Langsung ke konten utama

Bahsul masail NU



KEPUTUSAN BAHTSUL MASAIL SYURIYAH NU
WILAYAH JAWA TIMUR
DI PP ZAINUL HASAN GENGGONG KRAKSAN
TGL 22-23 NOPEMBER 1981
 

Mas’alah:
            Kalau ulama aswaja / NU telah melaksanakan amar ma’ruf nahi munkar apakah ulama yang bukan aswaja sudah terlepas dari kewajiban fardlu kifayah amar ma’ruf nahi munkar dan sebaliknya?

Jawab:
            Sudah terlepas dari kewajiban fardlu kifayah amar ma’ruf nahi munkar, selama amar ma’ruf nahi munkar dilakukan sesuai dengan aturannya.

Dasar Pengambilan Dalil:
  1. Ahkamu Fuqoha, : 11/105 soal no 241 ( belum ditulis)
إن كان هناك من يكفيهم للأمر بالمعروف والنهى عن المنكر فلا حرج عليهم السكوت ولزوم البيوت ، وإلايحرم عليهم ذلك، وأماالانتساب إلى إحدى الجمعيات الإسلامية فهو أفضل، بل قد يجب كماإذاتيقن  أوظن أنه لايؤدى إلى حفظ دينه وصونه عمايفسده إلابالإنتساب اليها اخذا لمافى الدعوة التامة والإحياء. ونصبه : وواجب على كل ففيه فرغ من فرض عينه وتفرغ لفرض الكفاية إلى من يجاور بلده من أهل السواد ومن العرب والأكراد وغيرهم ويعلمهم دينهم وفرائض شرعهم. إلى ان قال : فإن قام بهذا الأمر واحد سقط الحرج عن الآخرين والا عم الحرج الكافة أجمعين أماالعالم فلتقصيره فى الخروج ، أما الجاهل فلتقصيره ترك التعلم. الخ ... اعلم أن كل قاعد فى بيته اينما كان فليس خاليا فى هذا الزمان عن منكر من حيث التقاعد عن إرشاد الناس وتعليمهم وأكثر الناس جاهلون .

Terjemah:
            Jika telah ada orang yang dianggap cukup sudah menyampaikan amar ma’ruf nahi munkar, maka tidak dosa bagi lainnya hanya diam dirumah (tidak berdakwah), kalau belum ada yang menyampaikan maka haram bagi semua orang hanya berdiam diri. Adapun menisbatkan (amar ma’ruf nahi munkar) kepada salah satu organisasi islam itu lebih utama. Bahkan terkadang menjadi wajib ketika diyakini atau diduga kuat, tidak akan tercapai dalam mempertahankan agama dan menjaga kelangsungannya dari pihak-pihak yang merusaknya kecuali dengan berpedoman kepada kitab: addawatu attamah dan kitab ihya’ ulumuddin, yang arti nasnya: “wajib bagi setiap orang pandai dalam agama untuk meluangkan waktu guna memenuhi fardlu kifayah kepada orang yang berdekatan daerahnya dari ahli kulit hitam, orang arab dan lainnya, dan wajib pula mengajari mereka terhadap agamanya dan kewajiban-kewajiban syari’atnya …..s/d…. jika sudah ada salah seorang yang melakukan (amar ma’ruf nahi munkar) maka gugur dosa dari lainnya. Jika tidak ada sekali, maka yang berdosa adalah semuanya manusia. Adapun dosanya orang ‘alim, karena ia tidak menghiraukan keharusan keluar (berdakwah). Sedangkan dosanyaorang yang bodoh, ia tidak memperhatikan kewajiban belajar (tidak mau belajar) dst. … perlu dimengerti, bahwa setiap orang yang hanya berdiam diri dirumahnya dimana saja, maka tidak dapat lepas dizaman ini dari kemungkaran, ketika hanya diam diri dari menunjukan manusia dan mengajarinya. Dan kebanyakan manusia itu bodoh (tidak tahu).

Mas’alah:
            Ada tanah wakaf untuk masjid, bolehkah di pakai untuk I’tikaf?

Jawab:
            Apabila tanah yang dimaksud wakif itu adalah “aku jadikan tanah ini sebagai masjid” maka walaupun belum di bangun masjid I’tikaf di atas tanah tersebut hukumnnya sah. Tetapi apabila yang dimaksud wakaf tersebut adalah tamlik kepada masjid dan oleh nadzir belum (tidak diresmikan) atau belum dibangun masjid. Maka hukumnya I’tikaf diatas tanah tersebut tidak sah.

Dasar Pengambilan Dalil:
  1. Al-bajuri, I : 305
قوله فى المسجد اى الخالص المسجدية فلا يصح الإعتكاف فى غير المسجد كالمدارس والربط ومصلى العيد.
Terjemah:
Kata pengarang (dimasjid) artinya yang murni masjid , maka tidak sah I’tikaf diselain masjid, seperti dimadrasah, pondok, dan tempat-tempat sholat ‘id.
  1. Al-mahali, 11/76
قوله فى المسجد، ومنه روشنه ورحبته القديمة الخ
Terjemah:
            Kata pengarang (dimasjid) yang termasuk dihukumi masjid adalah emperanya, serambinya yang bangunan dulu (bersama dengan dalamannya masjid).
  1. Fatha al-wahab, I : 128
وثانيها مسجد للإتباع رواه الشيخان فلايصح فى غيره ولوهي للصلاة.
Terjemah:
            Yang kedua : harus masjid dengan dasar hadits Nabi yang diriwayatkan imam bukhori dan muslim, maka tidak sah I’tikaf diselain masjid meskipun disediakan untuk sholat.
  1. Syarwani, VI : 251
والأصح وإن نازع فيه الأسنوى وغيره أن قوله جعلت البقعة مسجدا من غير نية صريح فحيئد تصير به مسجدا وإن بات بلفظ مما مر لأن المسجد لايكون إلا وقفا.
Terjemah:
            Menurut yang asoh, meskipun ditentang imam asnawi dan lainnya bahwa perkataan seseorang : “saya jadikan tempat ini menjadi masjid” dengan tanpa niat itu shorih wakaf, maka dengan demikian (tempat itu) akan menjadi masjid. Meskipun dengan lafadz-lafadz yang telah tersebut diatas, karena masjid itu pasti wakaf. (tidak ada masjid yang bukan wakaf).

Mas’alah:
            Bagaimana hukumnya mengeluarkan zakat tijaroh sebelum haul (sebelum masuk satu tahun)

Jawab:
            Boleh asalkan yang menerima tersebut tetap menpunyai sifat mustahiq sampai waktu wajibnya, sehingga apabila yang menerima tersebut menjadi berubah (tidak mempunayai syarat sebagai mustahiq) pada waktu wajibnya, maka apabila muzakki pada waktu memberikan zakat mu’ajjalah itu memberitahukan bahwa zakat mu’ajjalah, maka muzakki boleh meminta kembali zakat tadi.

Dasar pengambilan Dalil:
  1. Muhadzab, I : 174
وإن عجل الزكاة فدفها إلى فقير فمات الفقير أو ارتد قبل الحول لم يجزه المدفوع عن الزكاة، وعليه أن يخرج الزكاة ثانيا، فإن لم يبين عند الدفع أنهازكاة معجلة لم يرجع وإن بين رجع .... الخ

Terjemah:
            Jika seseorang melakukan ta’jil zakat (mendahulukan zakat sebelum waktunya) kemudian diberikan kepada orang fakir, lalu orang fakirnya meninggal dunia, atau ia murtad sebelum haul (masuk waktunya wajib zakat). Maka apa yang diberikan (atas nama zakat tadi) tidak mencukupinya sebagai zakat. Dan bagi yang memberikan wajib, mengeluarkan zakat lagi ( yang kedua ). Jika dirinya tidak menjelaskan (pada waktu memberinya) bahwa itu zakat yang didahulukan (ta’jiluz zakat) maka ia tidak boelh meminta kembali (yang telah diberikan) namun apabila ia waktu member menyatakan : ini ta’jiluz zakat maka ia boleh meminta kembali (ganti rugi).

Mas’alah:
            Bagaimana hukumnya menyembelih qurban sebelum shalat idul adha dengan mengi’tikatkan sebagai aqiqoh sedang maliknya mengatakan qurban?

Jawab:
Menyembelih qurban oleh wakil yang mengi’tikadkan aqiqoh apabila dilakukan sesudahnya lewatnya kadar dua rokaat dan dua khotbah yang cepat sesudah terbitnya matahari pada hari qurban maka hukumnya sebagai berikut :
Qurbanya mudhohi adalah sah, dan I’tikat wakil tidak mempengaruhi niat berqurban.
Kalau penyembelihannya dilakukan oleh wakil sebelum waktu tersebut, maka qurbannya mudlohi tidak sah, dan wakil dloman ( mengganti ).
Adapun wakil yang mengi;tikadkan lain dari niat mudlohi, hukumnnya haram.

Dasar Pengambilan Dalil:
  1. Al-anwar, 11/378
الثالث الوقت وهو إذا طلعت الشمش يوم النحر ومضى قدر وكعتين وخطبتين خفيفتين إلى غروبها من ثالث ايام التشريق ليلا ونهارا ويكره فى اليل فان ذبح قبل الوقت او بعده لم يكن ضحية ولا يحصل ثوابها بل صدقة ... انتهى
Terjemah:
             Yang ketiga adalah: waktu (penyembelihan qurban) yaitu ketika matahari telah terbit pada hari qurban dan telah melewati kira-kira dua rokaat dan dua khotbah ‘id yang ringan sampai terbenamnya matahari dihari tasyri’ yang ketiga ( tanggal 13 dzulhijjah ) baik siang ataupun malam dan makruh menyembelih qurban pada malam hari. Apabila disembelih sebelum waktunya atau setelahnya, maka tidak dinamakan qurban, dan tidak mendapatkan pahalanya qurban. Tetapi merupakan sodaqoh.

