْمُسْلِمِينَ كَيْفَ تَسْأَلُونَ أَهْلَ الْكِتَابِ وَكِتَابُكُمْ الَّذِي
أُنْزِلَ عَلَى نَبِيِّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحْدَثُ الْأَخْبَارِ
بِاللَّهِ تَقْرَءُونَهُ لَمْ يُشَبْ وَقَدْ حَدَّثَكُمْ اللَّهُ أَنَّ أَهْلَ الْكِتَابِ
بَدَّلُوا مَا كَتَبَ اللَّهُ وَغَيَّرُوا بِأَيْدِيهِمْ الْكِتَابَ فَقَالُوا هُوَ
مِنْ عِنْدِ اللَّهِ {لِيَشْتَرُوا بِهِ ثَمَنًا قَلِيلًا} أَفَلَا يَنْهَاكُمْ مَا
جَاءَكُمْ مِنْ الْعِلْمِ عَنْ مُسَاءَلَتِهِمْ وَلَا وَاللَّهِ مَا رَأَيْنَا مِنْهُمْ
رَجُلًا قَطُّ يَسْأَلُكُمْ عَنْ الَّذِي أُنْزِلَ عَلَيْكُمْ
“ wahai sekalian kaum muslimin,
bagaimana bisa kalian bertanya kepada ahli kitab sedangkan kitab kalian yang diturunkan kepada Nabi-Nya Saw adalah
kitab yang paling baru tentang Allah. Kalian membacanya dengan tidak campur
aduk, dan Allah telah memberi tahu kalian bahwa orang-orang ahli kitab telah
merubah apa yang telah Allah tetapkan, dan mereka merubahnya dengan tangan
mereka, lalu mereka berkata ini dari Allah dengan maksud (menjualnya dengan
harga yang sedikit). Bukankah dengan ilmu yang telah datang kepada kalian
berarti Dia melarang kalian untuk bertanya ?. Tidak, demi Allah, kami tidak
melihat seorang pun dari merekayang bertanya tentang apa yang diturunkan kepada
kalian”.( HR, al-Bukhori-2488)
c.
Israiliyat
Yang Tidak Diperkuat Dan Tidak Didustakan Agama
Mengenai Israiliyat yg tidak bertentangan dengan syariat islam namun
juga tidak dibenarkan oleh syariat, para pakar
bersikap untuk tidak mendustakan dan juga tidak membenarkan. Mereka
tidak mendustakan karena dikhawatirkan akan mendustakan perkara yang benar dan
haq jika ternyata ceritanya benar dan
haq. Namun mereka juga tidak membenarkan karena juga khawatir akan membenarkan
hal-hal yang dusta. Meskipun demikian kita tetap diberikan kebebasan
meriwayatkan kabar dari ahli kitab. Israiliyat jenis ini adalah sebagaimana
yang telah disinggung dalam Nabi Saw
كَانَ أَهْلُ
الْكِتَابِ يَقْرَءُونَ التَّوْرَاةَ بِالْعِبْرَانِيَّةِ وَيُفَسِّرُونَهَا بِالْعَرَبِيَّةِ
لِأَهْلِ الْإِسْلَامِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
لَا تُصَدِّقُوا أَهْلَ الْكِتَابِ وَلَا تُكَذِّبُوهُمْ وَقُولُوا { آمَنَّا بِاللَّهِ
وَمَا أُنْزِلَ إِلَيْنَا } الْآيَةَ
“orang-orang ahli kitab membaca taurat dengan bahasa Ibraniy dan
menjelaskan kepada orang-orang dengan bahasa arab. Melihat hal itu Rasulullah
Saw bersabda: jangalah kalian mempercayai ahli kitab dan jangan pula mendustakannya,
tetapi ucapkanlah:” kami beriman kepada Allah dan kepada apa yang telah
diturunkan kepada kami (al-Baqoroh, 136)“. (HR,
al-Bukhori-4125)
Akan tetapi yang lebih utama adalah tidak perlu menyebutkannya
atau meriwayatkannya, sebagaimana disampaikan dalam Hadits
عَنْ جَابِرِ
ابْنِ عَبْدِ اللَّهِ، أَنَّ عُمَرَ بْنَ الْخَطَّابِ رضى الله عنه، أَتَى النَّبِىَّ
صلى الله عليه وسلم بِكِتَابٍ أَصَابَهُ مِنْ بَعْضِ أَهْلِ الْكُتُبِ، فَقَرَأَهُ
النَّبِىُّ صلى الله عليه وسلم فَغَضِبَ، فَقَالَ: "أَمُتَهَوِّكُونَ فِيهَا يَا
ابْنَ الْخَطَّابِ، وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لَقَدْ جِئْتُكُمْ بِهَا بَيْضَاءَ
نَقِيَّةً، لاَ تَسْأَلُوهُمْ عَنْ شَىْءٍ، فَيُخْبِرُوكُمْ بِحَقٍّ فَتُكَذِّبُوا
بِهِ، أَوْ بِبَاطِلٍ فَتُصَدِّقُوا بِهِ، وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ، لَوْ أَنَّ
مُوسَى كَانَ حَيًّا مَا وَسِعَهُ إِلاَ أَنْ يَتَّبِعَنِى
“dari jabir bin Abdullah, Umar bin khottab menemui Nabi Saw
dengan membawa tulisan yang dia dapatkan dari ahli kitab, Nabi Saw terus
membacanya dan marah seraya bersabda: “ bukankah isinya hanya orang-orang yang
bodoh wahai Ibnu khottob?. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, saya
datang kepada kalian dengan membawa cahaya yang terang. Janganlah kalian
bertanya kepada mereka tentang suatu ! bagaimana jika mereka mengabari kalian
kebenaran lalu kalian mendustakannya atau mereka menyampaikan kebatilan lalu
kalian membenarkannya ?. demi yang jiwaku berada ditangan-Nya, seandainya Musa
As hidup maka tidak ada jalan lain selain dia mengikuti-ku”. (HR.
