Mas’alah:
96.
a. Bolehkah meminta / menerima bantuan untuk pembangunan madrasah/masjid/pondok
dari non muslim?
b.
Bolehkah/sahkah bantuan (tenaga/uang) dari orang non muslim untuk membangun
masjid/madrasah?
Jawab:
Menerima
bantuan/tenaga/uang dari orang non muslim untuk pembangunan masjid/pondok/madrasah
hukumnya boleh/sah. Selama hal tersebut tidak merugikan umat islam. Dan uang
yang diberikan nyata-nyata tidak haram.
Dasar
pengambilan:
- Al bajuri juz 2 hal. 63
ويصحّ
الوقف من الكافر ولو لمسجد وإن لم يعتقده قربة.
Terjemah:
Diperbolehkan
waqaf dari orang kafir, meskipun untuk masjid meskipun mereka tidak meyakini
sebagai qorban (pendekatan diri).
- Ihkamul Ahkam juz 4 : 238
وردت
احاديث تدلّ على جواز قبول هدايا الكفار والإهداء لهم أهدى كسرى لرسول الله صلى
الله عليه وسلم فقبل عنه واهدى لهم قيصر قبل واهدت له الملوك فقبل منها.
Terjemah:
Telah
ada haditsnya yang menunjukkan atas diperbolehkannya menerima hadiah dari
orang-orang kafir dan memberikannya kepada mereka. Raja kaisar pernah
menghadiahkan sesuatu kepada Rosululloh SAW. Dan beliau menerimanya. Kemudian
sebelumnya Raja Kaisar juga pernah memberi hadiah kepada Nabi, dan beliau juga
menerimanya. Begitu Raja-Raja banyak yang memberikan hadiah kepada Nabi SAW.
Dan beliau juga menerimanya dari mereka.
- Yasaluka ‘aniddin wal hayat juz 3 hal. 91
وقد
ذكرت لجنة الفتوى بالازهر أنّ مذهب الحنابلة والشافعية والحنفية لا يرى مانعا منه فى
الجمعة وغيرها من سائر الصلوات فى المسجد الذى بينى مسيحيّ ومن ذلك نفهم أنّه ليس
هناك ما يمنع من قبول تبرعات من غير المسلمين غير عبادتهم أو يترتب على ذلك ضرر
المسلمين.
Terjemah:
Lajnah
fatwa Al Azhar telah menyebutkan, bahwa madzhab Hambali, Syafi’I, Hanafi tidak
terlihat melarang dirinya didalam jum’ah dan lainnya dari semua sholat-sholat
didalam masjid yang didirikan orang-orang masihi dengan hal itu, kita faham.
Sesungguhnya disana tidak ada sesuatu yang melarang menerima pemberian dari
selain orang-orang islam, kecuali ibadahnya. Atau sesuatu yang
menjadikan/membahayakan orang-orang muslim.
- Hasyiyatul Jamal juz 3 hal. 561
Mas’alah
:
97. Apakah boleh menghela (mensiasati) barang
yang sudah jelas riba?
Jawab
:
Menghelah
barang yang sudah jelas riba agar menjadi halal, terdapat khilaf di antara para
ulama, yakni :
Menrut
Imam Malik dan Imam Ahmad haram.
Menurut
Imam Syafi’i dan Abu Hanifah boleh, bila ada dhorurot atau غرض الشرعي (keputusan yang diatur oleh syara').
Dasar
pengambilan :
- Is’adu Ar-Rofiq I : 134
(وتحرم أيضا حيلة) اى الربا اى الحيلة فيه عند الامام ملك والاحمد
رحمهما الله تعالى وقال الشافعى وابو حنيفة بجوازها وعدها فى الزواجر من كبائر عند
محرّمها.
Terjemah:
(Haram
juga menghela/merekayasa) riba. Artinya haram menghela riba menurut imam Malik
dan imam Ahmad. Imam Syafii dan imam Abu Hanifah mengatakan boleh merkayasa
riba. Imam Ibnu Hajar menganggap dalam kitab Zawahir termasuk dosa besar bagi
orang yang memperbolehkan.
- Bughyatu Al Mustarsyidin hal: 135
إذ القرض الفاسد
المحرم هو القرض المشروط فيه النفع للمقرض. هذا إن وقع فى صلب العقد وإن
تواطأ عليه قبله ولم يذكر فى صلبه أو لم يكن عقد جاز مع الكرهة كسائر حيل الربا
الواقعة لغرض شرعيّ.
Terjemah:
Menghutangi
yang rusak dan haram adalah menghutangi yang ada syarat memberi manfaat kepada yang
menghutangi. Hal ini jika syarat terjadi dalam sulbi al-‘aqdi (disebut dalam
aqad) kalau terjadinya syarat sebelum aqad dan tidak disebut waktu aqad. Atau
tidak ada aqad, maka boleh dengan makruh, seperti berbagai cara merekayasa
riba. Pada selain tujuan sara’.
- Bahjatu Al Wasail hal: 37
تنبيه: الحيلة فى الربا وغيره قال
بتحريمهما مالك واحمد وذهب الشافعي وابو حنينفة إلى جواز الحيلة فى الربا وغيره
عند الاضطرار إلى عن قال.....فعلم مما تقرر أنّ هذه الحيلة التى علّمها صلى الله
عليه وسلم بعالم خيبر. نصّ جواز مطلق الحيلة فى الربا وغيره إذ لا قائل بالفرق
أفاد ذلك كله ابن حجر فى الزواجر.
Terjemah:
(Peringatan)
merekayasa riba dan lainnya menurut imam malik dan Imam Ahmad adalah haram,
imam Syafi’I dan imam Abu Hanifah berpendapat: boleh merekayasa riba dan
lainnya ketika terpaksa…..s/d ….diketahui dari apa yang telah ditetapkan bahwa
merekayasa ini adalah apa yang ditetapkan Rosululloh SAW. Bagi pekerja penduduk
khoibar.
Kepastian
diperbolehkan riba dan lainnya itu adalah karena tidak ada yang membedakan
antara riba dengan lainnya. Pengertian tersebut semuanya dijelaskan oleh imam
Ibnu Hajar dalam kitab Zawajir.
