Langsung ke konten utama

Mengganti Susuk (kelebihan belanja) dengan Barang Seharga

Mengganti Susuk (kelebihan belanja) dengan Barang Seharga
Diskripsi masalah:
Sering terjadi pada transaksi jual-beli dalam mengembalikan uang susuk (kelebihan belanja) tidak dengan semestinya, tapi dengan barang lain yang pas harganya dengan uang kelebihan tadi. Misalnya: harga rokok Rp. 900,- si pembeli membayar dengan uang sebesar Rp. 1.000,- karena mencari susuk tidak ada, maka si penjual memberikan korek atau sejenisnya sebagai pengganti dari kelebihan uang belanja tadi. Dalam hal ini terkadang si pembeli menerimanya dengan terpaksa (ngrundel: jawa)
Pertanyaan:
a.       Bagaimanakah hukum perbuatan si penjual tadi?
b.      Bila penjual dalam memberikan mabi’ (rokok) dan korek api (pengganti susuk) dalam waktu yang sama, manakah yang menjadi aqad bai’ (jual-beli)?
c.       Sahkah aqad jual beli tersebut?
Jawaban:
Pada hakekatnya dalam pelaksanaan jual-beli tersebut, si penjual memberikan korek atau sejenisnya sebagai pengganti kelebihan uang, setelah jadinya aqad jual-beli rokok seharga Rp. 900,- tadi. Dengan demikian menjawab pertanyaan di atas adalah sebagai berikut:
a.       Hukum perbuatan penjual rokok tadi diperbolehkan, dengan mengikuti qoulnya ulama yang memperbolehkan bai’ mu’athoh atau istibdal ‘anid dain dengan tanpa sighot.

Keterangan:
1.      Perlu diketahui bahwa keterpaksaan (nggrundele ati) dari musytari (pembeli) di atas tidak bisa merusak sahnya aqad, sebab musytari masih bisa khiyar (memilih/meminta apa yang disenangi) sebagai penggnti susuk.
2.      Untuk pertanyaan bagian b dan c, jawabannya sudah terkandung dalam jawaban di atas, oleh karenanya musyawirin menganggap gugur.
Pengambilan ibarat:
1.       Sulaiman al-Jamal, juz III, hal. 164
2.       I’anatut Tholibin, juz III, hal. 4
3.       Al-Bajuri, juz I, hal. 341
4.       As-Syarqowi, juz II, hal. 18-19
وفى سليمان الجمل، ج 3 ص 164، مانصه:
وصح استبدال ولو فى صلح عن دين غير مثمن بغير دين كثمن فى الذمة ودين قرض واتلاف، اهـ (قوله وصح استبدال) بشرط ان يكون الاستبدال بإيجاب وقبول والا فلا يملك ما يأخذه قاله السبكى وهو ظاهر وبحث الاذرعى الصحة بناء على صحة المعاطاة اهـ
وفى إعانة الطالبين، ج 3 ص 4، مانصه:
(والحاصل) المعاطاة هى ان يتفق البائع والمشترى على الثمن والمثمن ثم يدفع البائع المثمن للمشترى وهو يدفع الثمن له سواء كان مع سكوتهما او مع وجود لفظ ايجاب او قبول من احدهما او مع وجود لفظ منهما لكن من الالفاظ المتقدمة، اهـ
وفى الباجورى، ج 1 ص 341، مانصه:
(قوله ولا بد فى البيع الخ) -إلى أن قال- فلا يصح البيع بالمعاطاة ويرد كل ما اخذه ان يبقى او بدله ان تلف فلا مطالبة به فى الاخرة لطيب النفس به واختار النووى وجماعة صحة البيع بها فى كل ما يعده الناس بيعا لان المدار فيه على رضا المتعاقدين ولم يثبت اشتراط لفظ فيرجع فيه الى العرف وخصص بعضهم جوازه بالمحقرات كرغيف عيش ونحوه فينبغى تقليد القائل بالجواز للخروج من الاثم فإنه مما ابتلى به كثير. اهـ
وفى الشرقاوى، ج 2 ص 18-19، مانصه:

(باب لزوم البيع) (اذا وجدت صيغته والعاقدان رشيدان مختاران والمبيع مملوك) هو من زيادتى (طاهر منتفع به مقدور على تسليمه معلوم لهما وللعاقدين عليه ولاية وانقطع الخيار) اى خيار المجلس وخيار الشرط (لزم) البيع فلا يلزم بل لايصح بلا صيغة ولابغير عاقدين متصفين بما مر. اهـ

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERBEDAAN AMIL DAN PANITIA ZAKAT