Ahmad-14623)
Dalam hadits lain disebutkan sahabat Umar pernah menyalin kitab
Taurat dalam lembaran-lembaran dan kemudian Nabi Saw menegur-nya
لاَتَسْأَلُوْا
أهْلَ الْكِتَابِ عَنْ شَيْءٍ
“janganlah
kalian bertanya kepada ahli kitab tentang suatu apapun”.(HR, Ahmad &
Sufyan Tsaury)
Mengenai hadits ini, Ibnu Batthol berpendapat bahwa larangan
bertanya kepada ahli kitab adalah diarahkan terhadap hal-hal yg tidak ada nash
yang mendasarinya, hal ini dikarenakan syariat kita telah tercukupi dengan
tanpa kabar dari mereka. Dalam hal istidlal (menggali dalil) kita tidak perlu
bertanya kepada mereka, artinya kita kita telah tercukupi dgn dalil-dalil yang
kita miliki baik dalam al-Quran atau hadits. Sedangkan larangan dalam hadits
itu tidak terkait dengan kabar-kabar yang dapat dijadikan pembenar syariat
Islam dan kabar-kabar umat terdahulu. Karena kabar terkait hal ini tetap
dipertimbangkan.
Ø
Kisah
Israiliyat Mengenai penyakit Nabi Ayyub As
Beliau adalah salah satu Nabi Allah Swt yg mendapatkan kesaksian
dari Allah sebagai hambanya yang bersabar atas ujian yang diberikan Allah
kepadanya. Dalam al-Quran disebutkan
{ إِنَّا وَجَدْنَاهُ صَابِرًا نِعْمَ الْعَبْدُ إِنَّهُ أَوَّابٌ}
[ص: 44]
“sesungguhnya Kami dapati dia (ayyub) seorang yang sabar. Dialah
sebaik-baik hamba. Sesungguhnya Dia amat taat (kepada Tuhannya)”. (Qs,
ash-Shod, 44)
Beliau adalah Nabi yang oleh Allah diberi cobaan penyakit pada
badannya juga habis harta bendanya dan ditinggal keluarganya, dengan
kesabarannya yang begitu besar Allah memujinya dalam al-Quran sebagaimana ayat
di atas
Mengenai kisah ujian Allah yg diberikan kpd beliau yang berupa
penyakit , sungguh sangat mengerikan dan membuat kita bertanya apakah benar
cerita yang selama ini kita dengar bahwa penyakit yang beliau alami sampai
membuat jijik kaumnya, dan mereka sampai membuang Nabi Ayyub di atas kotoran hewan seperti unta
dan sejenisnya ?? padahal, jelaslah bahwa setiap Nabi itu terjaga dari setiap
hal yang menurunkan atau menjatuhkan martabat seorang utusan Allah Swt,
walaupun para Nabi memiliki sifat
basyariah ( manusiawi), namun sifat-sifat basyariah para Nabi seperti
makan,minum dan sakit semua itu tidak-lah sampai menjatuhkan martabat sebagai
seorang utusan.
Dr. Muhammad Sayyid
Thanthowiy dalam kitab tafsir al-Wasith li al-Quran al-karim menyebutkan : “bahwa
cerita-cerita tentang Nabi Ayyub adalah merupakan cerita-cerita yang sangat
lemah atas kebenarannya, memandang dalam cerita itu sangat bertentangan dengan
sifat terjaganya (ma’shum)-nya seorang Rasul. Sehingga yang perlu kita yakini
hanyalah beliau Nabi Ayyub As telah diuji Allah dengan sebuah penyakit dan
beliau mampu bersabar atas cobaan itu, sebab dalam al-Quran sendiri hanya
menyebutkan demikian.
Syaikh Muhammad Jamal ad-Din al-Qosimi dalam kitabnya Mahisin
at-Takwil ( tafsir al-Qosimiy) mengatakan: “banyak dari kalangan pakar
tafsir dalam hal ini menceritakan kisah israiliyat (cerita-cerita yang
dibuat-buat oleh bani israil) tentang cobaan Nabi Ayyub As dan semua itu
tidaklah dapat dipercaya kecuali secara globalnya saja yakni yang telah di
isyaratkan Allah dalam al-Quran, karena hanya itulah yang terpercaya,
selebihnya belum teruji kebenarannya”.
Ø Kesimpulan
1.
Dalam sebagian kitab tafsir
maupun hadits sering ditemukan kisah-kisah israiliyat, walaupuntidak semua itu
salah, namun banyak juga yang menceritakan kisah-kisah Nabi terdahulu sebelum
Nabi Muhammad Saw yang dikisahkan dengan cerita yang jauh dari sifat ‘Ishmah
Nabi. Dan itu adalah kisah yang jelas menyalahi akidah Ahlus sunnah wal jamaah
2.
Dari 3 macam israiliyat, yang
diyakini salah adalah yang bertentangan dengan al-Quran dan al-Hadits seperti
kisah yang mencemarkan para Nabi, maka dari itu perlu adanya gerakan yg
meluruskan kisah-kisah yang mencemarkan ke-Rasulan para Nabi yang banyak
tersebar & diceritakan atau di tuliskan dalam buku-buku kisah para Nabi .
Allahu
a’lam bish-showab
Komentar
Posting Komentar
Harap berkomentar yang baik