Mas’alah:
98.
a. bagaimana hukumnya membeli TV seharga Rp 200.000,- tetapi dikwitansi minta
ditulis radio seharga yang sama?
b.
bagaimana hukumnya kalau ada orang yang menjual barang seharga Rp 100.000,-
tetapi pembeliannya minta kwitansi seharga Rp 150.000,- dan oleh penjual
dipenuhi?
Jawab:
Jual
belinya sah, asalkan syarat tersebut (penulisan kwitansi) tidak disebutkan
didalam akad atau sebelumnya. Dan jual belinya belum memperoleh kekuatan hukum
tetap, sedangkan pembuatan kwitansi hukumnya haram.
Dasar
pengambilan:
- Is’adur Rifiq juz 2 hal 76:
ومنها الكذب وهو عند اهل السنة الإخبار
بالشيء بخلاف الواقع أى على خلاف ما هو عليه سواء علم ذلك وتعمده أم لا.
Terjemah:
Termasuk
maksiat (perbuatan dosa) adalah berbohong, berbohong menurut sunnah adalah:
menghabarkan sesuatu tidak sesuai dengan kenyataan, baik ia tau hal itu dan
sengaja atau tidak.
- Is’adur Rifiq juz 2 hal 105:
ومنها كتابه ما يحرم النطق به قال فى
البداية لأنّ القلم احد اللسانين فاحفظه عما يجب اللسان منه إلى عن قال.....فليصن الإنسان
قلمه عن كتاب الحيل والمخادعات والمنكرات حادثات المعاملة.
Terjemah:
Termasuk
maksiat (perbuatan dosa) ialah menulis sesuatu yang haram diucapkan. Imam Al
Ghozali berpendapat dalam kitab bidayah: karena tuisan adalah salah satu dari
dua lisan (ucapan) maka jagalah dari apa yang harus dijaga dari
mulut…..s/d….maka jagalah wahai manusia, atas tulisannya, jauhkan dari
rekayasa, penipuan, dan berbagai kemungkaran dalam pola hidup yang baru.
- I’anatu At-Tholibin juz 3 hal 3:
قوله وكل بيع مبرورا اى لا غش فيه ولا
خيانة والفرق بين الغش والخيانة أنّ الأول تدليس يرجع إلى ذات البيع كأن يجعّد شعر
الجارية و يحمّر وجهها والثانى أعمّ لأنّه تدليس فى ذاته أو صفته أو أمر خارج كأن
يصفه بصفة كاذبة و كأن يذكر له ثمنا كاذبا.
Terjemah:
(Kata-kata
dan setiap jual beli yang baik) artinya tidak ada unsur penipuan dan khianat.
Perbedaan diantara penipuan dan khianat adalah kalau penipuan itu larinya
kepada dzatiyahnya yang dijual, seperti mengeriting rambut, me make up wajah
bagi jariyah (amat yang dijual), yang kedua khianat itu lebih umum, karena
khianat itu (menipu) pada dzatiyahya, sifatnya, atau sesuatu yang diluar itu:
seperti mjemberi keterangan dengan sifat-sifat yang palsu, dan menyebutkan
hanya ndengan berbohong dan lain-lain.
- Sulamu At-Taufiq hal 53:
يحرم بيع الشيء الحلال الطاهر على من يعلم
أنّه يريد أن يعصى به.
Terjemah:
Haram
menjual sesuatu (benda) yang halal dan suci kepada seseorang yang diketahui
(ditengarahi) akan berbuat maksiat dengan benda (yang dibeli) tadi.
- Hasyiyatu Al-jamal juz 3 hal. 75
والحاصل بكلامهم أنّ كل شرط مناف لمقتضى
الاقض إنّما يبطله إذا وقغ فى صلبه أو بعده وقبل لزومه بخلاف ما لو تقدّم عليه ولو
فى مجلسه ومثل ما فى بغية المسترشدين صحيفة 176. وقليبى الجزء الثانى صحيفة 177.
Terjemah:
Kesimpulan
pendapat para ulama’, bahwa setiap syarat yang meniadakan tujuan aqad itu
membatalkan (aqad) jika terjadi disebut dalam aqad. Atau setelahnya dan sebelum
luzum (ketetapan). Lain halnya syarat itu disebut lebih dahulu, disbanding
aqad, meskipun masih dalam satu majlis.
- Bughyatu Al Musytarsyidin hal. 176
- Qulyubi Juz II hal. 177
Mas’alah
:
Bagaimana
jual beli dengan mengganti aqad ? contohnya : A menjual TV kepada B seharga Rp.
150.000,- tetapi B meminta kwitansi seharga Rp. 200.000,- dan A tidak mau.
Kemudian oleh A aqadnya dirubah, yaitu TV tadi diberi harga Rp. 200.000,-
dengan komisi diberikan kepada B Rp. 50.000,- ?
Jawab
:
Aqadnya
sah bila B bertindak sebagai pembeli langsung bukan wakil yang mewakilkan.
Dasar
pengambilan :
- Al Bujairomi Alal Minhaj II / 443
ومنه يأخذ امتناع ما يقع كثيرا من اختيار
شخص حادق لشراع متاع فيشتريه بأقلّ من قيمته لحذقه أو معرفته ويأخذ لنفسه تمام
القيمة معللا ذلك بأنّه هو الذى وفره لحدته ومثله ما فى احكام الفقهاء الجزء
الأوّل صحيفة 52 و عمدة السالك صحيفة 42.
Terjemah
:
Termasuk
di dalamnya adalah terlarangnya sesuatu yang kebanyakan terjadi dari kehendak
seorang yang pandai (limpat) untuk membeli kekayaan, dia membelinya dengan
harga yang lebih murah dari harga umumnya. Karena ia pandai atau memang sudah
mengetahuinya. Dan ia mengaku bahwa harganya, seperti harga umumnya, demi untuk
kepentingan dirinya.