  1. Kifayatu al-akhyar, I : 280
والوكيل أمين فيها لايضمن إلا بتقريط، الوكيل أمين فيما وكل فيه فلايضمن الموكل فيه إذا تلف إلا أن يفرط لأن الموكل استأمنه فيضمنه ينافى تأمينه كالمودع.

Terjemah:
            Wakil adalah orang yang dipercaya dalam amanat, ia tidak didenda kecuali ia mengabaikan (khianat). Wakil adalah orang dipercaya dalal sesuatu yang diwakilinya, maka ia tidak perlu mengganti terhadap kerugian yang diwakilkan ketika rusak, kecuali apabila ia mengabaikannya. Karena orang yang mewakilkan telah mempercayakan kepada wakil . maka wakil supaya mengganti kerugian apabila ia meniadakan sifat amanahnya (kepercayaan) seperti orang yang dititipi.

Mas’alah:
            Bagaimana hukumnya memperbaharui nikah tajdidunikah? Kalau boleh apakah harus membayar mahar lagi?

Jawab:
            Hukumnya tajdidunnikah (memperbaharui nikah) boleh, bertujuan untuk memperindah atau ihtiyat dan tidak termasuk pengakuan talak (tidak wajib membayar mahar) akan tetapi menurut imam yusuf al-ardzabili dalam kitab anwar wajib membayar mahar karena sebagai pengakuan jatuhnya talak.

Dasar Pengambilan Dalil:
  1. At-tuhfa, VII : 391
أَنَّ مُجَرَّدَ مُوَافَقَةِ الزَّوْجِ عَلَى صُورَةِ عَقْدٍ ثَانٍ مَثَلًا لَا يَكُونُ اعْتِرَافًا بِانْقِضَاءِ الْعِصْمَةِ الْأُولَى بَلْ وَلَا كِنَايَةَ فِيهِ وَهُوَ ظَاهِرٌ إلى أن قال وماهنا فِي مُجَرَّدِ طَلَبٍ مِنْ الزَّوْجِ لِتَحَمُّلٍ أَوْ احْتِيَاطٍ فَتَأَمَّلْهُ.
Terjemah:
            Sesungguhnya tujuan suami melakukan aqad nikah yang kedua (memperbaharui nikah) bukan merupakan pengakuan habisnya tanggung jawab atas nikah yang pertama, dan juga bukan merupakan kinayah dari pengakuan tadi. Dan itu jelas ….s/d … sedangkan apa yang dilakukan suami di sini (dalam memperbaharui nikah) semata-mata untuk memperindah atau berhati-hati.
                                               
( وَلَوْ تَوَافَقُوا ) أَيْ الزَّوْجُ وَالْوَلِيُّ وَالزَّوْجَةُ الرَّشِيدَةُ فَالْجَمْعُ بِاعْتِبَارِهَا أَوْ بِاعْتِبَارِ مَنْ يَنْضَمُّ لِلْفَرِيقَيْنِ غَالِبًا ( عَلَى مَهْرٍ سِرًّا وَأَعْلَنُوا بِزِيَادَةٍ فَالْمَذْهَبُ وُجُوبُ مَا عُقِدَ بِهِ ) أَوَّلًا إنْ تَكَرَّرَ عَقْدٌ قَلَّ أَوْ كَثُرَ اتَّحَدَتْ شُهُودُ السِّرِّ وَالْعَلَنِ أَمْ لَا لِأَنَّ الْمَهْرَ إنَّمَا يَجِبُ بِالْعَقْدِ فَلَمْ يُنْظَرْ لِغَيْرِهِ وَيُؤْخَذُ مِنْ أَنَّ الْعُقُودَ إذَا تَكَرَّرَتْ اُعْتُبِرَ الْأَوَّلُ مَعَ مَا يَأْتِي أَوَائِلَ الطَّلَاقِ أَنَّ قَوْلَ الزَّوْجِ لِوَلِيِّ زَوْجَتِهِ زَوِّجْنِي كِنَايَةٌ بِخِلَافِ زَوَّجَهَا فَإِنَّهُ صَرِيحٌ أَنَّ مُجَرَّدَ مُوَافَقَةِ الزَّوْجِ عَلَى صُورَةِ عَقْدٍ ثَانٍ مَثَلًا لَا يَكُونُ اعْتِرَافًا بِانْقِضَاءِ الْعِصْمَةِ الْأُولَى بَلْ وَلَا كِنَايَةَ فِيهِ وَهُوَ ظَاهِرٌ وَلَا يُنَافِيهِ مَا يَأْتِي قُبَيْلَ الْوَلِيمَةِ أَنَّهُ لَوْ قَالَ كَانَ الثَّانِي تَجْدِيدَ لَفْظٍ لَا عَقْدًا لَمْ يُقْبَلْ لِأَنَّ ذَاكَ فِي عَقْدَيْنِ لَيْسَ فِي ثَانِيهِمَا طَلَبُ تَجْدِيدٍ وَافَقَ عَلَيْهِ الزَّوْجُ فَكَانَ الْأَصْلُ اقْتِضَاءَ كُلِّ الْمَهْرِ وَحَكَمْنَا بِوُقُوعِ طَلْقَةٍ لِاسْتِلْزَامِ الثَّانِي لَهَا ظَاهِرًا وَمَا هُنَا فِي مُجَرَّدِ طَلَبٍ مِنْ الزَّوْجِ لِتَحَمُّلٍ أَوْ احْتِيَاطٍ فَتَأَمَّلْهُ.[1]


  1. Al-anwar, II : 156
ولو جدد رجل نكاح زوجته لزمه مهر آخر لأنه إقرار بالفرقة وينتقض به الطلاق ويحتاج إلى التحليل فى المرة الثالية.
Terjemah:
            Jika seorang suami memperbaharui nikah kepada isterinya, maka wajib member mahar (mas kawin) karena ia mengakui perceraian dan memperbaharui nikah termasuk merusak cerai/talaq (menjadi suami istri lagi). Kalau dilakukan sampai tiga kali, maka diperlukan muhalli.

Mas’alah:
            Bagaimana mendo’akan kemantenan semoga hidup rukun dan lekas manunggal, bisa cocok bagaikan tampar. Yang dengan arti satu sama lain tidak pisah lagi.

Jawab:
            Hukumnya sunah

Dasar Pengambilan Dalil:
  1. Al-futuhat al-robaniyah VI : 76-77
السنة أن يقال له بارك الله لك وبارك عليك وجمع بينكما بخير ( قوله وجمع بينكما بخير) اى بأن تجتمعا على الطاعةوالأمر بالمعروف والنهى عن المنكر وحسن  المعاشرة والموافقة لمايدعو لدوام الإجتماع وحسن الاستمتاع انتهى .
Terjemah:
            Sunnah didoakan dengan doa : mudah-mudahan Allah memberkahimu dan memberkahi atasmu, dan mengumpulkan antara kamu berdua dengan baik (pengertian: mengumpulkan diantara kamu berdua) : yaitu; kamu berdua kumpul atas dasar ta’at (pada Allah), amar ma;ruf nahi munkar, dan baiknya hidup berumah tangga dan sesuai apa yang didoakan untuk berkumpul/rukun yang abadi dan mesra.

Mas’alah:
            Banyak ulama kita tidak memasukan anak-anaknya kedalam madrasah-madrasah/ sekolah agama. Kalau mereka wafat, maka kitab-kitabnya akan menjadi hiasan almari. Bolehkah kita mengikuti cara mereka didalam mendidik anak-anaknya?

Jawab:
            Cara ulama yang tidak memberikan pendidikan agama kepada putra-putrinya itu tidak boleh di ikuti.

Dasar Pengambilan Dalil:
  1. Minhaju A-abiddin hal. 20
فاعلم أن هذه المدارس والرباطات بمنزلة حصن حصين يحتصن بها المجتهدون عن القطاع والسراق وإن الخارج بمنزلة الصحراء تدور فيها فرسان الشيطان عسكرا فتسلبه أو تستأسره فكيف حاله إذا خرج إلى الصحراء وتمكن العدو منه من كل جانب يعمل به ماشاء. فإذن ليس لهذا الضيف الا لزوم الحصن.
Terjemah:
            Ketahuilah, sesungguhnya madrasah-madrasah dan pondok-pondok pesantren ini diposisikan sebagai benteng yang kokoh, menjaga para mujtahid dari sabotase perampok dan pencuri. Dan sesungguhnya yang diluar itu diposisikan sebagai tanah lapang yang dilewati syaitan-syaitan jalanan yang siap merampasnya atau menguasainya, maka bagaimana kondisinya jika mereka keluar ketanah lapang, dan musuh-musuh dengan leluasa dapat berbuat apa saja yang ia kehendaki. Maka kalau demikian bagi orang yang lemah wajib untuk menetap dibenteng-benteng pertahanan.

  1. Al-nashaihu al-diiniyah 62
وأهم مايتوجه على الوالد فى حق أولاده تحسين الآداب والتربية ليقع تشؤهم على محبة الخير ومعرفة الحق وتعظيم أمور الدين والاستهانة بأمور الدنيا وإيثار أمور الآخيرة فمن فرط فى تأديب أولاده وحسن تربيتهم وزرع فى قلوبهم محبة الدنيا وشهواتها وقلة المبالاة بأمور الدين ثم عقوه بعد ذلك فلايلومن إلانفسه والمفرط أولى بالخسارة فيما ذكرناه.
Terjemah:
            Yang terpenting, tantangan orang tua terhadap hak anaknya adalah memperbaiki Adab dan mendidiknya, agar pertumbuhan anak-anaknya cinta kebaikan, mengetahui yang hak, mengutamakan urusan agama, mengesampingkan urusan dunia, dan mengutamakan urusan akhirat. Barang siapa ceroboh mendidik dan ceroboh dalam kebaikan pendidikannya. Dan menanamkan pada hati anaknya kecintaan terhadap dunia dan kesenangan dunia, serta kepeduliannya terhadap urusan agama sangat minim (sedikit) kemudian setelah itu anak berani menenteng orang tuanya maka jangan menyalahkan siapapun kecuali dirinya sendiri. Orang yang ceroboh lebih tepat menyandang kerugian. Kebanyakan orang yang berani pada orang tuanya, keras hatinya di zaman ini penyebabnya adalah ceroboh terhadap apa yang saya sebutkan tadi.