 PERBEDAAN   AMIL DAN PANITIA ZAKAT 1- Amil adalah wakilnya mustahiq. Dan Panitia zakat adalah wakilnya Muzakki. 2- Zakat yang sudah diserahkan pada amil apabila hilang atau rusak (tidak lagi layak di konsumsi), kewajiban zakat atas muzakki gugur. Sementara zakat yang di serahkan pada panitia zakat apabila hilang atau rusak, maka belum menggugurkan kewajiban zakatnya muzakki. - (ﻭﻟﻮ) (ﺩﻓﻊ) اﻟﺰﻛﺎﺓ (ﺇﻟﻰ اﻟﺴﻠﻄﺎﻥ ﻛﻔﺖ اﻟﻨﻴﺔ ﻋﻨﺪﻩ) ﺃﻱ ﻋﻨﺪ اﻟﺪﻓﻊ ﺇﻟﻴﻪ ﻭﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﻨﻮ اﻟﺴﻠﻄﺎﻥ ﻋﻨﺪ اﻟﺪﻓﻊ ﻟﻠﻤﺴﺘﺤﻘﻴﻦ * ﻷﻧﻪ ﻧﺎﺋﺒﻬﻢ ﻓﺎﻟﺪﻓﻊ ﺇﻟﻴﻪ ﻛﺎﻟﺪﻓﻊ ﻟﻬﻢ ﺑﺪﻟﻴﻞ ﺃﻧﻬﺎ ﻟﻮ ﺗﻠﻔﺖ ﻋﻨﺪﻩ اﻟﺰﻛﺎﺓ ﻟﻢ ﻳﺠﺐ ﻋﻠﻰ اﻟﻤﺎﻟﻚ ﺷﻲء ﻭاﻟﺴﺎﻋﻲ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ ﻛاﻟﺴﻠﻄﺎﻥ.* - {نهاية المحتاج جز ٣ ص ١٣٩} - (ﻭﻟﻮ ﺩﻓﻊ ﺇﻟﻰ اﻟﺴﻠﻄﺎﻥ) ﺃﻭ ﻧﺎﺋﺒﻪ ﻛﺎﻟﺴﺎﻋﻲ (ﻛﻔﺖ اﻟﻨﻴﺔ ﻋﻨﺪﻩ) ﺃﻱ ﻋﻨﺪ اﻟﺪﻓﻊ ﺇﻟﻴﻪ ﻭﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﻨﻮ اﻟﺴﻠﻄﺎﻥ ﻋﻨﺪ اﻟﺼﺮﻑ؛ * ﻷﻧﻪ ﻧﺎﺋﺐ اﻟﻤﺴﺘﺤﻘﻴﻦ ﻓﺎﻟﺪﻓﻊ ﺇﻟﻴﻪ ﻛﺎﻟﺪﻓﻊ ﺇﻟﻴﻬﻢ ﻭﻟﻬﺬا ﺃﺟﺰﺃﺕ ﻭﺇﻥ ﺗﻠﻔﺖ ﻋﻨﺪﻩ ﺑﺨﻼﻑ اﻟﻮﻛﻴﻞ* ﻭاﻷﻓﻀﻞ ﻟﻹﻣﺎﻡ ﺃﻥ ﻳﻨﻮﻱ ﻋﻨﺪ اﻟﺘﻔﺮﻗﺔ ﺃﻳﻀﺎ.. - {تحفة المحتاج جز ٣ ص ٣٥٠} 3- Menyerahkan zakat pada amil hukumnya Afdhol (lebih utama) daripada di serahkan sendiri oleh muzakki pada m

DALIL TAHLILAN

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ Masyarakat muslim Indonesia adalah mayoritas penganut madzhab Imam Syafi’i atau biasa disebut sebagai Syafi’iyah (penganut Madzhab Syafi’i). Namun, sebagain lainnya ada yang tidak bermadzhab Syafi’i. Di Indonesia, Tahlilan banyak dilakukan oleh penganut Syafi’iyah walaupun yang lainnya pun ada juga yang melakukannya. Tentunya tahlilan bukan sekedar kegiatan yang tidak memiliki dasar dalam syariat Islam, bahkan kalau ditelusuri dan dikaji secara lebih mendalam secara satu persatu amalan-amalan yang ada dalam tahlilan maka tidak ada yang bertentangan dengan hukum Islam, sebaliknya semuanya merupakan amalah sunnah yang diamalkan secara bersama-sama. Oleh karena itu, ulama seperti walisongo dalam menyebarkan Islam sangatlah bijaksana dan lihai sehingga Islam hadir di Indonesia dengan tanpa anarkis dan frontal, salah satu buahnya sekaligus kelihaian dari para ulama walisongo adalah diperkenalkannya kegiatan tahlilan dengan sangat bijaksana.

MEMBERIKAN ZAKAT FITRAH KEPADA USTADZ

PENGERTIAN FII SABILILLAH MENURUT PERSPEKTIF EMPAT MADZHAB. Sabilillah ( jalan menuju Allah ) itu banyak sekali bentuk dan pengamalannya, yg kesemuanya itu kembali kepada semua bentuk kebaikan atau ketaatan. Syaikh Ibnu Hajar alhaitamie menyebutkan dalam kitab Tuhfatulmuhtaj jilid 7 hal. 187 وسبيل الله وضعاً الطريقة الموصلةُ اليه تعالى (تحفة المحتاج جزء ٧ ص ١٨٧) Sabilillah secara etimologi ialah jalan yang dapat menyampaikan kepada (Allah) SWT فمعنى سبيل الله الطريق الموصل إلى الله وهو يشمل كل طاعة لكن غلب إستعماله عرفا وشرعا فى الجهاد. اه‍ ( حاشية البيجوري ج ١ ص ٥٤٤)  Maka (asal) pengertian Sabilillah itu, adalah jalan yang dapat menyampaikan kepada Allah, dan ia mencakup setiap bentuk keta'atan, tetapi menurut pengertian 'uruf dan syara' lebih sering digunakan untuk makna jihad (berperang). Pengertian fie Sabilillah menurut makna Syar'ie ✒️ Madzhab Syafi'ie Al-imam An-nawawie menyebutkan didalam Kitab Al-majmu' Syarhulmuhaddzab : واحتج أصحابنا بأن المفهوم في ا