- Ahkamul Fuqoha’ I / 52
- Umdatussalik : 42
Mas’alah
:
A
disuruh B untuk membeli barang dengan jumlah banyak dan kontan bias anya
mendapat korting (potongan harga). Oleh penjual korting tersebut diberikan A
(pesuruh). Bolehkan ?
Jawab
:
Kalau
pengurangan harga itu termasuk korting, maka pemberian itu untuk si B (موكل).
Kalau
pengurangan harga itu dinamakan sebagai komisi (hadiyah) maka pemberian itu
milik si A (وكيل).
Dasar
pengambilan :
- Al Mahali Hamisi Al Qulyubi II / 334
و أن قال بع بمائة لم يبع بأقلّ منها وله
أن يزيد عليها إلا أن يصرح بالنهى عن الزيادة فلا يزيد.
Terjemah
:
Apabila
seorang berkata (kepada orang lain / pesuruh) jualkanlah (ini) dengan harga Rp.
100,- maka ia tidak boleh menjual dengan harga yang lebih rendah dari Rp. 100,-
dan ia boleh menjual lebih dari Rp. 100,-. Kecuali apabila (pemesan)
menjelaskan, jangan kamu jual lebih dari Rp. 100,0. Maka hal ini tidak boleh
menjual lebih (dari Rp. 100,-).
- Jamal Al Minhaj III / 347
وكتب ع ش عليه قوله أخذ أقلّ الأمرين
الضمير فيه للولى وخرج به غيره كالوكيل الذى لم يجعل له موكله شيئا على عمله فليس
له الاخذ لما يأتى أنّ الولى إنما جاز له الاخذ لأنّه او اخذه تصرّف بمال من لا
تمكن معاقدته وهو يفهم عدم جواز اخذها لوكيل لإمكان مراجعة موكله بتقدير شيء له أو
عزلهم من التصرّف.
Terjemah
:
Ali
Assibro Malisi menulis atas hal tersebut dengan perkataanya mengambil lebih
sedikit perkara dua. Dhomir. Maksudnya yang mengambil adalah wali, lain halnya
dengan selain wali, seperti wakil. Di mana orang yang mewakilkan tidak member
hak apa-apa kepadanya atas pekerjaannya, maka baginya (wakil) tidak boleh
mengambil karena wali memperbolehkan mengambil itu, karena dirinya mengambil
itu, seperti halnya ia menasarufkan hartanya orang yang tidak mungkin ada
ikatan (saling mempercayai) hal itu memebri pengertian bahwa wali tidak boleh
mengambilnya untuk wakil, karena dimungkinkan mencabut perwakilannya di dalam
mengira-ngira sesuatu bagi dirinya (wakil) atau memecat wakil dari tasaruf.
Mas’alah
:
Adakah
Ashab Syafi’i yang memperbolehkan denda yang dikenakan pembeli lantaran
terlambat pembayaran?
Jawab
:
Belum
ditemukan jawaban dari Ashabus Syafi’i sesuatu dengan materi pertanyaan di
atas.
Adapun
mengenai denda berdasarkan kesepakatan dua pihak di luar aqad maka denda
tersebut termasuk syarat yang harus dipenuhi.
Dasar
pengambilan :
- QS. Al Isro’ : 34
4
(#qèù÷rr&ur
Ïôgyèø9$$Î/
(
¨bÎ)
yôgyèø9$#
c%x.
Zwqä«ó¡tB
ÇÌÍÈ
Terjemah :
dan penuhilah janji; Sesungguhnya janji itu pasti
diminta pertanggungan jawabnya.
- Al Hadist
المسلمون على شروطهم إلا شرطا احل حراما
أو حرم حلالا.
Terjemah
:
Orang-orang
Islam harus tetap pada syarat-syaratnya kecuali syarat menghalalkan semata yang
haram akan mengharam sesuatu yang halal.
Mas’alah
:
Bolehkah
menulis Al Qur’an seperti basmallah dalam bentuk hiasan (seperti dalam seni
kaligrafi/tulisan indah) yang kadang-kadang berbentuk beruang, bunga dan
lain-lain?
Jawab
:
Boleh
apabila hiasan ayat Al Qur’an itu tetap mempertahankan (berpedoman) pada Rosm
Usmani. Tetapi apabila tulisan itu menyimpang kaidah Rosm Usmani, menurut qoul
mu’tamad Imam Malik dan Imam Ahmad itu tidak membolehkan.
Adapun
hiasan ayat Al Qur’an mengambil bentuk burung atau hewan lainnya, hukumnya sama
seperti hokum menggambar hewan, yakni :
Haram
secara ijma’, bila berbentuk patung.
Khilaf
(ada empat pendapat) kalau tidak berbentuk patung.
Dasar
pengambilan :
- I’anatu At Tholibin I / 68
أما كتابة القرآن بالحروف العربية ولكن لم
تكتب بالرسم العثمانى ففيها ثلاثة اقوال والمعتمد عند الإمام مالك والإمام احمد
أنّها غير جائزة.
Terjemah
:
Adapun
menulis Al Qur’an dengan huruf Arab namun bukan Rasm Usmani (tulisan Usmani)
maka hal itu hukumnya ada tiga pendapat, menurut yang mu’tamad dari Imam Malik
dan Imam Ahmad adalah tidak boleh.
- Al Itqon II / 168 & 170
وقال البيهقى فى شعب الإيمان من يكتب
مصحفا فينبغى أن يحافظ على الهجاء الذى كتبوا به تلك المصاحفة ولا يخالفهم فيه ولا
يغيّر مما كتبوا شيئا فإنهم كانوا اكثر علما واصدق قلبا ولسانا واعظم أمانة فلا
ينبغى أن نظنّ بأنفسنا استدراكا عليهم وكذلك فى الصحيفة 170 ونصّه: يستحب كتابة
المصحف وتحسين الكتابة وتبيينها وإيضاؤها وتحقيق الخط دون مشقة. واخرج ابن أبى
داود فى المصاحف عن ابن سيرين أنّه كُرها أن يكتب المصاحف مشقا قيل لم قال لأنّ
فيه نقصا.