  1. Tuhfatu al-murid 117
وحفظ دين ثم نفس مال ثم نسب "ومثلها عقل وعرض قد وجب والمراد بحفظه صيانته من الكفر وانتهاك حرمة المحرمات ووجوب الواجبات، فانتهاك حرمة المحرمات أن يفعل المحرمات غير مبال بحرمتها، وانتهاك وجوب الواجبات أن يترك الواجبات غير مبال بوجوبها. انتهى

Terjemah:
            Dan menjaga agama, kemudian diri, harta dan nasab, dan sesamanya adalah akal dan harga diri adalah hal yang wajib. Yang dimaksud menjaganya adalah menjaga dari kekufur. Dan menanggulangi haramnya sesuatu yang haram. Dan wajibnya beberapa kewajiban, maka menanggulangi keharaman yang dimaksudkan adalah : melakukan keharaman tanpa memperdulikan keharamannya. Membentengi kewajiban yang dimaksudkan adalah meninggalkan kewajiban tanpa memperdulikan kewajiban atas hal yang diwajibkan.

  1. Irsyadu al-Huyaro Fi tahdiri al-Muslimin min madarisi al-nasoro li syeh yusuf al-nabawi.
اعلم أن من أعظم المصائب على الملة الإسلامية والامم المحمدية ماهو جار فى هذه الأيام فى كثير من بلاد الاسلام من إذخال بعض جهلة المسلمين أولادهم فى المدارس النصرانية واللغات الأفرانجية، ولايخفى أن ذلك كفر صريح ، ولا يرضى به الله ولاسيدنا محمد صلى الله عليه وسلم وسيدنا المسيح عليه السلام.
Terjemah:
            Ketahuilah sesungguhnya lebih besar-besarnya musibah atas agama islam dan umat Muhammad ialah apa yang terjadi dihari-hari ini kebanyakan dari daerah muslim (Negara islam) yang sebagian kebodohan orang islam adalah memasukan anak-anaknya kesekolah-sekolah Kristen (nasroni) dan bahasa inggris. s/d …. Tidak ada ragu0ragu bahwa hal seperti itu jelas kufur dan tidak mendapat ridlo Allah dan Muhammad Saw dan Nabi Isa as.

  1. Tanbihu al-anam
ماينبغى التنبيه له لأهل الشركة منع إذخال أولادهم إلى مكاتب النصارى لأن دخول أولاد المسلمين فى مكاتبهم مما يوجب الإسلاخ من دينهم بالكلية بإدخالهم الشبهة عليه فى دينهم. انتهى

Terjemah:
            Sesuatu yang terbaik mengingatkan baginya bagi semua masyarakat adalah melarang memasukan anak-anaknya pendidikan orang-orang Kristen (nasrani). Karena masuknya anak-anak muslim pendidikan mereka (orang Kristen) hilangnya agamanya secara keseluruhan dengan  masuknya anak-anak muslim yang menyerupai agama mereka (orang-orang Kristen).

Mas’alah:
            Ada dua pendapat menurut as-syafi’I tentang batalnya wudlu bagi orang yang disentuh perempuan lain yang dipermasalahkan : manakah yang paling utama untuk kita ikuti? Mengikuti pendapat kedua dari imam syafi’I itu atau pindah madzab lain? Dan bagaimana hukumnya pindah madzab pada waktu itu?

Jawab:
            Mana yang lebih utama, ada dua pendapat:
Pertama           : boleh memilih antara qoul tsani dan pindah madzab lain.
Kedua             : lebih baik taqlid pada qoul tsani.
Sedangkan pindah madzab pada waktu tertentu adalah boleh.

Dasar Pengambilan Dalil:
  1. Hasyiyah ibnu Hajar ala al-adloh fi manasiki al-hajj li al-nawawi, hal. 236
وفى الملموس قولان للشافعى رحمه الله، أصحهما عند أكثر أصحابه أنه ينتقض وضؤءه وهو نصه فى أكثر كتبه. والثانى لا ينتقض وضوءه واختاره جماعة قليلة فى اصحابه والمختار الاول.
Terjemah:
            Yang asoh dan kedua pendapat menurut kebanyakan santrinya (sahabatnya) hal itu merusakan (membatalkan) wudlunya. Pendapat itu merupakan nash dari imam syafi’I dalam kebanyakan kitabnya sedangkan pendapat kedua tidak membatalkan wudlunya dan pendapat ini dipilih oleh kelompok kecil dari santrinya. Yang muhtar (terpilih) adalah pendapat yang pertama.

  1. Bughyatul Mustarsyiddin, 9
يجوز تقليد ملتزم مذهب الشافعى غير مذهبه أو المرجو للضرورة اى المشقة التى لا تحتمل عادة. وفى سبعة كتب مفيدة ص مانصه : واعلم أن الأصح من كلام المتأخرين كالشيخ ابن حجر وغيره أنه يجوز الإستقال من مذهب إلى مذهب من المذاهب المدوية ولو لمجرد التشهى سواء إنتقل دواما أو بعض الحادثات.
Terjemah:
            Boleh taqlid (mengikuti) bagi yang tetap yang tetap madzab imam syafi’I pada selain madzabnya, atau pada pendapat yang marjuh karena dhorurot. Artinya masyakot (sulit) yang tidak menjadikan kebiasaan. Dalam kitab sab’atul kutubi almufidah di jelaskan : ketahuilah sesungguhnya yang ashoh menurut pendapat ulama mutaakhirin (yang akhir-akhir) seperti syekh ibnu hajar dan lainnya. Yaitu boleh pindah madzab kemadzab lain dari beberapa madzab yang telah dibukukan, meskipun hanya untuk keinginan, baik pindahnya itu untuk selamanya atau didalam sebagian kejadian.

  1. Sab’atu Kutubi al-mustafidah, hal. 160 (belum ditulis)

Terjemah:
            Yang ashoh, sesungguhnya orang awab (al-am) boleh memilih antara mengikuti pendapat orang yang dikendaki meskipun pendapat yang diungguli disisinya, padahal ada yang lebih afdlol. Selama ia tidak berturut-turut mengikuti yang ringan (rukhsoh) bahkan meskipun berturut-turut (juga boleh ) menurut apa yang dikatakan oleh imam izzuddin bin ‘abdi salam dan lain-lainnya.

  1. Hamisy I’anatu al-Tholibin, II : 59
وقال السيوطي: كثيرا ما يقول أصحابنا بتقليد أبي حنيفة في هذه المسألة، إذ هو قول للشافعي قام الدليل على رجحانه. وحينئذ تقليد أحد هذين القولين أولى من تقليد أبي حنيفة.[2]
Terjemah:
            Dengan demikian, mengikuti salah satu dari dua pendapat ini lebih baik dari mengikuti madzab abi hanifah.

  1. Al-Fawaidu Al-Madaniyah al-Qubro (belum  ditulis)

Terjemah:
            Mengikuti pendapat atau wajah dhoif  didalam madzabnya dengan syarat-syaratnya, itu lebih utama dari pada mengikuti madzab-madzab lain, karena mengumpulkan sarat-saratnya.

  1. Jam’ur Risalatain Fi ta’addudil Jum’atain, hal. 14 (belum ditulis)

Terjemah:
            Taqlid (mengikuti) pendapat qoul qodim itu lebih baik dari pada mengikuti madzab yang berbeda dengan (madzabnya). Karena itu memerlukan menjaga madzab yang diikutinya. Dalam wudlu, mandi dan semua syarat-syarat. Hal ini sulit bagi selain yang mengetahui. Maka berpegang teguh kepada pendapat-pendapat imanya yang dhoif  itu lebih baik dari pada keluar  menuju madzab yang lain.

Mas’alah:
            Andaikann jam’iyah NU baik di tingkat cabang wilayah atau pengurus besar membuat suatu ketentuan : bahwa semua anggota DPR/DPRD yang dicalonkan oleh jam’iyah NU apabila telah dilantik maka diwajibkan member dana kepada jam;iyah sekian persen dari penghasilan bulanan anggota DPR/DPRD.

Pertanyaan:
            Apakah ketentuan semacam itu menjadi wajib syar’an yang harus di taati dengan pengertian yusabu ‘ala failihi wayu ‘aqobu ‘ala tarkihi?

Jawab:
            Hukumnya anggota DPR menetapi janji kepada jam’iyah NU itu wajib syar’an sebab : termasuk isti’jar al manafi’ atau iqrar Min babi wujubi itha’ati ulil amri.

Dasar Pengambilan Dalil:
  1. Al-I’anatu al-tholibin, III : 109.

Terjemah:
            Betul berlaku baginya menjual belikan hak melewati. Hal ini usaha memiliki kemanfaatan dengan ganti rugi yang jelas (ma’lum). Sesungguhnya itu bukan murni jual beli tetapi disitu berbau sewa. Dikatakan jual beli karena memandang sighotnya (transaksinya) semata dan dikatakan sewa/kontrak menurut artinya …..s/d.. adapun yang terjadi bagi beban atau tanggung jawab. Maka syarat didalamnya harus menerima ongkos (seketika) dalam satu majlis (waktu transaksi).

