||| PASAL KHUSUS TENTANG MEMBACA AL-QUR'AN
UNTUK MAYYIT |||
Berikut
merupakan penjabaran Ibnu Taimiyyah di dalam sebuah pasal khusus yang membahas
pembacaan al-Qur’an untuk orang mati :
فصل : وأما القراءة، والصدقة وغيرهما من أعمال البر، فلا نزاع بين علماء السنة والجماعة في وصول ثواب العبادات المالية، كالصدقة والعتق، كما يصل إليه أيضا الدعاء والاستغفار، والصلاة عليه صلاة الجنازة، والدعاء عند قبره
Sebuah pasal : Qira’ah dan shadaqah
serta selain keduanya seperti amal-amal kebajikan : tidak ada perselisihan diantara
‘ulama’ Ahlus Sunnah wal Jama'ah tentang sampainya pahala ibadah-ibadah
maliyah, seperti shadaqah, memerdekakan budak, sebagaimana sampainya do’a dan
istighafar kepada orang mati, shalat untuk orang mati yakni shalat jenazah, dan
do’a disamping kubur orang mati.
وتنازعوا في وصول الأعمال البدنية: كالصوم، والصلاة، والقراءة، والصواب أن الجميع يصل إليه
Ulama Ahlussunnah wal Jama'ah telah
berselisih pendapat tentang sampainya amal-amal badaniyah, seperti puasa,
shalat dan pembacaan al-Qur’an, namun yang shawab (benar) bahwa semuanya
sampai kepada orang mati,
فقد ثبت في الصحيحين عن النبي - صلى الله عليه وسلم - أنه قال: «من مات وعليه صيام صام عنه وليه» وثبت أيضا: «أنه أمر امرأة ماتت أمها، وعليها صوم، أن تصوم عن أمها» . وفي المسند عن النبي - صلى الله عليه وسلم - أنه قال لعمرو بن العاص: «لو أن أباك أسلم فتصدقت عنه، أو صمت، أو أعتقت عنه، نفعه ذلك» وهذا مذهب أحمد، وأبي حنيفة، وطائفة من أصحاب مالك، والشافعي
Sungguh telah tsabit didalam
Ash-Shahihain (Bukhari Muslim) dari Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam bahwa
beliau bersabda : “barangsiapa yang wafat dan masih memiliki tanggungan puasa,
maka hendaknya walinya berpuasa untuknya”, dan telah tsabit juga “bahwa Nabi
memerintahkan perempuan yang ibunya wafat sedangkan masih memiliki tanggungan
puasa, agar berpuasa untuknya”, dan didalam al-Musnad dari Nabi shallallahu
‘alayhi wa sallam bahwa beliau berkata kepada ‘Amru bin ‘Ash “seandainya ayahmu
masuk Islam maka engkau bershadaqahlah menggantikannya (untuknya), atau engkau
berpuasa, atau memerdekan budak untuknya, niscaya itu bermanfaat untuknya”, dan
inilah madzhab Imam Ahmad, Abu Hanifah, sekelompok dari Ashhab Malik dan
asy-Syafi’i.
وأما احتجاج بعضهم بقوله تعالى: {وأن ليس للإنسان إلا ما سعى} [النجم: 39] فيقال له قد ثبت بالسنة المتواترة وإجماع الأمة: أنه يصلى عليه، ويدعى له، ويستغفر له وهذا من سعي غيره. وكذلك قد ثبت ما سلف من أنه ينتفع بالصدقة عنه، والعتق، وهو من سعي غيره. وما كان من جوابهم في موارد الإجماع فهو جواب الباقين في مواقع النزاع. وللناس في ذلك أجوبة متعددة
Adapun sebagian mereka yang berhujjah
dengan firman Allah Ta'alaa {tiada bagi manusia kecuali apa yang diusahakan}
maka dikatakan kepadanya (jawaban untuknya), sungguh telah tsabit
berdasarkan Sunnah yang Mutawatir dan Ijma’ Umat : bahwa sesungguhnya
mayyit dishalatkan atasnya, dido’akan untuknya, di istighfarkan (dimohonkan
ampun) untuknya dan ini dari usaha orang lain, dan sebagaimana juga telah
tsabit pada salafush shaleh seperti mayyit mendapatkan manfaat dengan shadaqah
untuknya dan membebaskan budak, dan semua itu dari usaha orang lain, dan jawaban
mereka didalam masalah yang bersifat ijma' merupakan jawaban yang telah berlalu
sebelumnya terhadap yang diperselisihkan, dan masalah tersebut bagi umat Islam
terdapat jawaban yang bermacam-macam.
لكن الجواب المحقق في ذلك أن الله تعالى لم يقل: إن الإنسان لا ينتفع إلا بسعي نفسه، وإنما قال: {وأن ليس للإنسان إلا ما سعى} [النجم: 39] فهو لا يملك إلا سعيه، ولا يستحق غير ذلك. وأما سعي غيره فهو له، كما أن الإنسان لا يملك إلا مال نفسه ونفع نفسه. فمال غيره ونفع غيره هو كذلك للغير؛ لكن إذا تبرع له الغير بذلك جاز
Akan tetapi jawaban ulama ahli Tahqiq
terhadap masalah tersebut (an-Najm : 39) adalah yakni Allah Ta'alaa tidak
berfirman : "bahwasanya manusia tidak bisa mendapatkan manfaat kecuali
dengan amalnya sendiri", sebaliknya Allah Ta'alaa berfirman : "dan
tiada bagi manusia kecuali apa yang diusahakan", maka ia tidak memiliki
kecuali yang diusahakannya dan juga tidak berhak selain yang demikian. adapun
usaha orang lain maka itu untuk orang lain tersebut, sebagaimana manusia tidak
memiliki (harta) kecuali harta yang ia usahakan sendiri dan memanfaatkannya
sendiri, maka harta orang lain dan manfaat orang lain itu sebagaimana untuk
orang lain itu sendiri, akan tetapi jika orang lain memberikan untuknya dengan
hal yang demikian maka itu boleh
وهكذا هذا إذا تبرع له الغير بسعيه نفعه الله بذلك، كما ينفعه بدعائه له، والصدقة عنه، وهو ينتفع بكل ما يصل إليه من كل مسلم، سواء كان من أقاربه، أو غيرهم، كما ينتفع بصلاة المصلين عليه ودعائهم له عند قبره
Dan seperti itu juga apabila orang lain
memberikan untuknya dengan usaha orang tersebut niscaya Allah memberikan
manfaat dengan hal tersebut, sebagaimana bermanfaatnya do'a orang tersebut
untuknya, juga shadaqah untuknya, dan itu berarti mendapatkan manfaat dengan
setiap yang sampai kepadanya yang berasal dari setiap muslim, sama saja baik
yang berasal dari kerabatnya atau orang lain, sebagaimana mendapatkan manfaat
dengan shalat umat Islam atas mayyit dan do'a umat islam untuk mayyit disamping
quburnya. [] [1]
CATATAN KAKI
:
Komentar
Posting Komentar
Harap berkomentar yang baik