DO'A UNTUK ORANG MATI
http://aswajanu.com/
Kaitan
dengan do’a, hal ini tidak begitu dipermasalahkan, sebab telah menjadi
kepakatan ulama ahlus sunnah wal jama’ah bahwa do’a sampai kepada orang mati
dan memberikan manfaat bagi orang mati. Begitu banyak dalil yang menguatkan hal
ini. Diantaranya dalil yang menunjukkan hal tersebut adalah sebagaimana Allah
Subhanahu wa Ta’alaa telah berfirman :
والذين جاءوا من بعدهم يقولون ربنا اغفر لنا ولإخواننا الذين سبقونا بالإيمان ولا تجعل في قلوبنا غلا للذين آمنوا ربنا إنك رءوف رحيم
“Dan orang-orang yang datang sesudah
mereka (Muhajirin dan Anshar), mereka berdoa: "Ya Rabb kami, beri
ampunlah kami dan saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami,
dan janganlah Engkau membiarkan kedengkian dalam hati kami terhadap orang-orang
yang beriman; Ya Rabb kami, Sesungguhnya Engkau Maha Penyantun lagi Maha
Penyayang." (QS. al-Hasyr 59 ; 10)
Dalam ayat
ini Allah subhanahu wa ta’alaa memberitahukan bahwa orang-orang yang datang
setelah para sahabat Muhajirin maupun Anshar mendo’akan dan memohonkan ampun
untuk saudara-saudaranya yang beriman yang telah (wafat) mendahului mereka
sampai hari qiamat. [1] Mereka yang dimaksudkan adalah para
tabi’in dimana mereka datang setelah masa para sahabat, mereka berdoa untuk
diri mereka sendiri dan untuk saudara mukminnya serta memohon ampun untuk
mereka. [2]
وَاسْتَغْفِرْ لِذَنبِكَ وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ
“dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan
bagi (dosa) orang-orang mu'min, laki-laki dan perempuan” (QS. Muhammad 47 : 19)
Ayat ini
mengisyaratkan bermanfaatnya do’a atau permohonan ampun oleh yang hidup kepada
orang yang meninggal dunia. Serta perintah untuk memohonkan ampunan bagi
orang-orang mukmin.
رب اغفر لي ولوالدي ولمن دخل بيتي مؤمنا وللمؤمنين والمؤمنات ولا تزد الظالمين إلا تبارا
“Ya Tuhanku! Ampunilah aku, ibu bapakku,
orang yang masuk ke rumahku dengan beriman dan semua orang yang beriman
laki-laki dan perempuan. Dan janganlah Engkau tambahkan bagi orang-orang yang
zalim itu selain kebinasaan”. (QS. Nuh 71 : 28)
Allah Subhanahu wa Ta’alaa juga berfirman :
وَصَلِّ عَلَيْهِمْ إِنَّ صَلَاتَكَ سَكَنٌ لَهُمْ
“dan mendo'alah untuk mereka,
sesungguhnya do'a kamu itu (menjadi) ketenteraman jiwa bagi mereka” (QS.
at-Taubah : 104)
Frasa “shalli ‘alayhim” maksudnya adalah berdolah dan mohon ampulan
untuk mereka, [3]
ini menunjukkan bahwa do’a bermanfaat kepada orang lain.
كان رسول الله صلى الله عليه وسلم كلما كان ليلتها من رسول الله صلى الله عليه وسلم يخرج من آخر الليل إلى البقيع فيقول السلام عليكم دار قوم مؤمنين وأتاكم ما توعدون غدا مؤجلون وإنا إن شاء الله بكم لاحقون اللهم اغفر لأهل بقيع الغرقد.
“Rasulullah shallallahu ‘alayhi wa
sallam pada malam hari yaitu keluar pada akhir malam ke pekuburan Baqi’,
kemudian Rasulullah mengucapkan “Assalamu’alaykum dar qaumin mu’minin wa
ataakum ma tu’aduwna ghadan muajjaluwna wa innaa InsyaAllahu bikum laa hiquwn, Allahummaghfir
lil-Ahli Baqi al-Gharqad”. [4]
Ini salah
satu ayat dan hadits yang menyatakan bahwa mendo’akan orang mati adalah masyru’
(perkara yang disyariatkan), dan menganjurkan kaum muslimin agar mendo’akan
saudara muslimnya yang telah meninggal dunia. Banyak-ayat-ayat serupa dan
hadits-hadits yang menunjukkan hal itu.
