Ketentuan
Jodoh, Rizqi dan Mati
|
Saya seorang
pemuda muslim, berusia 30 tahun, pegawai negeri dan belum menikah. Saya selalu
gelisah bahkan hampir putus asa bila ingat pernikahan dan masa depan. Hal ini
terjadi mungkin karena kehidupan keluarga saya (pribadi saya) atau mungkin juga
melihat zaman yang sudah tidak karu-karuan ini, apalagi untuk generasi yang
akan datang.
- Bagaimana maksud dan penjelasan
tentang hadits yang "Tiap-tiap orang itu sudah ditentukan jodoh,
rizki dan matinya! "?
- Kalau kita masih dianjurkan
berusaha, seberapa besarkan usaha kita untuk ketiga hal tersebut?
- Apakah usaha kita sama dengan
bila menghadapi selain ketiga hal tersebut (misalnya mencari ilmu)?
- Saya melihat orang-orang dahulu
(orang ‘alim) bisa mantap dan bisa menerapkan hadits tersebut, sehingga
meskipun tidak terlalu sibuk mencari harta, namun rizkinya tetap lancar,
anaknya banyak dan bisa beribadah dengan tenang. Namun mengapa saya tidak
bisa seperti itu, sehingga hidup saya jadi gelisah dan hampir putus asa?
- Ketika sedang i'tikaf di masjid
atau setelah shalat atau ibadah-ibadah yang lainnya, kadang-kadang
terlintas dalam fikiran saya untuk memo-hon kepada Allah agar nyawa saya
secepatnya diambil pada saat tersebut; mengingat fikiran saya yang selalu
gelisah bila memikirkan hari yang akan datang. Bolehkah fikiran saya yang
demikian itu?
Jawaban
Bunyi hadits
yang saudara maksudkan, sebagaimana terdapat dalam kitab al Wafi fi Syarhil Arbain Nawawi halaman 20
adalah sebagai berikut
عَنْ أَبِيْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَبْدِ الله ابْنِ
مَسْعُوْدٍ رَضِيَ الله عَنْهُ
قَالَ حَدَّثَنَا رَسُوْلُ الله صَلَّى الله عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الصَّادِقُ الْمَصْدُوْقُ:
إِنَّ أَحَدَكُمْ يُجْمَعُ خَلْقُهُ فِيْ بَطْنِ أُمِّهِ أَرْبَعِيْنَ يَوْمًا نُطْفَةً ثُمَّ يَكُوْنُ
عَلَقَةً مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ يَكُوْنُ مُضْغَةً مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّّ يُرْسَلُ إِلَيْهِ الْمَلَكُ
فَيَنْفُخُ فِيْهِ
الرُّوْحَ وَيُؤْمَرُ بِأَرْبَعِ كَلِمَاتٍ بِكَتْبِ رِزْقِهِ وَأَجَلِهِ وَعَمَلِهِ وَشَقِيٌّ أَوْ
سَعِيْدٌ . فَوَاللهِ الَّذِيْ لاَ إِلَهَ غَيْرُهُ إِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ
الْجَنَّةِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ
بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ
الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ النَّارِ فَيَدْخُلُهَا . وَإِنَّ أَحَدَكُمْ لَيَعْمَلُ
بِعَمَلِ أَهْلِ
النَّارِ حَتَّى مَا يَكُوْنُ بَيْنَهُ وَبَيْنَهَا إِلاَّ ذِرَاعٌ فَيَسْبِقُ عَلَيْهِ
الْكِتَابُ فَيَعْمَلُ بِعَمَلِ أَهْلِ الْجَنَّةِ فَيَدْخُلُهَا .
Diriwayatkan
dari bapak Abdir Rahman, yaitu Abdullah bin Mas'ud ra. Katanya: Telah
menceriterakan kepada kami Rasulullah saw. orang yang selalu benar dan dibenar
kan, sesungguhnya salah seorang dari kamu sekalian dikumpulkan kejadiannya
dalam perut ibunya selama empat pulah hari berupa air mani. Kemudian menjadi
segumpal darah dalam waktu empat puluh hari. Kemudian menjadi segumpal daging
dalam waktu empat puluh hari. Lalu diutus seorang malaikat kepada janin
tersebut dan ditiupkan ruh kepadanya dan malaikat tersebut diperintahkan untuk
menuliskan empat perkara, yaitu: menulis rizkinya, batas umur-nya, pekerjaannya
dan kecelakaan atau kebahagiaan hidupnya. Demi Allah yang tidak ada Tu-han
selain Dia, sungguh ada salah seorang di antara kamu sekalian benar-benar telah
beramal dengan amal ahli sorga sehingga tidak ada jarak antara dia dan sorga
kecuali satu hasta, kemudian catatan taqdir telah mendahuluinya, sehingga dia
melakukan pekerjaan ahli neraka, maka dia masuk ke dalam neraka. Dan sungguh
ada salah seorang dari kamu sekalian yang beramal dengan amalan ahli neraka,
sehingga tidak ada jarak antara dia dengan neraka kecu-ali satu hasta, kemudian
catatan taqdir telah mendahuluinya, sehingga dia beramal dengan amal ahli
sorga, maka dia masuk ke dalam sorga.