Mas’alah:
            Sama-sama kita ketahui bahwa jenazah yang tergilas oleh kendaraan mendapat visum dari dokter baik lahir maupun batin. Sampai-sampai di bedel dada dan otaknya, padahal hal ini terlarang. Bolehkah kita diam dan tidak berjuang untuk merubah aturan semacam ini?

Jawab:
            Tidak boleh, untuk membatasi kemungkinan- kemungkinan lain, maka perlu adanya usaha-usaha melalui lembaga perundang-undangan guna meluruskan masalah ini.

Dasar Pengambilan Dalil:
  1. Al-Asybah Wannadloir, hal. 107
Terjemah:
            Tidak perlu diingkari hal yang masih dipertentangkan (muktalaf alaih) namun perlu di ingkari hal yang sudah menjadi kesempatan (mujma’ alaih) yang dilanggar.

  1. Bughyatul Mustarsyidin, hal. 251
ولا يجوز لأحد التقاعد عن ذالك والتغافل عنه وإن علم أنه لايفيد
Terjemah:
            Tidak boleh bagi seseorang diam diri terhadap hal tersebut (kemungkaran) dan melupakan dirinya, meskipun diketahui tidak akan bertindak (sia-sia).

Mas’alah:
            Banyak di pedasaan, perkotaan kegiatan-kegiatan social yang dilakukan oleh umat islam yang dinamakan kumpulan kematian denghan syarat /perjanjian antara lain:
Tiap anggota harus membayar Rp. 50,_ tiap bulan
Tiap-tiap anggota yang meninggal dunia mendapat belanja kematian rata-rata Rp. 2000,-

Pertanyaan:
            Bagi anggota yang sudah lama, sudah barang tentu jumlah uang yang dibayarkan tiap bulan tadi cukup banyak misalnya. Misalnya Rp. 5000,- tetapi anadaikata anggota tersebut wafat tentunya dia hanya mendapat bantuan  belanja kematian dari kumpulan tadi sebesar Rp. 2000,- sehingga menurut perhitungan uang anggota tersebut masih sisa Rp. 3000,-
Uang sisa tadi menjadi milik siapa?
Bagi anggota yang masih baru sudah barang tentu uang yang dibayarkan kepada kumpulan masih sedikit, misalnya Rp. 500,- tetapi andaikata dia wafat maka tentu akan mendapat belanja kematian sebanyak Rp. 2000,-
Uang tambahan ini milik siapa?

Jawab:
            Uang tersebut milik jam’iyyah.

Dasar Pengambilan dalil:
  1. Dalilu al-falihin jilid. II : 576-577

Terjemah:
            Dari abi musa al-as’ari Ra. Ia berkata : Rosulullah Saw, bersabda: sesungguhnya golongan as’ari kehabisan bekal di pertempuran, atau semakin menipis makanan keluarganya dikota (madinah). Maka mereka semua mengumpulkan apa yang ada disisinya pada pakaian satu, kemudian membaginya diantara mereka semua dengan sama dalam satu tempat. Mereka semua golongan saya dan saya adalah termasuk dari golongan mereka. (HR. mutafaq alaih).

  1. Takmilah al-majmu’, XIII : 155

Terjemah:
            Terkadang dikatakan sesungguhnya transaksi (ikatan) kepercayaan berlaku selamanya bersama perkumpulan yang terbagi (giliran) bisa jadi dikatakan perkumpulan ta’awuniyah (tolong menolong) atas kebaikan , dan berbuat baik untuk menolong teman-teman yang masuk dalam daftar giliran.


  1. Asy syarwani, VI : 298

Terjemah:
            Adapun hibah ( pemberian) untuk tujuan /jalan yang umum, maka imam ghozali dala kitab al-wajiz menyakini atas diperbolehkannya adan imam al-rofi’I diam dalam hal itu. Kemudian ia menyatakan boleh jika dikatakannya : tujuan yang umum itu menempati kedudukan masjid maka boleh memberikan hak milik dengan hibah. Seperti bolehnya waqof terhadapnya maka yang menerima adalah al-Qodhi. Persesuaian menyamakan hibah untuk umum dengan waqof padanya didalam keafsahanya adalah tidak ada syarat harus diterima.

  1. Al-jami’lilahkamil Qur’an Qurtubi, hal. 33

Terjemah:
            Wahai orang-orang yang beriman tepatilah dengan janji. Az zujaj berkata artinya : tepatilah kalian semua dengan janji Allah atas kalian semua dan janji kalian, sebagian diantara kalian dengan sebagian yang lain

  1. Riyadlu sl-sholihin wa-syarhi dalailu al-falahin, II : 576-577

Mas’alah:
            Bagaimana hukumnya waris gono gini?

Jawab:
            Hukumnya boleh

Dasar Pengambilan Dalil:
  1. Bughyatul Mustarsyidin, 159

Terjemah:
            Telah bercampur harta benda suami istri dan tidak diketahui milik siapa yang lebih banyak, dan tidak ada tanda-tanda yang dapat membedakan salah satu dari keduanya, dan telah terjadi antara keduanya firqoh (cerai) s/d … betul. Apabila telah terjadi kebiasaan/ adat yang berlaku, bahwa salah satu dari keduanya lebih banyak kerjakerasnya (cara mendapatkannya) daripada satunya, maka perdamaian (suluh) dan saling member atas sesame. Apabila tidak ada kesepakatan atas sesuatu dari hal tersebut apa dari harta benda yang berada pada diri suami, maka yang dibenarkan adalah pendapat suami dengan disertai sumpahnya bahwa itu miliknya. Apabila harta itu ditangan keduanya maka masing-masing menyumpah yang lainnya kemudian hartanya dibagi dua.


KEPUTUSAN BAHTSUL MASAIL SYURIAH NU
JAWA TIMUR
DI PP SALAFIYAH SUKOREJO ASENBAGUS
SITUBONDO
mas’alah:
            bolehkah selain mujtahid baik mutlak maupun muqoyad mengqiyaskan suatu masalah yang terdapat didalam kitab-kitab fiqih mempunyai persamaan?

Jawab:
            Tidak boleh secara mutlak

Dasar pengambilan Dalil:
  1. Bughyatul Mustarsyidin

Terjemah:
            Telah dijelaskan dalam fatawi ibnu hajar : dilarang memberi fatwa bagi orang yang membaca kitab belum ahlinya, kecuali terhadap ilmu (pengetahuan) yang sudah dimengerti dari madzabnya dengan pengetahuan yang sudah yakin (kebenarannya) seperti wajibnya niat dalam wudlu dan batalnya wudlu dengan memegang dzakarnya. Benar jika ia nukil (mengambil) hukum dari mufti lain dari kitab yang sudah dipercaya maka itu boleh dan itu pemindahan pendapat bukan member fatwa. Dan tidak boleh bagi dirinya member fatwa terhadap sesuati yang tidak ditemukan bentuk tertulis meskipun ditemukan persamaannya. Dengan demikian orang yang mahir betul dalam fiqih ialah orang yang menguasai ilmu ushulnya imam mereka pada setiap bab, dan ia masuk tingkatan ashabil wujuh 9orang-orang yang punya hak pendapat yang sah). Dan ini sudah putus sejak 400 tahun yang lalu (tidak ada generasi penggantinya).

Mas’alah:
            Ada orang berdomisilir di malang umpanya kemudian ia meninggal di Surabaya. Lalu mayatnya sebelum di sholati di Surabaya (tempat tinggal) di bawa ke malang (tempat ia berdomisili). Bagaimana memindah mayat yang belum disholati itu dari rempat tinggal?

Jawab:
            Ada perbedaan pendapat antara imam baghowi yang mengatakan makruh dan imam mutawalli yang mengatakan haram.

Dasar Pengambilan Dalil:
  1. Al-Mahali, I : 351-352

Terjemah:
            Haram memindah mayit sebelum di qubur dari daerah mayitnya kedaerah lain untuk dikubur disitu. Sebaian pendapat mengatakan makruh kecuali jika dekat dengan makkah, madinah atau baitul muqoddas. Maka sebaiknya dipindah kesana ada keutamaan mengubur disana, hal ini sesuai nashnya imam syafi’I. dan imam baghowi, dan lainnya mengatakan makruh seperti imam mutawalli dan lainnya mengatakan haram (memindah).

Mas’alah:
            Banyak terjadi di kota-kota terutama di kota-kota besar pesawat telpon yang di sediakan untuk umum, siapa saja bisa memakai (menggunakan) asal ia memasukan uang logam Rp. 50 umpanya kedalam tempat yang disediakan (sudah barang tentu uang itu lepas dari milik orang yang memasukkan ). Kemudian uang tersebut dimiliki oleh pemilik pesawat telepon (Telkom dan sebagainya ). Demikian itu dapatkah di benarkan menurut syasi’at dan termasuk mu’amalah apakah itu?

Jawab :
            Adalah mu’amalah ijaroh shohihah (aqad sewa yang sah ) .

Dasar Pengambilan Dalil:
  1. Mughni al-Muhtaj
وَالْكِتَابَةُ بِالْبَيْعِ وَنَحْوِهِ عَلَى نَحْوِ لَوْحٍ أَوْ وَرَقٍ أَوْ أَرْضٍ كِنَايَةٌ.
Terjemah:
            Jual beli atau sesamanya dengan cara (transaksi) menggunakan tulisan pada papan, kertas, atau tanah adalah cukup (dianggap sah).