‘Ulama besar
madzhab Syafi’iyah yaitu al-Imam an-Nawawi dalam al-Adzkar menyebutkan :
بابُ ما ينفعُ الميّتَ من قَوْل غيره : أجمع العلماء على أن الدعاء للأموات ينفعهم ويَصلُهم. واحتجّوا بقول اللّه تعالى: {وَالَّذِينَ جاؤوا مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُولُونَ رَبَّنا اغْفِرْ لَنا ولإِخْوَانِنا الَّذين سَبَقُونا بالإِيمَانِ} وغير ذلك من الآيات المشهورة بمعناها، وفي الأحاديث المشهورة كقوله صلى اللّه عليه وسلم: "اللَّهُمَّ اغْفِرْ لأهْلِ بَقِيعِ الغَرْقَدِ" وكقوله صلى اللّه عليه وسلم: "اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِحَيِّنا وَمَيِّتِنَا" وغير ذلك.
“Bab perkataan dan hal-hal lain yang
bermanfaat bagi mayyit : ‘Ulama telah ber-ijma’ (bersepakat ) bahwa
do’a untuk orang meninggal dunia bermanfaat dan pahalanya sampai kepada mereka.
Dan ‘Ulama’ berhujjah dengan firman Allah : {“Dan orang-orang yang datang
sesudah mereka, mereka berdoa: "Ya Rabb kami, beri ampunlah kami dan
saudara-saudara kami yang telah beriman lebih dulu dari kami (59:10)”}, dan
ayat-ayat lainnya yang maknanya masyhur, serta dengan hadits-hadits masyhur
seperti do’a Nabi shallallahu ‘alayhi wa sallam “ya Allah berikanlah ampunan
kepada ahli pekuburan Baqi al-Gharqad”, juga do’a : “ya Allah berikanlah
Ampunan kepada yang masih hidup dan sudah meninggal diantara kami”, dan hadits-
yang lainnya.” [5]
Didalam
Minhajuth Thalibin :
وتنفع الميت صدقة ودعاء من وارث وأجنبي.
“dan memberikan manfaat kepada mayyit berupa
shadaqah juga do’a dari ahli waris dan orang lain” [6]
Imam
al-Mufassir Ibnu Katsir asy-Syafi’i terkait do’a dan shadaqah juga
menyatakan sampai.
فأما الدعاء والصدقة فذاك مجمع على وصولهما، ومنصوص من الشارع عليهما
“Adapun do’a dan shadaqah, maka
pada yang demikian ulama telah sepakat atas sampainya pahala keduanya, dan
telah ada nas-nas dari syariat atas keduanya”. [7]
Syaikh an-Nawawi
al-Bantani (Sayyid ‘Ulama Hijaz) didalam Nihayatuz Zain :
وَالدُّعَاء ينفع الْمَيِّت وَهُوَ عقب الْقِرَاءَة أقرب للإجابة
“dan do’a memberikan manfaat bagi
mayyit, sedangkan do’a yang mengiringi pembacaan al-Qur‘an lebih dekat di
ijabah”.[8]
Syaikh
al-‘Allamah Zainudddin bin ‘Abdul ‘Aziz al-Malibari didalam Fathul Mu’in
:
وتنفع ميتا من وارث وغيره صدقة عنه ومنها وقف لمصحف وغيره وبناء مسجد وحفر بئر وغرس شجر منه في حياته أو من غيره عنه بعد موته. ودعاء له إجماعا وصح في الخبر أن الله تعالى يرفع درجة العبد في الجنة باستغفار ولده له وقوله تعالى: {وَأَنْ لَيْسَ لِلْإِنْسَانِ إِلَّا مَا سَعَى} عام مخصوص بذلك وقيل منسوخ.