Hadits di
atas ini adalah berita dari Allah swt. kepada seluruh manusia lewat Rasulullah
saw. tentang hakekat dari rizki, umur, pekerjaan dan kebahagiaan atau
kecelakaan termasuk jodoh, yang harus diyakini oleh setiap orang muslim, tetapi
tidak boleh dibahas karena hakekat itu adalah hak dari Allah swt.; dan tidak
boleh dijadikan pegangan oleh setiap muslim pada waktu akan berusaha dan
berikhtiar. Sewaktu akan berikhtiar melakukan pekejaan yang dapat mengantarkan
dirinya kepada cita-citanya, setiap orang muslim harus berpegangan kepada
rahmat Allah yang sangat luas yang dengan rahmat tersebut Allah Maha Kuasa
untuk mengabulkan dan menuruti keinginannya. Kemudian setelah orang muslim tersebut
berusaha dan cita-citanya belum tercapai, baru dia ber-sandar kepada hakekat,
agar jiwanya tidak stres.
Usaha yang
harus kita lakukan untuk mencapai cita-cita adalah sebatas kemampuan yang telah
di berikan oleh Allah swt. kepada kita sekalian. Karena meskipun Allah swt.
telah menetapkan sesuatu ketetapan kepada kita, akan tetapi jika kita
bersungguh-sungguh berdo'a dan memohon kepada Allah agar ketetapan yang telah
ditetapkan pada kita tersebut dirubah oleh Allah, insya Allah permohonan dan
do'a kita dikabulkan, sebagaimana sabda Nabi saw. dalam salah satu hadits:
لاَ يَرُدُّ الْقَضَاءَ إِلاَّ دُعَاءٌ .
Tidak ada
yang dapat menolak ketentuan Allah kecuali doa
Usaha kita
dalam mencari ilmu misalnya dan lain-lainnya juga harus bersungguh-sungguh sebatas
kemampuan yang ada pada kita. Akan tetapi kalau ternyata berulang kali ujian
kita masih gagal, kita harus segera bersandar pada qadla' dan qadar Allah swt.
supaya kita tidak frustasi sehingga marah dan dendam yang berkepanjangan kepada
guru atau dosen yang menguji.
Sebenarnya
anda juga dapat meraih ketenangan dan ketentraman hidup sebagaimana yang telah
diraih oleh orang-orang yang hidupnya selalu berusaha untuk mendekatkan dirinya
kepada Allah dan tidak memperhitungkan rizqi dari Allah secara matematika.
Misalnya anda sebagai pegawai negeri dengan gaji yang hanya pas-pasan untuk
memenuhi kebutuhan hidup anda, se-hingga karenanya anda tidak berani untuk
kawin sebab khawatir tidak dapat memberi nafkah kepada isteri dan anak yang
akan lahir dari isteri. Dalam hal ini anda lupa bahwa isteri dan anak yang akan
lahir dari isteri anda sebenarnya rizkinya juga sudah dijamin oleh Allah swt.
sebagaimana firman Allah dalam Al Qur'an surat Hud ayat 6 yang antara lain
berbunyi:
وَمَا مِنْ دَآبَّةٍ فِي الأَرْضِ إِلاَّ عَلَى اللهِ
رِزْقُهَا .
Tidak ada
makhluk yang merangkak di bumi kecuali rizkinya ditanggung oleh Allah
Dan dalam
surat At Thalaq ayt 2 - 3 , Allah swt. berfirman:
.{ وَمَنْ يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَلْ لَهُ مَخْرَجًا (2) وَيَرْزُقْهُ مِنْ حَيْثُ لَا يَحْتَسِبُ وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ} [الطلاق: 2، 3]
Barangsiapa
yang bertaqwa kepada Allah, niscaya Allan akan menjadikan ja-lan keluar baginya
dan akan memberi rizqi dari arah yang tidak dia perkirakan dan barang siapa
yang bertawakkal kepada Allah, niscaya Allah akan mencukupinya.
Dalam tafsir
Al Munir yang dimaksud dengan "Barangsiapa yang bertawakkal kepada
Allah, niscaya Allah akan mencukupinya" adalah bahwa barangsiapa yang
percaya kepada Allah mengenai apa saja yang dia peroleh, maka Allah akan
mencukupi dia dalam semua urusannya.
Pikiran anda
yang demikian itu dilarang oleh agama. Sebab bagaimanapun keadaan yang menimpa
diri anda, anda diperintahkan untuk selalu berharap kepada rahmat Allah dan
dilarang berputus asa. Dalam surat Az Zumar ayat 53 Allah swt. telah berfirman:
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِيْنَ أَسْرَفُوْا عَلَى
أَنْفُسِهِمْ
Katakan
olehmu Muhammad: Wahai para hamba-Ku yang telah menghambur-hamburkan umurnya,
janganlah kamu sekalian berputus asa terhadap rahmat Allah.
Komentar
Posting Komentar
Harap berkomentar yang baik