Terjemah
:
Imam
Baihaqi berpendapat dalam kitab Sya’bil Imam : bagi seseorang yang menulis ayat
Al Qur’an sebaiknya menjaga huruf hijaiyah yang telah ditulis oleh para
sahabat-sahabat dengan mushaf tersebut (tulisan-tulisan) tersebut. Dan tidak
boleh bertentangan dan merubah dari tulisan-tulisan beliau karena mereka sudah
banyak ilmunya, dan lebih jujur hati dan lisannya, dan lebih tinggi tingkat
kepercayaannya,maka tidak layak bagi kita, merubah dari beliau-beliau.
Begitu
juga dalam halama 170 dijelaskan :
Disunnahkan
menulis mushaf dan memperbaiki tulisannya dan memperjelas serta menahqiqkan
tulisan tanpa menyulitkan. Imam Ibnu Abi Dawud meriwayatkan dari Ibnu Sirin,
sesungguhnya makruh menulis mushaf sampai menyulitkan (dibaca) karena hal itu
mengurangi.
- Shohih Al Bukhori hal 5950
اخرج البخارى عن عبد الله بن عمر قال سمعت
عن النبى صلى الله عليه وسلم يقول إنّ اشدّ الناس عذابا عند الله يوم القيامة
المصوّرون.
Terjemah
:
Imam
Bukhori meriwayatkan dari Abdullah bin Umar ia berkata “saya mendenganr dari
Rasulullah SAW, beliau bersabda : “ seberat-berat siksa manusia di sisi Allah
adalah mereka yang sama menggambar (membikin patung)
- Fathu Al Bari X 474
(قوله
صلى الله عليه وسلم فيه تماثيل) واستدل بهذا الحديث على جواز اتحاذ الصور إذا كانت
لا دل لها.
(قول صلى الله عليه وسلم فيه تماثيل) أعم
من أن يكون شاخصا أو يكون نقشا أو دهانا أو نسجا فى ثوب.
Mas’alah
:
Bolehkah
uang zakat diberikan kepada familinya yang miskin untuk modal ?
Jawab
:
Boleh,
bahkan sunnah, apabila nafaqoh family tersebut tidak menjadi tanggungan wajib
Muzakki.
Dasar
pengambilan :
- Bughyatu Al Mustarsyidin : 106
(مسئلة
ب ك) يجوز دفع زكاته بولده المكلف بشرط أن لا تلزمه نفقته ولا تمامها على الراجح.
إلى أن قال.....ويجوز تخصيص نحو قريب بل يسنّ إذا لا تجب التسوية بين آحاد الصنف بخلافها
بين الاصناف.
Terjemah
:
Boleh
memberikan zakat kepada anaknya yang mukallaf dengan syarat anak tersebut tidak
wajib untuk dinafaqohi dan kesempurnaan nafkah anak itu tidak menjadi kewajiban
orang yang membrikan zakat tersebut. Menurut qoul yang rojih …s/d… boleh
mengkhususkan semacam kerabat untuk diberi zakat bahkan hukumnya sunnah. Karena
tidak wajib menyamakan bagian diantara satu persatu dari satu golongan, berbeda
halnya menyamakan bagian diantara beberapa golongan (asaanaf).
- Al Muhadzab I / 171
(فصل)
وسهم للفقراء، والفقير هو الذى لا يجد ما يقع موقعا من كفايته فيدفع إليه ما تزور
به حاجته من آدة يعمل بها إن كان فيه قوّة للبضاعة يتجر فيها حتى لواحتاج إلى مال
كثير للبضاعة التى تصلح له ويحسن التجارة فيها وجب أن يدفع إليه مثله وكما فى
المقررات المسائل فى المؤتمر صحيفة 110.
Terjemah
:
Satu
bagian untuk fuqoro’. Fakir adalah orang yang tidak mendapatkan sesuatu yang
dapat mencukupinya maka ia diberi sesuatu yang bias memenuhi kebutuhannya yaitu
alat yang dipakai bekerja jika ia memiliki kemampuan berdagang sehingga
seandainya ia butuh harta yang banyak untuk berdagang yang layak baginya dan ia
membidangi perdagangan itu maka wajib ia diberi sesuatu yang menyamai harta itu
sebagaimana dalam ketetapan mu’tamar No. 14 : 11
- Al Muqororot Al Mu’tamar 14 / 11
Mas’alah
:
Bagaimanakah
hukumnya membatalkan sholat sunnah, lantaran dipanggil orang tuanya sendiri?
Apalah masih memperoleh pahala ?
Jawab
:
Hukumnya
membatalkan sholat sunnah untuk memenuhi panggilan orang tua, boleh. Dan
menjadi sunnah apabila tidak memenuhi panggilan itu menimbulkan masyaqot beliau
berdua (orang tua) bahkan menurut Syaikh Tajuddin AL Subki menjadi wajib
apabila tanpa dipenuhi panggilan tersebut diyakini dapat menimbulkan sakit hati
beliau (orang tua)
Dasar
pengambilan :
- Al Syarqowi I / 268
وتحرم اجابه الوالدين بالفرض وتجوز فى
النفل وهي افضل فيه انشق عليهما عدمها وتبطل الصلاة بها مطلقا.
Terjemah
:
Haram
manjawab kedua orang tua di dalam sholat fardlu, boleh menjawab tersebut di
dalam sholat sunnah, menjawab lebih baik di dalam shlat sunnah jika tidak
menjawab memberatkan kedua orang tua tersebut dan batal sholat dengan menjawab
tersebut secara mutlak.
- Hasyiyah Ibnu Qosim Al Ubadi Ala Tuhfatu Al Muhtaj Fi Hasyiyah Al Syarwani : II / 139
(قوله
تجب فى فرض) قد يفهم جوازها قول السيكى المختار القطع بأنّه لا يجب هما فى الفرض
وإن اتصع وقته لأنّه يلزم بالشروع خلافا للإمام وتجب فى نفل إن علم تأذيهما بتركها
ولكن تبطل.