“dan memberikan manfaat bagi
mayyit dari ahli waris atau orang lain berupa shadaqah darinya, diantara
contohnya adalah mewaqafkan mushhaf dan yang lainnya, membangun masjid, sumur
dan menanam pohon pada masa dia masih hidup atau dari orang lain yang dilakukan
untuknya setelah kematiannya, dan do’a juga bermanfaat bagi orag mati
berdasarkan ijma’, dan telah shahih khabar bahwa Allah Ta’alaa mengangkat
derajat seorang hamba di surga dengan istighafar (permohonan ampun) putranya
untuknya [9].
dan tentang firman Allah {wa an laysa lil-insaani ilaa maa sa’aa} adalah ‘amun
makhsush dengan hal itu, bahkan dikatakan mansukh”. [10]
Sayyid al-Bakri
Syatha ad-Dimyathi didalam I’anatuth Thalibin :
(قوله: ودعاء) معطوف على صدقة، أي وينفعه أيضا دعاء له من وارث وغيره،
“Frasa (do’a) ma’thuf atas lafadz
shadaqah, yakni do’a juga memberikan manfaat bagi orang mati baik dari ahli
waris atau orang lain”.[11]
Syaikhul
Islam al-Imam Zakariyya al-Anshari didalam Fathul Wahab :
" وينفعه " أي الميت من وارث وغيره " صدقة ودعاء " بالإجماع وغيره وأما قوله تعالى: {وأن ليس للإنسان إلا ما سعى} فعام مخصوص بذلك وقيل منسوخ وكما ينتفع الميت بذلك ينتفع به المتصدق والداعي
“dan memberikan manfaat bagi orang mati
baik dari ahli waris atau orang lain berupa shadaqah dan do’a berdasarkan
ijma’ dan hujjah lainnnya, adapun firman Allah {wa an laysa lil-insaani ilaa
maa sa’aa} adalah ‘amun makhshush dengan hal itu bahkan dikatakan mansukh,
sebagaimana itu bermanfaat bagi mayyit juga bermanfaat bagi person yang
bershadaqah dan yang berdo’a”.[12]
Imam Ibnu
Hajar al-Haitami didalam Tuhfatul Muhtaj :
(وينفع الميت صدقة) عنه ومنها وقف لمصحف وغيره وحفر بئر وغرس شجر منه في حياته أو من غيره عنه بعد موته (ودعاء) له (من وارث وأجنبي) إجماعا وصح في الخبر: «إن الله تعالى يرفع درجة العبد في الجنة باستغفار ولده له» وهما مخصصان وقيل ناسخان لقوله تعالى {وأن ليس للإنسان إلا ما سعى} [النجم: 39] إن أريد ظاهره وإلا فقد أكثروا في تأويله، ومنه أنه محمول على الكافر أو أن معناه لا حق له إلا فيما سعى، وأما ما فعل عنه فهو محض فضل لا حق له فيه
“dan memberikan manfaat kepada mayyit
berupa shadaqah darinya, seperti mewaqafkan mushhaf dan yang lainnya,
menggali sumur dan menanam pohon pada masa hidupnya atau dari orang lain
untuknya setelah kematiannya, dan do’a juga bermanfaat bagi orang mati baik
berasal dari ahli waris atau orang lain berdasarkan ijma’ dan telah shahih
didalam khabar bahwasanya Allah mengangkat derajat seorang hamba didalam surga
dengan istighafar anaknya untuknya, keduanya (ijma’ dan khabar) merupakan
pengkhusus, bahkan dikatakan sebagai penasikh untuk firman Allah {wa an laysa
lil-insaani ilaa ma sa’aa} jika menginginkan dhahirnya, namun jika tidak maka
kebanyakan ulama menta’wilnya, diantaranya itu dibawa atas pengertian kepada
orang kafir atau maknanya tidak ada haq baginya kecuali pada perkara yang
diusahakannya”. [13]
Imam
Syamsuddin al-Khathib as-Sarbiniy didalam Mughni :
ثم شرع فيما ينفع الميت فقال (وتنفع الميت صدقة) عنه، ووقف، وبناء مسجد، وحفر بئر ونحو ذلك (ودعاء) له (من وارث وأجنبي) كما ينفعه ما فعله من ذلك في حياته
“kemudian disyariatkan tentang
perkara yang bermanfaat bagi mayyit, maka kemudian ia berkata (dan bermanfaat
bagi mayyit berupa shadaqah) darinya, waqaf, membangun masjid, menggali sumur