فَإِنْ قَالَ : بِعْ وَأَشْهِدْ لَمْ يَكُنْ الْإِشْهَادُ شَرْطًا صَرَّحَ بِذَلِكَ الْمَرْعَشِيُّ ، وَاقْتَضَاهُ كَلَامُ غَيْرِهِ وَالْكِتَابَةُ بِالْبَيْعِ وَنَحْوِهِ عَلَى نَحْوِ لَوْحٍ أَوْ وَرَقٍ أَوْ أَرْضٍ كِنَايَةٌ فِي ذَلِكَ ، فَيَنْعَقِدُ بِهَا مَعَ النِّيَّةِ بِخِلَافِ الْكِتَابَةِ عَلَى الْمَائِعِ وَنَحْوِهِ كَالْهَوَاءِ ، فَإِنَّهُ لَا يَكُونُ كِنَايَةً لِأَنَّهَا لَا تَثْبُتُ ، وَيُشْتَرَطُ الْقَبُولُ مِنْ الْمَكْتُوبِ إلَيْهِ حَالَ الِاطِّلَاعِ لِيَقْتَرِنَ بِالْإِيجَابِ بِقَدْرِ الْإِمْكَانِ .[3]

Masalah :
            Dewasa ini banyak madaris diniyah islamiyah yang hari liburnya hari ahad bukan hari jum’at. Apakah ini tidak termasuk dalam maqolah :
 "من تشبه بقوم فهو منهم "
Sehingga hukumnya haram?
Dan apabila tidak termasuk dalam maqolah tersebut, sampai dimanakah batas-batas tasyabbuh yang haram itu?

Jawab:
            Jika bertujuan untuk syi’ar kafir maka haram dan apabila tidak ada tujuan sama sekali maka hukumnya makruh.

Dasar Pengambilan Dalil:
  1. Ahkamu Fuqoha 1/25 masalah no. 33

Terjemah:
            Ketika berpakaian (tingkah laku ) menyerupai orang kafir, untuk syi’ar kekafirannya maka ia kafir dengan pasti ….s/d … seandainya tidak bertujuan menyerupai mereka sama sekali tidak apa-apa baginya tetapi itu makruh.

  1. Ahkamu Fuqoha 11/239


Terjemah:
Apa pengertian tasabuh (menyerupai) pada sabda Nabi Saw : “ barang siapa yang menyerupai kaum, maka dia dari golongannya” di zaman sekarang. Yaitu maksudnya seperti yang ada pada fathul barri.

  1. Fathu Al-Barri, X : 273

Terjemah:
            Syekh Abu Muhammad bin Abi Hamzah berkata menurut dhoirnya lafadz adalah melarang menyerupai pada setiap sesuatu (dari kafir) begitu juga dalil-dalil lain mengatakan. Maksudnya menyerupai (orang-orang kafir yang dihukumi haram) adalah menyerupai dalam pakaian, hiasan, sifat-sifatnya dan sesamanya bukan menyerupai dalam urusan kebaikan.

Mas’alah:
            Bagaimana hukumnya mengembala binatang di maqbaroh dan bagaimana juga hukumnya makan di maqbaroh?

Jawab :
            Memasukan binatang di kuburan itu haram kalau kuatir mengotori dan menajisi. Kalau tidak hukumnya makruh.

Dasar Pengambilan Dalil:
  1. Bughya al-Murtasyidin, hal. 94

Terjemah :
            Memasukkan binatang ketanah kuburan dan menginjaknya kuburan itu sangat makruhnya di banding kemakruhan orang (anak adam) menginjak dengan dirinya sendir. Dan banyak ulama yang berpendapat haram duduk-duduk diatasnya, karena dasar hadits muslim, jumhurul ulama mengartikan haram duduk diatas kubur itu untuk qodli hajat (kencing / berak). Tidak ada keraguan bagi orang yang melihat hewan piaraan kencing diatas kuburan wajib mencegahnya, meskipun binatang itu bukan mukallafah (terbebani hukum) tapi orang yang melihat adalah mukalaf. Menjadi sangat parah kemakruhannya bila kuburan itu milik orang terkenal/tokoh dengan kekuasaan atau keilmuan (ulama), apalagi dia terkenal dari keduanya (alim juga penguasa) seperti syekh isma’il al-hadromiy, bahkan dihawatirkan hal itu (pelakunya) termasuk penentang yang boleh diperangi menurut hadits Quds, karena mayat akan merasa sakit seperti sakitnya orang yang hidup. Adapun menjadikan temapat makamnya binatang dikuburan, makan-makanan dikuburan dan menyibukkan sesuatu dari makan di kubur itu haram secara mutlaq.

Mas’alah :
            Bolehkah kita tetap diam tentang adanya komplek/tempat pelacuran yang rumahnya dibangun begitu rupa?

Jawab :
            Tidak Boleh

Dasar Pengambilan Dalil:
  1. Hadits Nabi Saw


Terjemah:
            Dalam hadits disebutkan : barang siapa diantara kalian melihat kemungkaran maka rubahlah dengan tangannya (kekuasaan)  jika tidak mampu maka dengan lisannya, jika tidak mampu maka harus ingkar dalam hatinya, yang demikian itu adalah lemahnya iman (minimnya orang beriman).

Mas’alah:
            Bagaimana hukumnya menempatkan pengantin di atas pelaminan/kuade sebagaiman yang berlaku sekarang ?

Jawab :
            Boleh Asalkan tidak mendatangkan munkarot dan aman dari fitnah.

Dasar Pengambilan Dalil:
  1. Al-ittihaf, VII : 248
ومن المنكر حضور النسوة المنكشفات الوجوه
Terjemah:
            Termasuk kemungkaran adalah datangnya (menampakkannya diri) perempuan-perempuan yang terbuka wajah-wajahnya.

Mas’alah :
            Ada sebagian tanah yang diwakafkan untuk kuburan sedangkan hasilnya diwakafkan ke madrasah mengingat kebutuhan yang mendesak kemudian tanah tersebut dijual dengan harga yang mahal (letaknya dikota). Kemudian hasil penjualnya di belikan untuk ganti kuburan yang asli. Sedangkan kelebihannya uangnya untuk madrasah termasuk kesejahteraan guru . Bagaimanakah hukumnya penjualan tanah tersebut dan bagaimana pula hukumnya pergantian tanah kuburan itu?

Jawab:
            Tidak boleh dan tidak sah.

Dasar Pengambilan Dalil:
  1. Raudlotu al-tholibin, IV : 438 – 439 dan III : 175

Mas’alah :
            Ada orang kawin setelah dukhul (bersetubuh) kemudian cerai (thalaq) dalam keadaan belum mempunyai anak. Kemudian zaujul mutholliq (suami yang pertama) kawin lagi dengan perempuan lain dan mempunyai anak laki-laki. Sedangkan zaujat muthollaqoh juga kawin lagi dengan laki-laki lain dan mempunyai anak perempuan. Kemudian anak laki-laki dari zaujul mutholiq kawin dengan anak perempuan dari zaujat muthollaqoh. Apakah pernikahan itu sah atau tidak ? dan apakah anak perempuan istri yang dithalaq itu tidak termasuk rabibah dari suami yang menalaq?

Jawab :
            Anak perempuan dari istri yang ditalaq termasuk rabibah dari suami yang menalaq.

Dasar Pengambilan Dalil:
  1. I’anatut Tholibbin, III : 292
بزيادة (قوله: بخلاف أمها) أي فإنها تحرم، ولو لم يطأها، لكن بشرط صحة العقد عند عدم الدخول، كما تقدم (قوله: ولا تحرم بنت زوج الام) أي على ابن الزوجة، وهذا يعلم من قوله وكذا فصلها، أي الزوجة. ومثلها أم الزوج فلا تحرم على ابن زوجته. (قوله: ولا أم زوجة الاب) أي ولا تحرم أم زوجة أبيه عليه وهذا يعلم من قوله تحرم زوجة أصل، ومثلها بنت زوجة أبيه فلا تحرم عليه. (وقوله: والابن معطوف على الاب) أي ولا يحرم أم زوجة ابنه، ومثلها بنت زوجة ابنه. وهذا يعلم من قوله وزوجة فصل. (والحاصل) لا تحرم بنت زوج الام ولا أمه ولا بنت زوج البنت ولا أمه ولا أم زوجة الاب ولابنتها ولا أم زوجة الابن ولابنتها ولا زوجة الربيب ولا زوجة الراب وهو زوج الام لانه يربيه غالبا (قوله: ومن وطئ امرأة) أي ولو في الدبر أو القبل ولم تزل البكارة. ومثل الوطئ استدخالها ماء السيد المحترم حال خروجه أو ماء الاجنبي بشبهة. ويشترط في الواطئ أن يكون حيا، وأن يكون واضحا، وخرج بالاول الميت فلا تحريم باستدخالها ذكره، وبالثاني الخنثى فلا أثر لوطئه لاحتمال زيادة ما أولج به وخرج بقوله وطئ ما إذا باشرها بغير وطئ فلا تحرم (قوله: بملك) الباء سببية متعلقة بوطئ (قوله: أو شبهة منه) أي أو بسبب شبهة حاصلة من الواطئ، سواء وجد منها شبهة أيضا أم لا.[4]


Terjemah :
            Tidak haram dinikah anak perempuan suami ibu bagi anak istrinya (antara anak gawan suami istri) hal ini diketahui dari kata-kata pengarang : begitu juga memisahkan istri, begitu juga ibunya suami tidak haram bagi anak laki-laki istriya. (kata-kata dan tidak haram ibu dari isrtinya ayah) yakni tidak haram dinikah : yaitu ibu dari istrinya ayah bagi orang anaknya ayah. Hal ini diketahui dari kata-kata mushonif , haram istrinya orang tua, begitu juga haram istrinya ayahnya sendiri (ibu tiri) maka bagi anaknya ayah tidak haram …s/d … al-hasil : tidak haram dinikah anak perempuan dari suaminya ibu (anaknya ayah tiri) dan juga ibunya. Dan tidak haram dinikah anak perempuan suaminya anak perempuan, dan ibunya, dan juga ibu dari istrinya ayah, dan anak perempuannya. Dan juga tidak haram ibu dari istri anak laki-laki dan anak perempuannya dan juga tidak haram istri anak angkat dan istri dari majikan meskipun dia suaminya ibu, karena dia yang meramutnya secara umum.