Terjemah
:
(kata
Ibnu Hajar wajib di dalam fardlu) Qoul Imam Al SUbki terkadang memberikan
kefahaman terhadap bolehnya ijabah. Pendapat yang dipilih adalah memastikan
tidak wajib ijabah kedua orang tua di dalam sholat fardlu walaupun waktunya
masih panjang karena fardlu menjadi wajib sebab melakukan, berbeda dengan Imam
Haromain. Ijabah wajib di dalam sholat sunnah jika tidak menjawab itu menyakiti
kedua orang tua akan tetapi sholatnya batal.
Mas’alah :
Bagaimana hukumnya orang bermadzhab Syafi’I makmum sholat kepada Imam yang
bermadzhab selain Syafi’I seperti jama’ah haji Indonesia yang bersholat jama’ah
di Masjidil Haram atau Masjid Nabawi ?
Jawab :
Hukum makmum kepada Imam yang berbeda madzhab fiqihnya ada dua pendapat :
Tikak sah, karena yang dibuat pedoman adalah hukum yang diyakini
kebenarannya oleh makmum.
Sah, karena yang dibuat pedoman adalah hukum yang diyakini kebenarannya
oleh Imam.
Dasar pengambilan :
- Hasyiyah Al Jamal Ala Syarhi Al Minhaj I / 520
فلو شك شافعي فى اتيان المخالف بالواجبات
عند المأموم لم يؤثر فى صحة الاقتداء تحسينا لظن به فى توقى الخلاف.
Terjemah :
Seandainya orang Syafi’i ragu tentang
melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan kewajiban-kewajiban menurut makmum
maka keraguan itu tidak berpengaruh dalam keabsahan bermakmum karena
memperbaiki sangkaan pada orang tersebut dalam menjaga khilaf.
- Al Mahali I / 229
(ولو
اقتدى شافعي بحنفي مس فرجه أو اقتصد فالأصحّ الصحة) اى صحة الاقتداء (فى القصد دون
المس اعتبارا بنية المقتدى) اى باعتقاده. والثانى عكس ذلك اعتبارا بنية المقتدى به
اى القصد بنقض الوضوء دون المس, ولو ترك الأعتدال او الطأنينة او قراءة غير
الفاتحة لم يصح اقتداء الشافعى به, وقيل يصح اعتبارا باعتداءه ولو حافظ على واجبات
الطهارة والصلاة عند الشافعى صح اقتداؤه به ولو شكّ فى اتيانه بها فكذلك تحسينا
لظن فى التوقى الخلاف.
Terjemah :
Seandainya orang bermadzhab Syafi’i
bermakmum kepada orang yang bermadzhab Hanafi yang telah menyentuh farjinya
atau ia bercantuk (mengeluarkan darahnya) maka menurut qoul ashoh sah makmumnya
dalam masalah fashdu (cantuk) tidak sah dalam masalah menyentuh farji karena
menganggap pada niat atau keyakinan orang yang bermakmum. Pendapat yang kedua
kebalikan dari pendapat yang tadi, karena menganggap pada keyakinan orang yang
diikuti (Hanafi), maksudnya fashdu (cantuk) bisa membatalkan wudlu, tidak
membatalkan menyentuh farji. Seandainya Imam yang bermadzhab Hanafi
meninggalkan I’tidal, atau tuma’ninah atau membaca selain fatihah maka tidak
sah bermakmumnya Syafi’i kepada Hanafi tersebut ada yang mengatakan sah karena
memandang pada i’tiqodnya Hanafi seandainya orang Hanafi itu menjaga atas
wajib-wajibnya thoharoh dan sholat menurut orang Syafi’i maka sah makmumnya
orang Syafi’i kepada orang Hanafi tersebut. Seandainya orang Syafi’i ragu-ragu
mengenai tindakan orang Hanafi dengan tindakan tadi maka juga sah I’tiqodnya
Syafi;i karena memperbaiki dzon (sangkaan) dalam menjaga khilaf.
- Tadzhibu Al Furuk Wa Al Qawa’idu Al Saniyah Fi Al Asrori AL Fiqih II / 113 & 114
العبرة فى الشرط صحة الصلاة بمذهب أى
الإمام وفى الشرط صحة اقتداء بمذهب المأمومك على ما قاله الأوفِيُّ. ومثله ما فى
إعانة الطالبين جز 1 صحيفة 141، وتلخيص المراد صحيفة 99 وكشيفة السجا صحيفة 84.
Terjemah :
Anggapan dalam syarat sahnya sholat adalah
pada madzhabnya Imam sedangkan dalam syaratnya sah bermakmum pada madzhabnya
makmum menurut Imam Al Aufi. Sama seperti apa yang dikatakan Imam Al Aufi
terdapat dalam kitab I’anatu Al Tholibin I hal 141. Talhishul murod hal 99 dan
Kasyifatus Saja hal 84
- I’anatu Al Tholibin I / 141
- Talhis Al Murot 99
- Kasyfu Al Saja 84
Mas’alah :
Jama’ah haji tahun 1400 yang pulang tidak melaksanakan thowaf wada’
lantaran pemerintah Saudi Arabia melarang jama’ah tersebut memasuki Masjidil
Haram, sebab kawatir terjadi hal-hal yang tidak diinginkan (waktu itu salah
seorang pemberontak yang menamakan dirinya Imam Mahdi berada di lantai bawah di
dalam Masjidil Haram). Apakh jama’ah haji tersebut masih berkewajiban membayar
dam ?
Jawab :
Tidak berkewajiban membayar dam / fidyah, sebab mereka termasuk ma’dzur
sehingga tidak dituntut melakukan thawaf wada’ seperti wanita yang haid.
Dasar pengambilan :
- Al Tsamari Al Yaani’ah Syarhi Al Riyadu AL Badi’ah : 73
ويجب بتركه أوطواف الوداء دم على الغير
معذور وإن لم يكن حاجا أو معتمرا. إلا أن قال.....أما الحائض والنفساء والمستحضة
التى نفرت فى نوبة حيضها وذو جرح نضاح يخشى منه تلويث المسجد ومن خاف ظالما أو فوت
رفقه فلا يطلب منهم طواف الوداع فيسيرون بلا وداع.