dan seumpamanya, (juga bermanfaat berupa do’a) untuknya (baik dari ahli waris
atau orang lain) sebagaimana bermanfaatnya perkara yang ia kerjakan pada
masa hidupnya”. [14]
Al-‘Allamah
Muhammad az-Zuhri al-Ghamrawi didalam As-Siraajul Wahaj :
وتنفع الميت صدقة عنه ووقف مثلا ودعاء من وارث وأجنبي كما ينفعه ما فعله من ذلك في حياته ولا ينفعه غير ذلك من صلاة وقراءة ولكن المتأخرون على نفع قراءة القرآن وينبغي أن يقول اللهم أوصل ثواب ما قرأناه لفلان بل هذا لا يختص بالقراءة فكل أعمال الخير يجوز أن يسأل الله أن يجعل مثل ثوابها للميت فان المتصدق عن الميت لا ينقص من أجره شيء
“dan shadaqah darinya bisa
memberikan manfaat bagi mayyit seumpama mewaqafkan sesuatu, juga do’a dari ahli
waris atau orang lain sebagaimana bermanfaatnya sesuatu yang itu ia lakukan
pada masa hidupnya dan tidak memberikan manfaat berupa shalat dan pembacaan
al-Qur’an akan tetapi ulama mutaakhirin berpendapat atas bermanfaatnya
pembacaan al-Qur’an, dan sepatutrnya mengucapakan : “ya Allah sampaikan apa apa
yang kami baca untuk fulan”, bahkan ini tidak khusus untuk qira’ah saja tetapi
juga seluruh amal kebaikan boleh untuk memohon kepada Allah agar menjadikan
pahalanya untuk mayyit, sungguh orang yang bershadaqah untuk mayyit tidak
mengurangi pahalanya dirinya”.[15]
Al-‘Allamah
Syaikh Sulaiman al-Jamal didalam Futuhat al-Wahab :
قوله: وينفعه صدقة) ومنها وقف لمصحف وغيره وحفر بئر وغرس شجرة منه في حياته، أو من غيره عنه بعد موته ودعاء له من وارث وأجنبي إجماعا
“(frasa bermanfaatnya shadaqah)
diantaranya yakni waqaf untuk mushhaf dan yang lainnya, menggali sumur dan
menanam pohon darinya pada masa hidupnya atau dari orang lain untuknya setelah
kematiannya, dan do’a untuknya dari ahli waris dan orang lain berdasarkan
ijma’”.[16]
Masih banyak
lagi pertanyaan ulama-ulama Syafi’iyah yang termaktub didalam kitab-kitab
mereka. Oeh karena itu dapat disimpulkan bahwa do’a jelas sampai dan memberikan
kepada orang mati dan ulama telah berijma’ tentang ini. Artinya dari sini, mayyit
bisa memperoleh manfaat dari amal orang lain berupa do’a. Ini adalah amal
baik dan penuh kasih sayang terhadap saudara muslimnya yang telah meninggal
dunia, dan telah menjadi kebiasaan kaum muslimin terutama yang bermandzhab
syafi’i baik di Indonesia yang lainnya, yang dikemas dalam kegiatan tahlilan.
CATATAN KAKI :
[1] Lihat : Tafsirul Jalalain karya al-Hafidz Jalaluddin as-Suyuthi dan
Jalaluddin al-Mahalli (asy-Syafi’i).
[3] Lihat ; Ibid. “Ash-Shalah” menurut bahasa adalah do’a. Frasa “sakanun
lahum” yaitu sesunguhnya do’amu sebagai rahmat bagi mereka, ini qaul Ibnu
‘Abbas. ; Juga didalam Tafsir al-Qur’an al-‘Adhiim, Ibnu Katsir.
[4] Shahih Muslim no. 1618 ; Sunan an-Nasa’i no. 2012 ; Assunanul Kubra
lil-Imam al-Baihaqiy (4/79) ; Musnad Abu Ya’la no. 4635 ; Shahih Ibnu Hibban
no. 3239 ;
[8] Lihat : Niyahatuz Zain fiy Irsyadil Mubtadi-in lil-Syaikh Ibnu ‘Umar
an-Nawawi al-Jawi [hal. 162]
[9] Haditsnya terdapat dalam Shahih Muslim (1631), Ibnu Majah [3660], Musnad
Ahmad [8540] dan ad-Darimi [3464].
[10] Lihat : Fathul Mu’in bisyarhi Qurrati ‘Ain, al-‘Allamah Zainuddin bin
‘Abdul ‘Aziz al-Malibari [hal. 431].
[12] Lihat : Fathul Wahab bisyarhi Minhajith Thullab lil-Imam Zakariyya
al-Anshari [w. 926 H] (2/23).
Komentar
Posting Komentar
Harap berkomentar yang baik