Mas’alah :
            Seseorang bernadzar akan menyerahkan waqof kepada masjid berupa sebagian tanah yang sedang dipersengketakan (tanah diakui oleh orang lain) dan nadzarnya sudah diucapkan kepada seorang kyai yang menjadi pengurus ta’mir masjid tersebut, sedangkan mengenai nadzar yang diucapkan itu dia dalam keadaan panic, susah, dan bingung. Katanya : kalau perkara tanah itu menang, maka yang sebagian saya waqofkan untuk masjid, seolah-olah dia dalam keadaan tidak sadar. Berhubung masih dalam keadaan perkara maka yang diberikan kepada masjid itu yang sebagian dari hasilnya. Kemudian orang itu meninggal dunia sebelum perkaranya diputuskan. Setelah beberapa bulan, keputusan perkara itu menang.

Pertanyaan :
            Apakah nadzarnya itu dianggap sah yang harus dilaksanakan, ataukah tidak?
Kalau sah kemudian ahli warisnya tidak melaksanakan. Apakah ahli waris termasuk makan barang haram ataukah tidak?

Jawab :
            Bahwa nadzar sebagaimana tersebut diatas, adalah sah hukumnya, tetapi batal, karena matinya sinadzir sebelum terwujudnya sifat mu’alaq alaih.

Dasar Pengambilan Dalil:
  1. Bughyatul Mustarsyidin, 269 – 270

Terjemah:
            (mas’alah ba-kaf) ulama berbeda pendapat dalam diperbolehkannya menasarufkan nadzar yang digantungkan dengan sifat yang belum wujud. Syekh zakariya memperbolehkan yang diikuti oleh imam Romli. Abu mahrom dan ibnu hajar juga setuju dalam penjelasan kitab I’ab dan seterusnya ….

Mas’alah :
            Ada seseorang kawin dua. Istri yang pertama mempunyai anak banyak (laki-laki dan perempuan), sedangkan istri yang kedua tidak mempunyai anak sama sekali. Pada waktu masih sehat, ia berwasiat kepada istri mudanya, katanya : engkau jangan mengharapkan barang warisan dariku karena aku mempunyai anak banyak. Dan nanti terserah engkau, kalau diberi engkau terima, kalau tidak jangan menuntut. Kemudian setelah beberapa tahun, ia meninggal dunia.

Pertanyaan :
            Apakah wasiat itu dilaksanakan atau tidak?

Jawab :
            Mas’alah tersebut tidak termasuk wasiat, sebab tidak sesuai dengan haqiqot ta’riful (definisi wasiat).

Dasar Pengambilan Dalil:
  1. Al-jamal ala minhaj, IV : 40
االوصية تبرع بحق مضاف ولو تقديرا لما بعد الموت، .... سد عكن فلا كسانأن إسقاط الحق ترسراه كفدا الزوجة الثانية بعد موت الزوج.

Terjemah :
            Wasiat adalah ibadah dengan hak yang disandarkan setelah mati tasarufnya walaupun hanya kira-kira, … sedangkan pelaksanaan soasial isqot (menggugurkan) haq diserahkan kepada istri kedua setelah matinya suami.



Mas’alah :
            Ada seseorang memberikan / hibah tanah atau rumah kepada anak cucunya, tetapi tidak dengan ijab qobul (tanpa sgihot) hanya dengan petok yang diubah dikeluarkan, sedangkan penghasilannya masih dikuasai oleh wahib hingga wafat. Dan saksinya tidak ada kecuali pak lurah yang mengubah petok tersebut. Apakah hibah tersebut dianggap sah oleh syara’ ataukah tidak?
            Dan kalau tidak sah, apakah tidak kembali menjadi tinggalan bagi si mayit yang harus dibagi kepada ahli waris menurut bagiannya masing-masing.

Jawab:
            Bahwa hukumnya hibah yang termaksud dalam mas’alah ini menurut qoul yang ashoh adalah tidak sah, karena tidak mempunyai syarat hibah, kecuali kalau anak (mauhub lah) masih belum pandai (qoblarrsydi), karena wahib bisa tawallitthosofain sedangkan menurut muqobilul ashoh, hukumnya sah.

Dasar Pengambilan Dalil:
  1. I’anatu al-Tholibin, III : 143
ولو قال جعلته له، صار ملكه، لان هبته له، لا تقتضي قبولا، بخلاف ما لو جعله لبالغ، هذا إن اكتفينا بأحد الشفين من الوالد، فإن لم نكتف به، وهو الاصح، لم يصرح ملكه.

Terjemah:
            Jika seseorang berkata : ini saya jadikan miliknya, maka sah menjadi miliknya (yang dituju). Karena hibahnya (pemberiannya ) tidak harus diterima secara lisan. Lain halnya jika dijadikan untuk yang tidak baligh. Hal ini kalau kita mengambil yang singkat dari salah satu sisi orang tua. Meskipun kita tidak menganggap cukup, itu yang lebih ashoh dan tidak membahayakan.

قال ع ش: وذلك لاحتمال أن يكون الاجنبي وكله مثلا في شرائها له ومثله ولده الرشيد، وأن يكون تملكها لغير الرشيد من مال نفسه أو مال المحجور عليه اه (قوله: ولو قال جعلت هذا لابني الخ) عبارة الروض وشرحه، فإن غرس شجرا وقال عنده، أي عند غرسه، اغرسه لطفلي، لم يملكه، ولو قال جعلته له، صار ملكه، لان هبته له، لا تقتضي قبولا، بخلاف ما لو جعله لبالغ، هذا إن اكتفينا بأحد الشفين من الوالد، فإن لم نكتف به، وهو الاصح، لم يصرح ملكه.[5]

Mas’alah:
            Mana yang lebih sunat mendahulukan basmalallah sebelum salam ataukah sebaliknya?

Jawab :
            Tidak sunah membaca basmalah sebelum salam, karena salam itu sebagian dari perkara yang tidak dijalankan dengan membaca bismillah.
Dan jika membaca bismillah, maka putuslah kesunatan salam.


Dasar Pengambilan Dalil:
  1. Adzkar An-Nawawi, hal. 168

Terjemah:
(fasal) yang sunah orang salam itu mulainya sebelum bicara apa-apa …s/d …. Salam adalah sebelum berbicara. Karena salam adalah penghormatan yang dibuat permulaan. Sunahnya tidak ada jika sudah dimulai dengan bicara dahulu. Seperti sunahnya tahuyatul masjid, sebelum melakukan apa-apa.

Mas’alah:
            Bagaimana hukumnya pal dengan Al-Qur’anul Karim?

Jawab :
            Menggunakan pal al-Qur’anul karim hukumya makruh.

Dasar Pengambilan Dalil:
  1. Fatawi Haditsiya, hal. 197

Terjemah:
            Makruh mengambil fal dari al-Qur’an (mushaf) menurut mayoritas ulama madzab malikiyah menghukumi haram.

Mas’alah :
            Siapakah yang harus melaksankan iqomahtul hudud, seperti zina, tarikussholah? Sehubungan dengan diwenagkannya peradilan agama dinegara Indonesia. Lalu bagi orang yang bermurah diri untuk menerima sangsi hukuman (iqomatul hudud) dengan cara taubat yang bagaimana dia terlepas dari tuntutan dosa di akhirat kelak dalam hal yang belum ada pelaksanaannya?

Jawab:
            Iqomatul had mauquf, hanya cara tauat. Oleh karena tidak bias iqomatul had, maka cukup dengan taubat nashuha

Dasar Pengambilan Dalil:
  1. Bughyatu al-Mustarsyiddin, hal. 249

Terjemah:
            Tidak cukup taubatnya orang yang zina atau membunuh dengan menyerahkan dirinya untuk di had. Walaupun menetapkan taubatnya didepan hakim, bahkan (taubat) penyerahan diri tidak cukup dalam melepaskan diri dari hal-hak adami yang wajib. Syah taubatnya dalam hak-hak Allah ketika ada penyesalan dan kemaksiatan hak taubat bahkan harus melepaskan diri (keluar) dari kemaksiatan tersebut.

Mas’alah:
            Bagaimana hukumnya orang bukan islam di Indonesia (cian atau lainnya) termasuk kategore apa, dzimi mu’ahad ataukah musta’man?

Jawab:
            Hukumnya orang non muslim di Indonesia kalau asalnya islam, maka murtad. Dan kalau tidak, maka bukan dzimi, bukan mu’ahad dan bukan musta’man.
Dasar Pengambilan :
  1. Kasyifatu al-syaja, hal. 32 – 33

Terjemah:
            Dzimmi adalah : orang yang mengadakan perjanjian membayar pajak dengan imam atau naibnya dan patuh terhadap hukum-hukum islam, mu’ahad adalah: orang yang mengadakan perjanjian damai dengan imam atau naibnya dari golongan musuh (harbi) untuk meninggalkan pertempuran (genjatan sejata) selama empat bulan dan sepuluh tahun dengan adanya ganti atau selainnya yang sampai pada kita. Mu’mandi dan sholat adalah : orang yang mengadakan perjanjian aman dengan sebagian orang islam hanya dalam masa empat bulan.

Mas’alah:
            Bagaimana hukumnya seorang islam yang mengatakan kata-kata mengkufurkan, memurtadkan atau dapat menyesatkan orang islam. Seperti perkataan “semua agama sama” islam tidak mengatur soal keduniaan dan lain-lain. Murtad ataukah tidak?

Jawab:
            Ditafsil. Kalau perkataan itu dari orang bodoh yang udzur, maka hukumnya tidak, akan tetapi ma’siyat, jika tidak niat istihza dan istihfaf.