Terjemah :
Dan wajib mambayar denda (dam) atas orang
yang tidak ma’dzur walaupun berhaji atau umroh sebab meninggalkan thawaf wada’.
Hingga beliau berkata “ adapun wanita yang sedang haid, nifas, mustahadhoh yang
melakukan nafar pada waktu giliran haidnya, orang yang mempunyai luka
bercucuran darah yang dikawatirkan mengotori masjid dan orang yang ikut orang
dzolim atau ketinggalan temannya maka mereka tidak dituntut melakukan thawaf
wada’. Mereka boleh pulang tanpa melakukan thawaf wada’.
- Hasyiyah Al Jamal Ala Fathi Al Wahab II / 481
(امّا
نحوى الحائض الخ) مثل الحائض المعذور لخوف ظالم أو فوت رفقه على المعتمد فلا يجب
عليه طواف الوداع ولا تلزمه الفدية. ومثله ما فى الايضاح للامام النواوى صحيفة
446، ونهاية الزين صحيفة 216، وكفاية الاخيار الجزء الاول صحيفة 226.
Terjemah :
Semisal wanita haid adalah orang yang
ma’dzur karena takut orang dzalim atau tertinggal teman dekat menurut pendapat
mu’tamad, maka tidak wajib atasnya melakukan thawaf wada’ dan tidak wajib
mambayar fidyah.
- Al Idhoh Lil Imam Al Nawawi : 446
- Nihayatu Al Zain : 216
- Kifayatu Al Akhyar I : 226
Mas’alah :
Adakah Ashab Syafi’i yang memperbolehkan anak kandung menjadi wali dari
ibunya sendiri?
Jawab :
Ada, yaitu Imam Muzani
Dasar pengambilan :
- Al Syarqowi II / 219
(قوله
فلا يزوّج بالبنوة) خلافا للمزنى كالأئمة الثلاثة.
Terjemah :
(perkataan : tidak boleh menikahkan sebab
keturunan menjadi anak) berbeda dengan Imam Muzani seperti halnya Imam Tsalasah
- Mughni Al Muhtaj III / 151
(ولا
يزوّج ابن) امّه وان علت (ببنوّة) محضة خلافا للائمة الثلاثة والمزنى لأنّه لا
مشاركة بينه وبينها فى النسب اذ انتسابها إلى ابيها وانتساب الابن إلى ابيه. ومثله
ما فى الاقناع الجزء الثانى صحيفة 126، والميزان الكبرى الجزء الثانى صحيفة 126،
والباجورى الجزء الثانى صحيفة 108، و وكفاية الاحيار الجزء الثانى صحيفة 48.
Terjemah :
(seorang anak tidak boleh menikahkan)
ibunya sekalipun jalur ke atas sebab keturunan menjadi anak berbeda dengan Imam
Tsaladah dan Imam Muzani dengan alasan tidak ada hubungan nasab antara anak dan
ibunya. Karena jalur nasab ibunya kepada ayahnya sendiri sedang jalur nasab
anak pada ayahnya. Seperti masalah tersebut adalah masalah yang ada dalam kitab
Iqna’ II hal. 126.
- Al Iqna’ II / 108
- Al Mizan Al Kubro II / 126
- Al Bajuri II / 108
- Kifayatu Al Akhyar II / 48
Mas’alah :
Bolehkah orang Islam mengikuti perayaan natal dengan tujuan menghormati
Nabi Isa AS?
Jawab :
Memang orang Islam diperbolehkan dengan non Islam untuk bekerja sama dan
bergaul dengan umat agama lain dalam keduniaan.
Tetapi umat Islam tidak boleh mencampur adaukkan aqidahnya dengan aqidah
agama lain. Walaupun perayaan natal itu tujuannya merayakan / menghormati Nabi
Isa AS, tetapi natal itu tidak bisa lepas dari soal aqidah. Oleh sebab itu umat
Islam tidak boleh mengikuti kegiatan agama lain.
Firman Allah
- QS. Al Hujurot : 13
$pkr'¯»t â¨$¨Z9$# $¯RÎ) /ä3»oYø)n=yz `ÏiB 9x.s 4Ós\Ré&ur öNä3»oYù=yèy_ur $\/qãèä© @ͬ!$t7s%ur (#þqèùu$yètGÏ9 4 ¨bÎ) ö/ä3tBtò2r& yYÏã «!$# öNä39s)ø?r& 4 ¨bÎ) ©!$# îLìÎ=tã ×Î7yz ÇÊÌÈ
Terjemah
:
Hai
manusia, Sesungguhnya Kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang
perempuan dan menjadikan kamu berbangsa - bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling
kenal-mengenal. Sesungguhnya
orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling
taqwa diantara kamu. Sesungguhnya Allah Maha mengetahui lagi Maha Mengenal.
- QS. Al Kafirun : 1 – 2
ö@è%
$pkr'¯»t
crãÏÿ»x6ø9$#
ÇÊÈ Iw
ßç6ôãr&
$tB
tbrßç7÷ès?
ÇËÈ
Terjemah
:
Katakanlah:
"Hai orang-orang kafir. Aku tidak akan menyembah apa yang kamu sembah.
- QS. Al Baqoroh : 42
wur
(#qÝ¡Î6ù=s?
Yysø9$#
È@ÏÜ»t7ø9$$Î/
(#qãKçGõ3s?ur
¨,ysø9$#
öNçFRr&ur
tbqçHs>÷ès?
ÇÍËÈ
Terjemah
:
Dan
janganlah kamu campur adukkan yang hak dengan yang bathil dan janganlah kamu
sembunyikan yang hak itu[43], sedang kamu mengetahui. Di antara yang mereka
sembunyikan itu Ialah: Tuhan akan mengutus seorang Nabi dari keturunan Ismail
yang akan membangun umat yang besar di belakang hari, Yaitu Nabi Muhammad
s.a.w.
- Tafsir Munir I / 94
الركون إلى الكفار والمعونة والنصرة امّا
بسبب القرابة والمحبة مع اعتقاد أنّ دينه باطل فهذا لا يوجب الكفر إلاّ أنّه منهيّ
عنه لانّ الموالاة بهذه قد يجرّه إلى استحسان كريقه والرّضا بدينه.
Terjemah
:
Tertarik serta menolong orang kafir,
adakalanya sebab menjadi kerabatnya atau memang menyayangi meraka. Sementara
tetap berkeyakinan bahwa agama mereka batil (tidak benar) sikap demikian ini
tidak mentebabkan kufur akan tetapi tetap tidak diperbolehkan (haram). Karena
kasih sayang demikian kadang akan
mengakibatkan anggapan baik pada jalan meraka dan ridho dengan agama mereka.
- Al Qoidah
درء المفاسد مقدم على جلب
المصالح
Terjemah
:
Menghendari
kerusakan didahulukan dari pada menarik kemaslahatan
- Al Bujairomi Khotib 243
العمامة المعتادة لهم الآن وهل يحرم على
غيرهم من المسلمين لبس العمامة المعتادة لهم وان جعل عليه علامة تميّز بين
المسملين وغيرهم كورقة بيضاء مثلا ام لا لأنّ فعل ما ذكر يخرج به الفاعل عن زيّ
الكفار فيه نظر والاقرب الاوّل لأنّ هذه العلامة لا يهتدى فيها لتمييز عن غيره حيث
كانت العمامة المذكورة من ذي الكفار خاصة وينبغى انّ مثل ذلك فى الحرمة ما جرت به
العادة من لبس طرطور اليهوديّ مثلا على سبيل السخريّة فيعزّر فاعل ذلك. انتهى.
Terjemah
:
Shorban yang biasa mereka (non Islam)
pakai sekarang, apakah haram bagi orang Islam untuk memakainya sekalipun diberi
tanda yang membedakan ciri khas orang Islam dan non Islam. Seperti kertas putih
ataukah diperbolehkan (tidak haram) karena dengan cara tersebut (memberi tanda
bisa menghindarkan pelaku dari peradaban seperti orang kafir. Dalam hal ini ada pertimbangan hukum dan yang
lebih mendekati pendapat yang benar adalah pendapat yang pertama (haram) sebab
tanda tersebut belum bisa dijadikan petunjuk yang membedakan orang Islam dan
non Islam sekira sorban tersebut tertentu dari orang kafir. Dan sesungguhnya
menyamai hukum haram dengan masalah tersebut (sorban) adalah kebiasaan yang
sudah berlaku misalnya memakai dengan tujuan menghina mereka maka orang yag
berbuat seperti itu harus dita’zir.
- Al Amru bitiba’i wa Nahi Ani Ibtida’i, Halaluddin Asy Suyuti, Cetakan “ Daru Ibnu Qoyyim” 1990 M / 1410 H : 146 – 147
(التشبه
بالمشركين) ومن ذلك اعياد اليهودى او غيرهم من الكافرين او الاعاجم والاعراب
الضالين لا ينبغى للمسلمين ان يتشبه بهم فى شيء من ذلك ولا يوافقهم عليه. قال الله
تعالى لنبيه محمد صلى الله عليه وسلم ثم جعلنك على شريعة من الأمر فاتبعها ولا
تتبع اهواء الذين لا يعلمون. إنهم لا يفنوا عنك من الله شيأ. وان الظالمين بعضهم
اوليآء بعضز والله ولي المتقين (سورة الجاثية 18 – 19) ... الى ان قال : قد جآء عن
النبي صلى الله عليه وسلم أنه قال : من أشد الناس عذابا يوم القيامة عالم لم ينفعه
الله بعلمه (أخرجه الطبرني) والتشبه بالكافرين حرام وان لم يقصد ما قصدوه بدليل ما
روى ابن عمر عن النبي صلى الله عليه وسلم : من تشبه بقوم فهو منهم (أخرجه أحمد)
Terjemah
:
(menyerupai orang – orang musyrik)
termasuk diantaranya adalah kebiasaan-kebiasaan orang yahudi atau lainnya dari
golongan orang – orang kafir atau orang non arab atau orang arab tidak boleh
bagi orang Islam menyerupai dan melakukan apapun dari kebiasaan – kebiasaan meraka.
Allah berfirman kepada Nabi Muhammad SAW “ kemudian kami jadikan kamu berada di
atas suatu syari’at (peraturan) dari urusan (agama) itu, maka ikutilah syari’at
itu dan janganlah kamu ikuti hawa nafsu orang – orang yang tidak mengetahui.
Sesungguhnya mereka sekali-sekali tidak akan menolak darikamu sedikitpun dari
(siksa) Allah. Dan sesungguhnya mereka menjadi penolong bagi sebagian yang
lain, dan Allah adalah pelindung bagi orang-orang yang bertaqwa. (QS. Al
Jatsiyah : 18 – 19) sampai perkataan mushonnif “ telah diriwayatkan dari Nabi
Muhammad SAW. Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW telah bersabda “manusia yang
paling berat siksaannya besok di hari qiyamat adalah orang Alim (mengerti
hukum) yang tidak diberi manfaat ilmunya oleh Allah. (HR. Imam Thobroni). Menyerupai
orang-orang kafir hukumnya haram sekalipun berbeda tujuan dengan mereka dengan
dalil hadist yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar dari Nabi SAW “ barang siapa
menyerupai suatu golongan maka ia termasuk dari mereka” (HR. Imam Ahmad)
Mas’alah :
Ada sebidang tanah milik Ali yang di dalamnya terdapat sedapur (serumpun
bambu), oleh Ali bambu terebut dihibahkan atau dijual pada Umar dan boleh
dibiarkan hidup selama-lamanya, demikian kata Ali kepada Umar. Akhirnya Ali
meninggal dunia sedang tanah tersebut menjadi milik Qomari atau anaknya sebagai
harta warisan.
Pertanyaan :
Apabila bambu itu berkembang biak menjadi dua atau tiga rumpun tetapi
bertambah lebar. Milik siapakah bambu yang baru tersebut?