Dasar Pengambilan:
  1. Bughyatu al-Mustarsyiddin, hal. 297

Terjemah:
            Sesungguhnya orang yang bodoh dan yang salah dari umat ini (umat Muhammad), tidak ada setelah masuk islamnya, hal-hal yang dapat mengkufurkan sehingga jelaslah hujjah baginya sesuatu yang tidak ada keserupaan yang dapat diampuni.

Mas’alah:
            Bagaimana hukumnya orang wajib menunaikan menurut ilmu-ilmu fardlu ain. Dia sebelum menuntut ilmu-ilmu fardlu ain sudah pindah menuntut ilmu-ilmu fardlu kifayah apalagi ilmu yang di sunahkan. Boleh atau tidak?

Jawab :
            Hukumnya haram/termasuk dosa besar.

Dasar Pengambilan:
  1. At-Tuhfah (syarwani), IV : 309
يَنْبَغِي أَنْ يَكُونَ مِنْ الْكَبَائِرِ تَرْكُ تَعَلُّمِ مَا يَتَوَقَّفُ عَلَيْهِ صِحَّةُ مَا هُوَ فَرْضُ عَيْنٍ عَلَيْهِ لَكِنْ مِنْ الْمَسَائِلِ الظَّاهِرَةِ لَا الْخَفِيَّةِ.

Terjemah:
            Termasuk dosa besar tidak mempelajari perkara yang mensahkan fardu ‘ain dalam masalah-masalah yang jelas tidak yang samar.

يَنْبَغِي أَنْ يَكُونَ مِنْ الْكَبَائِرِ تَرْكُ تَعَلُّمِ مَا يَتَوَقَّفُ عَلَيْهِ صِحَّةُ مَا هُوَ فَرْضُ عَيْنٍ عَلَيْهِ لَكِنْ مِنْ الْمَسَائِلِ الظَّاهِرَةِ لَا الْخَفِيَّةِ نَعَمْ مَرَّ أَنَّهُ لَوْ اعْتَقَدَ أَنَّ كُلَّ أَفْعَالِ نَحْوِ الصَّلَاةِ أَوْ الْوُضُوءِ فَرْضٌ أَوْ بَعْضَهَا فَرْضٌ وَلَمْ يَقْصِدْ بِفَرْضٍ مُعَيَّنٍ النَّفْلِيَّةَ صَحَّ وَحِينَئِذٍ فَهَلْ تَرْكُ تَعَلُّمِ مَا ذُكِرَ كَبِيرَةٌ أَيْضًا أَوْ لَا ؟ لِلنَّظَرِ فِيهِ مَجَالٌ وَالْوَجْهُ أَنَّهُ غَيْرُ كَبِيرَةٍ لِصِحَّةِ عِبَادَاتِهِ مَعَ تَرْكِهِ ، وَأَمَّا إفْتَاءُ شَيْخِنَا بِأَنَّ مَنْ لَمْ يَعْرِفْ بَعْضَ أَرْكَانِ أَوْ شُرُوطِ نَحْوِ الْوُضُوءِ أَوْ الصَّلَاةِ لَا تُقْبَلُ شَهَادَتُهُ فَيَتَعَيَّنُ حَمْلُهُ عَلَى غَيْرِ هَذَيْنِ الْقِسْمَيْنِ لِئَلَّا يَلْزَمَ عَلَى ذَلِكَ تَفْسِيقُ الْعَوَامّ وَعَدَمُ قَبُولِ شَهَادَةِ أَحَدٍ مِنْهُمْ وَهُوَ خِلَافُ الْإِجْمَاعِ الْفِعْلِيِّ بَلْ صَرَّحَ.[6]

Mas’alah:
            Ada hadits yang di keluar oleh imam Muslim :
إذا أن يكون بغير امام مات ميتة جاهلية، ومن نزع يده من طاعته جاء يوم القيامة لا حجة له.

Pertanyaan:
            Untuk menghindari, maka perlu mengetahui siapa yang dimaksudkan imam dalam hadits tersebut?

Jawab:
            Yang dimaksud imam dalam hadits tersebut adalah melalui salah satu tiga jalan yaitu:
بيعة أهل الحل والعقد
باستخلاق إمام قبله
باستيلاء ذى الشوكة
Dasar Pengambilan:
  1. Bughyatut al-Mustarsyiddin. Hal. 247


Terjemah:
            Sah menjadikan imam dengan bai’atnya ahli halli wal aqdi dari ulama pemimpin, dan tokoh masyarakat yang bersepakat atau dengan penggantian dari imamsebelumnya atau dengan pengangkatan orang yang berkuasa walaupun tidak memenuhi sarat.


Mas’alah:
            Darimana asalnya pelaksanaan rukat itu? Dan bagaimana hukumnya?

Jawab:
            Ditafsil : boleh, jika dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan suci dari hal-hal yang dilarang. Haram, jika tidak dimaksudkan untuk mendekatkan diri kepada Allah dan mengandung larangan agama. Kufur, jika dimaksudkan untuk menyembah kepada selain Allah.

Dasar Pengambilan:
  1. I’anatut Tholibbin. Hal. 349


Terjemah:
            Apabila mensodaqohkan makanan tersebut dengan tujuan mendekatkan diri (taqorub) pada Allah agar terhindar dari kejahatan jin maka tidak haram karena tidak ada taqorrub pada selain Allah, apabila ditujukan pada jin maka haram hukumnya. Bahkan apabila bertujuan mengagungkan dan menyembah pada selain Allah maka kufur karena diqiyaskan pada nashnya dalam masalah penyembelihan (dzabbi).

Mas’alah :
Berhubung masa sekarang tidak sedikit orang yang tidak menyebabkan tidak sahnya sholat jum’ah ikut melakukan sholat jum’ah terutama di masjid-masjid kota, sedangkan pada umumnya mereka itu tidak mengerti/tidak memperhatikan apakah takbirotul ihrom mereka itu sesudah takbirotul ihromnya orang yang menyebabkan sahnya sholat jum’ah. Maka bagaimanakah hukumnya sholat seseorang yang menyebabkan tidak sahnya sholat jum’ah seperti tersebut di atas ?

Jawab :
Terdapat perbedaan pendapat diantara ulama’ : sebagian mengatakan sah, dan sebagian lagi mengatakan tidak.

Dasar pengambilan :
  1. Al-Hawasyi Al-Madaniyah. II. 40


Terjemah :
Imam Khotib dan Imam Romli berpendapat bahwa yang mu’tamad adalah tidak menyaratkan sedang Al-Romli menuqil dalam kitab Nihayah dari fatwa ayahnya, Ibnu Hajar dalam kitab Fathi Al Jawad mengatakan bahwa pendapat tersebut adalah qoul aujah dan mu’tamad. Di dalam kitab tuhfah tidak disyaratkan lebih akhirnya pekerjaan mereka (orang yang tidak berkewajiban sholat jum’ah) dan pekerjaannya orang yang menjadi sahnya sholat jum’ah.

Mas’alah :
Sudah menjadi kebiasaan daerah, jual beli dengan system tebasan sebelum masak betul dan tidak langsung dipetik seperti padi, mangga, tebu dan lain-lainnya. Apakah ada pendapat yang membolehkan ?

Jawab :
Ada, yaitu pendapat Imam Abu Hanifah

Dasar pengambilan :
  1. Rohmatul Ummah. Hal 138



Terjemah :
Tidak boleh jual beli buah-buahan dan padi sebelum masak betul dengan tidak mensyaratkan langsung dipetik menurut Imam Malik, Imam Syafi’I dan Imam Ahmad. Imam Abu Hanifah berkata : jual beli tersebut sah secara mutlak dan menuntut untuk segera dipetik.

Mas’alah :
Pada suatu waktu datanglah teman saya untuk meminta modal sebesar lima juta rupiah kepada saya untuk berdagang. Dan teman saya tersebut sanggup member hasil tetap setiap bulan sekian persen dari modal. Kesanggupan member hasil tetap tadi bukan atas permintaan saya sebagai pemilik modal, tetapi dari teman saya tersebut.

Pertanyaan :
Bolehkan menurut hukum Islam saya menerima pemberian hasil tetap sebagaimana tersebut di atas ?

Jawab :
Hukum menerima pemberian sari orang yang minta modal yang berjanji akan member persen secara tetap untuk setiap bulannya tidak boleh kecuali kalau tidak diucapka di dalam aqad.

Dasar pengambilan :
  1. Al –Mizan. II/72



Mas’alah :
Sudah tersiar berita bahwa syeh di Mekah yang meminta uang dari jamaah haji, tidak menyembelih binatang pada hari qurban dan hari-hari tasyriq. Tetapi mereka hanya menyembelim ayam dan ikan sarden. Apakah ada pendapat yang menganggap cukup penyerahan uang dam tersebut? Dan apakah ada pendapat yang mencukupkan untuk menyembelih ayam ?

Jawab :
Boleh dan cukup, kecuali kalau diketahui secara yakin bahwa mereka tidak menyembelih.

Mas’alah :
Terjadi dalam pengadilan agama suatu persidangan syiqoq antara suami istri lalu mengangkat dua hakim dari pihak suami dan pihak istri menurut qoul yang kedua sebagai wakil dari hakim/qodli. Dan apabila kedua hakim tersebut tidak mendapatkan persamaan pendapat, maka hakim mengangkat kedua hakim lelaki yang terdiri dari pegawai kantor yang bersangkutan, kemudian apabila kedua hakim yang baru terjadi kedua hakim yang pertama, maka hakim atau qodli menjatuhkan talaq tanpa persetujuan suami bahkan adakalanya suami tidak hadir pada persidangan itu.

Pertanyaan :
Dapatkah dibenarkan tindakan hakim yang bersitimbath atas sebagian ulama’ seperti yang tercantum di dalam kitab Ghoyatut Al-Marom karangan Syeh Muhyiddin Mufti Makkah?