Kalau bambu yang baru itu tetap menjadi milik umar. Bagaimanakah jalan
keluarnya agar tidak menjadi dhoror pada Qomari ?
Bolehkah Qomari menebang (menghabiskan) bambu tersebut tanpa seijin Umar ?
Jawab :
Semua bambu yang asli maupun yang berkembang milik Umar. Sedang seratus
tanahnya menjadi milik Qomari sebagai ahli waris dan aqad pinjamannya terputus
atau selesai.
Jalan keluarnya :
Apabila Qomari tidak mengizinkan maka Umar berkewajiban menebang semua
bambu tersebut.
Jika Umar memaksa tetap tidak mau menebang maka Ia (Umar) berkewajiban
membayar sewa tanah sesuai persetujuan dengan Qomari. Qomari boleh menebang
semua bambu.
Dasar pengambilan :
- Al Bajuri II / 156
(مسئلة) أعار ارضا
مشتركة للبناء باا اذن بقية الشركاء صحت في حصته فقط وتبطل بموته فيستحق وارثه
الاجرة من حينئذ كما ان حصة البقية لها حكم الغصب فتلزم المستعير على المعير او
وارثه بعد التسليم ان لم يستوف المنفعة ولهم مطالبة الشريك بالاجرة ان وضع يده على
الارض قبل اعارتها ثم يرجع بها على المساعير المستوفى المنفعة والا فلا رجوع
Terjemah :
(masalah) seeorang meminjamkan sebidang
lahan perserikatan untuk mendirikan sebuah bangunan dengan tanpa izin anggota
yang lain. Maka aqad pinjamnya sah dalam bagiannya (orang yang meminjamkan)
saja. Dan aqad tersebut batal sebab ia meninggal dunia. Maka ketika itu
(meninggal dunia) ahli warisnya berhak mendapatkan ujroh / upah. Sebagaimana
hukum ghosob yang ada pada bagian anggota yang lain, wajib bagi pihak peminjam
untuk membayar ujroh / upah tertinggi. Dan setiap masa (penyewaan) dianggap
sesuai dengan keadaannya. Dan bagi pihak peminjam boleh meminta ganti rugi
kepada pihak yang meminjamkan atau ahli warisnya setelah ia memberikan ujroh.
Jikalau belum menggunakan manfaat (dari barang yang dipinjam) dan bagi anggota
perserikatan yang lain boleh meminta kepada syarik (pihak yang meminjamkan
lahan). Jika ia telah menunjukkan bagian lahan yang akan dipinjamkan sebelum ia
meminjamkannya. Kemudian pihak meminjamkan boleh minta ujroh (ongkos) kepada
pihak peminjam ketika telah menggunakan manfaat barang yang dipinjamkan. Jika
belum menggunakan manfaatnya maka tidak boleh minta ganti rugi (ujroh).
- Hasyiyah Bujairomi III / 102
- Bughyatul Mustarsyidin : 142
- Syarwani Ala Thuhfah IV / 453
Mas’alah :
Apabila seseorang membeli rokok yang berhadiah dengan tujuan kuponnya
semata-mata, sedang rokoknya hanya sampingan saja, dan ia tidak akan mendapat
kupon tanpa membeli rokonya.
Pertanyaan :
Sahkah jual beli tersebut ?
Jawab :
Kembali keputusan Mukhtamar ke XIII, maslah nomor 223, Ahkamu Al Fuqoha’
Juz 2 hal. 89, yakni : penjualnya sah asal mencukupi syarat-syarat jual beli
yang diperlukan dan hadiahnya pun halal, karena tidak terdapat untung rugi
lantaran hadiah itu. Akan tetapi tujuannya berjudi (mengadu nasib) hukumnya
haram.
Mas’alah :
Panitia pembangunan masjid misalnya, membuat kupon berhadiah dengan
klasifikasi tertentu, untuk dibagikan kepada masyarakat Islam khususnya,
sehingga tidak jarang sering terjadi seorang pembeli kupon dengan tujuan
hadiahnya semata-mata.
Pertanyaan :
Bagaimana hukumnya jual beli tersebut ?
Bolehkah hasilnya untuk pembangunan ?
Jawab :
Jula beli tersebut hukumnya sah, asalkan tidak atas nama jual beli tetapi
atas nama bantuan, kemudian diberi hadiah. Hasilnya untuk pembangunan. Hal ini
sesuai dengan keputusan konferensi besar NU / Ahkamul Fuqoha’ III / 17 no. 227
sebagai berikut :
”sedang lotre yang tidak didasarkan untung atau rugi seperti membeli barang
dengan harga mitsli (sepadan) dengan mendapat kupon hadiah yang akan dilotre,
atau bershodaqoh untuk mendirikan suatu kebaikan seperti mendirikan madrasah,
pondok pesantren, masjid dan lain sebagainya dengan mendapat kupon hadiah
yang akan dilotre, maka tidak haram,
karena tidak termasuk qimar/judi, dengan catatan bahwa barang hadiah yang akan
dihadiahkan itu tidak diambil dari hasil shodaqoh tersebut.
Dasar pengambilan :
1.
Al
bajuri II / 310
هو القمار. كل لعب تردد بين غنم وغرم كا للعب بالورق وغيرهم
Terjemah :
Judi adalah segala bentuk permainan yang
tidak jelas untung ruginya seperti permainan kertas dan lain sebagainya
termasuk bentuk yang paling buruk adalah sistem membeli kertas yang dinamakan
Yaa Nasibu. Bentuk ini haram menurut madzhab empat.
2.
Al
Amrodli Al Ijtima’iyah hal 391
ومن شر القمار شراء الاوراق المسماة بيانصيب فهو حرام على المذاهب
الاربعة
Terjemah :
Judi yang terjelek ialah membeli kertas
yang dinamai “Yaa Nasib”. Maka hukumnya haram menurut empat madzhab.
PENUTUP :
Kandungan isi juz I, ialah keputusan mulai tahun 1979 – 1986 yang dapat
memutuskan 111 mas’alah. Mudah – mudahan manfa’at dan barakah kepada pembahas
dan pembaca.
bagus banget ...🇲🇨
BalasHapus