غاية المرام .............
Jawab :
Hukum tersebut tidak dibenarkan, karena beristimbat pada pendapat yang tidak terkenal. Masalah tersebut telah dibahas dalam Mu’tamar NU ke XV

Dasar pengambilan :
  1. Hasyiah Al-Syarqowi. II. 276


Terjemah :
Apabila masing-masing antara suami atau istri  mengaku/saling menuduh lainnya dan permasalahannya hampir sama (sama punya alasan) maka seorang qodli wajib mengangkat hakam (juru runding) diantara keduanya yang dapat diterima kedua belah pihak. Untuk menyidik perkara keduanya setelah disertai permasalahan dari suami dan permasalahan dari istri. Dan apa saja yang menyangkut keduanya. Kemudian hakam supaya melakukan yang lebih maslahat, apakah damai atau cerai. Allah SWT berfirman, yang artinya : “jika kalian khawatir terjadi syiqoq (perpecahan) antara keduanya, maka angkatlah juru hakam dari kedua suami dan juru hakam dari keluarga istri (QS. An-Nisa’ : 35). Disunnahkan keberadaan juru hakam dari kedua keluarga dengan dasar ayat tersebut. Dan juru hukum dari keluarga itu akan lebih mengetahui kemaslahatan dari keluarga itu sendiri. Dan juru hakam itu sebagai wakil dari keluarganya. Bukan sebagai orang yang mengadili seperti hakim secara umum. Dan pula kondisi seperti itu terkadang mengakibatkan pertentangan atau perpisahan. Dan budlu’ (kemaluan perempuan) itu hak suami, dan harta benda itu haknya istri, dan keduanya adalah pandai (yang mengetahui haknya) maka juru hukum tidak boleh menguasai hak dari keduanya, dan ia di posisi sebagai wakil. Yaitu juru hakim dari pihak laki-laki mewakili tholaq dan menerima iwadl (pengganti maskawin yang diberikan istri) dan juru hakam dari pihak istri sebagai orang yang mewakili menyerahkan iwadz dan menerima tholaq. Kemudian kedua juru hukum itu disyaratkan harus islam, merdeka, adil dan member petunjuk pada tujuan pengangkatan dirinya. Dan sunnah kedua juru hakam itu laki-laki keduanya.  
    
  1. Ahkamul Fuqoha’. II. 128-129

ولو اشتد ..........
Mas’alah
            Bagaimana hukumnya air ledeng/ pet yang sudah kecampuran bahan kimia kaforit yang baunya dan rasanya sudah berubah? Apakah sifat kemutlakannya masih tetap thohir muthohir.

Jawab: tidak ada jawabannya
            Dasar Pengambilan:
  1. Hamisy al-bajuri, I : 31

Terjemah:
            Dan air yang berubah, artinya macamnya air yang berubah salah satu sifat-sifatnya dengan suatu suci yang mencampurinya dengan perubahan yang dapat  menghalangi kemutlakan namanya air itu dinamakan air suci tapi tidak mensucikan.

  1. Al-bajuri, I : 31



[1] Lengkapnya dalam maktabah as-syamilah, 31 : 216. Tuhfa muhtaj syarah minhaj
[2] Lengakapnya( I. T ) di maktabah syamilah spt diatas, II : 70
[3] Lengkapnya di maktabah as-syamilah, ( M.M ). VI : 226
[4] Lengkapnya di maktabah syamilah, (I T) , III : 336
[5] Di maktabah syamilah, (I T), III : 170
[6] Lengkapnya di maktabah syamilah, (Tuhfatu muhtaj syarah minhaj)  43 : 462

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERBEDAAN AMIL DAN PANITIA ZAKAT

 PERBEDAAN   AMIL DAN PANITIA ZAKAT 1- Amil adalah wakilnya mustahiq. Dan Panitia zakat adalah wakilnya Muzakki. 2- Zakat yang sudah diserahkan pada amil apabila hilang atau rusak (tidak lagi layak di konsumsi), kewajiban zakat atas muzakki gugur. Sementara zakat yang di serahkan pada panitia zakat apabila hilang atau rusak, maka belum menggugurkan kewajiban zakatnya muzakki. - (ﻭﻟﻮ) (ﺩﻓﻊ) اﻟﺰﻛﺎﺓ (ﺇﻟﻰ اﻟﺴﻠﻄﺎﻥ ﻛﻔﺖ اﻟﻨﻴﺔ ﻋﻨﺪﻩ) ﺃﻱ ﻋﻨﺪ اﻟﺪﻓﻊ ﺇﻟﻴﻪ ﻭﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﻨﻮ اﻟﺴﻠﻄﺎﻥ ﻋﻨﺪ اﻟﺪﻓﻊ ﻟﻠﻤﺴﺘﺤﻘﻴﻦ * ﻷﻧﻪ ﻧﺎﺋﺒﻬﻢ ﻓﺎﻟﺪﻓﻊ ﺇﻟﻴﻪ ﻛﺎﻟﺪﻓﻊ ﻟﻬﻢ ﺑﺪﻟﻴﻞ ﺃﻧﻬﺎ ﻟﻮ ﺗﻠﻔﺖ ﻋﻨﺪﻩ اﻟﺰﻛﺎﺓ ﻟﻢ ﻳﺠﺐ ﻋﻠﻰ اﻟﻤﺎﻟﻚ ﺷﻲء ﻭاﻟﺴﺎﻋﻲ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ ﻛاﻟﺴﻠﻄﺎﻥ.* - {نهاية المحتاج جز ٣ ص ١٣٩} - (ﻭﻟﻮ ﺩﻓﻊ ﺇﻟﻰ اﻟﺴﻠﻄﺎﻥ) ﺃﻭ ﻧﺎﺋﺒﻪ ﻛﺎﻟﺴﺎﻋﻲ (ﻛﻔﺖ اﻟﻨﻴﺔ ﻋﻨﺪﻩ) ﺃﻱ ﻋﻨﺪ اﻟﺪﻓﻊ ﺇﻟﻴﻪ ﻭﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﻨﻮ اﻟﺴﻠﻄﺎﻥ ﻋﻨﺪ اﻟﺼﺮﻑ؛ * ﻷﻧﻪ ﻧﺎﺋﺐ اﻟﻤﺴﺘﺤﻘﻴﻦ ﻓﺎﻟﺪﻓﻊ ﺇﻟﻴﻪ ﻛﺎﻟﺪﻓﻊ ﺇﻟﻴﻬﻢ ﻭﻟﻬﺬا ﺃﺟﺰﺃﺕ ﻭﺇﻥ ﺗﻠﻔﺖ ﻋﻨﺪﻩ ﺑﺨﻼﻑ اﻟﻮﻛﻴﻞ* ﻭاﻷﻓﻀﻞ ﻟﻹﻣﺎﻡ ﺃﻥ ﻳﻨﻮﻱ ﻋﻨﺪ اﻟﺘﻔﺮﻗﺔ ﺃﻳﻀﺎ.. - {تحفة المحتاج جز ٣ ص ٣٥٠} 3- Menyerahkan zakat pada amil hukumnya Afdhol (lebih utama) daripada di serahkan sendiri oleh muzakki pada m

DALIL TAHLILAN

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ Masyarakat muslim Indonesia adalah mayoritas penganut madzhab Imam Syafi’i atau biasa disebut sebagai Syafi’iyah (penganut Madzhab Syafi’i). Namun, sebagain lainnya ada yang tidak bermadzhab Syafi’i. Di Indonesia, Tahlilan banyak dilakukan oleh penganut Syafi’iyah walaupun yang lainnya pun ada juga yang melakukannya. Tentunya tahlilan bukan sekedar kegiatan yang tidak memiliki dasar dalam syariat Islam, bahkan kalau ditelusuri dan dikaji secara lebih mendalam secara satu persatu amalan-amalan yang ada dalam tahlilan maka tidak ada yang bertentangan dengan hukum Islam, sebaliknya semuanya merupakan amalah sunnah yang diamalkan secara bersama-sama. Oleh karena itu, ulama seperti walisongo dalam menyebarkan Islam sangatlah bijaksana dan lihai sehingga Islam hadir di Indonesia dengan tanpa anarkis dan frontal, salah satu buahnya sekaligus kelihaian dari para ulama walisongo adalah diperkenalkannya kegiatan tahlilan dengan sangat bijaksana.

MEMBERIKAN ZAKAT FITRAH KEPADA USTADZ

PENGERTIAN FII SABILILLAH MENURUT PERSPEKTIF EMPAT MADZHAB. Sabilillah ( jalan menuju Allah ) itu banyak sekali bentuk dan pengamalannya, yg kesemuanya itu kembali kepada semua bentuk kebaikan atau ketaatan. Syaikh Ibnu Hajar alhaitamie menyebutkan dalam kitab Tuhfatulmuhtaj jilid 7 hal. 187 وسبيل الله وضعاً الطريقة الموصلةُ اليه تعالى (تحفة المحتاج جزء ٧ ص ١٨٧) Sabilillah secara etimologi ialah jalan yang dapat menyampaikan kepada (Allah) SWT فمعنى سبيل الله الطريق الموصل إلى الله وهو يشمل كل طاعة لكن غلب إستعماله عرفا وشرعا فى الجهاد. اه‍ ( حاشية البيجوري ج ١ ص ٥٤٤)  Maka (asal) pengertian Sabilillah itu, adalah jalan yang dapat menyampaikan kepada Allah, dan ia mencakup setiap bentuk keta'atan, tetapi menurut pengertian 'uruf dan syara' lebih sering digunakan untuk makna jihad (berperang). Pengertian fie Sabilillah menurut makna Syar'ie ✒️ Madzhab Syafi'ie Al-imam An-nawawie menyebutkan didalam Kitab Al-majmu' Syarhulmuhaddzab : واحتج أصحابنا بأن المفهوم في ا