Langsung ke konten utama

HUKUM JABAT TANGAN, MENCIUM TANGAN NON MUSLIM

✍ HUKUM JABAT TANGAN, MENCIUM TANGAN NON MUSLIM.

Jika tujuannya untuk memuliakan dia karena termasuk dari orang kaya maka hukumnya makruh. Jika ada rasa senang kepada dia (si non muslim) maka hukumnya haram. Yang sunnah dicium tangannya adalah orang shaleh dan sesamanya.

- Asnal MAthalib :


(وَيُسْتَحَبُّ تَقْبِيلُ يَدِ الْحَيِّ لِصَلَاحٍ وَنَحْوِهِ) مِنْ الْأُمُورِ الدِّينِيَّةِ كَزُهْدٍ وَعِلْمٍ وَشَرَفٍ كَمَا كَانَتْ الصَّحَابَةُ تَفْعَلُهُ مَعَ النَّبِيِّ - صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ - كَمَا رَوَاهُ أَبُو دَاوُد وَغَيْرُهُ بِأَسَانِيدَ صَحِيحَةٍ (وَيُكْرَهُ) ذَلِكَ (لِغِنَاهُ وَنَحْوِهِ) مِنْ الْأُمُورِ الدُّنْيَوِيَّةِ كَشَوْكَتِهِ وَوَجَاهَتِهِ عِنْدَ أَهْلِ الدُّنْيَا لِخَبَرِ «مَنْ تَوَاضَعَ لِغَنِيٍّ لِغِنَاهُ ذَهَبَ ثُلُثَا دِينِهِ»

Namun demikian bila mencium tangan si kafir terdapat kemaslahatan (umum) , misal, dengan mencium tangannya akan menguntungkan islam. Maka jika seperti itu hukumnya diperbolehkan.


- Bariqoh Mahmudiyah, juz 2 hal 51 :

وعن شرح الكرماني عن النووي أن هذه القطعة مشتملة على جمل من القواعد منها استحباب تصدير الكتب بالبسملة وإن كان المبعوث إليه كافرا ومنها سنية الابتداء في المكتوب باسم الكاتب أولا ولذا كان عادة الأصحاب أن يبدءوا بأسمائهم ورخص جماعة الابتداء بالمكتوب إليه كما كتب زيد بن ثابت إلى معاوية مبتدئا باسم معاوية

Fokus :

وأنا أقول فيه أيضا استحباب تعظيم المعظم عند الناس ولو كافرا إن تضمن مصلحة وفيه أيضا إيماء إلى طريق الرفق والمداراة لأجل المصلحة وفيه أيضا جواز السلام على الكافر عند الاحتياج كما نقل عن التجنيس من جوازه حينئذ لأنه إذا ليس للتوقير بل للمصلحة ولإشعارمحاسن الإسلام من التودد والائتلاف وفيه أيضا أنه لا يخص بالخطاب في السلام على الكافر ولو لمصلحة بل يذكر على وجه العموم

Simak ikhtilaf ulama beserta alasannya sebagaimana berikut :

Menurut imam Romli, berjabat tangan dengan orang kafir hukumnya jawaz/boleh dan tidak sunnah


- Fatawa Imam Romli (4/52) :

ﺳﺌﻞ ﻋﻦ ﻣﺼﺎﻓحة اﻟﻜﺎﻓر ﻫﻞ ﺗﺠﻮﺯ ﺃﻭ ﻻ ﻭﻫﻞ ﺗﺴﺘﺤﺐ ﻣﺼﺎﻓﺤﺔ اﻟﻤﺴﻠﻢ ﻭﻟﻮ ﻋﻠﻰ ﻗﺮﺏ ﺳﻮاء اﻟﺬﻛﺮ ﻭاﻷﻧﺜﻰ اﻟﺼﻐﻴﺮ ﻭاﻟﻜﺒﻴﺮ ﺃﻭ ﻻ؟

ﻓﺄﺟﺎﺏ ﺑﺄﻥ مصافحة اﻟﻜافر ﺟﺎﺋﺰﺓ ﻭﻻ ﺗﺴﻦ ﻭﺗﺴﻦ ﻣﺼﺎﻓﺤﺔ اﻟﻤﺴﻠﻢ ﻋﻨﺪ ﻛﻞ ﻟﻘﺎء ﻭﻟﻮ ﻋﻠﻰ ﻗﺮﺏ، ﻭﺳﻨﻴﺘﻬﺎ ﺷﺎﻣﻠﺔ ﻟﻤﺼﺎﻓﺤﺔ اﻟﺮﺟﻠﻴﻦ ﻭﻣﺼﺎﻓﺤﺔ اﻟﻤﺮﺃﺗﻴﻦ ﻭﻣﺼﺎﻓﺤﺔ اﻟﺮﺟﻞ اﻷﻧﺜﻰ ﺇﺫا ﻛﺎﻧﺖ ﻣﺤﺮﻣﺎ ﻟﻪ ﺃﻭ ﺯﻭﺟﺘﻪ ﺃﻭ ﺃﻣﺘﻪ ﺃﻭ ﻛﺎﻧﺖ ﺻﻐﻴﺮﺓ ﻻ ﺗﺸﺘﻬﻰ، ﻭﺷﺎﻣﻠﺔ ﻟﻤﺼﺎﻓﺤﺔ اﻟﻤﺮﺃﺓ اﻷﺟﻨﺒﻲ ﺻﻐﻴﺮ

Menurut hanafiyah dan hanabilah, seorang muslim makruh hukumnya berjabat tangan kepada orang kafir, hanya saja hanafiyah mengecualikan jabat tangannya muslim kepada orang tetangganya yang nashroni ketika telah kembali dari bepergian dan jika tidak bersalaman bisa menyebabkan sakit hati. Sedangkan menurut malikiyah, muslim tidak boleh jabat tangan dengan orang kafir.

- Al mausu'ah fiqhiyyah (39/372) :

ذهب الحنفية والحنابلة إلى القول بكراهة مصافحة المسلم للكافر إلا أن الحنفية استثنوا مصافحة المسلم جاره النصراني إذا رجع بعد الغيبة وكان يتأذى بترك المصافحة , وأما الحنابلة فقد أطلقوا القول بالكراهة , بناء على ما روي أن الإمام أحمد سئل عن مصافحة أهل الذمة فقال : لا يعجبني .

وذهب المالكية إلى عدم جواز مصافحة المسلم الكافر ولا المبتاع , لأن الشارع طلب هجرهما ومجانبتهما , وفي المصافحة وصل مناف لما طلبه الشارع

Masalah jabat tangan dengan non-Muslim dapat ditemukan setidaknya pada dua riwayat. Dalam riwayat At-Thabarani Rasulullah SAW melarang sahabatnya berjabat tangan dengan Yahudi dan Nasrani.

عن أبي هريرة قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم لا تصافحوا اليهود والنصارى

Artinya, “Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Janganlah kalian berjabat tangan dengan Yahudi dan Nasrani,’” (HR At-Thabarani).

Hadits dengan konten serupa dapat ditemukan pada riwayat Al-Baihaqi. Pada riwayat ini, kata “dzimmi” menggantikan kata “Yahudi dan Nasrani.”

عن أبي هريرة قال قال رسول الله صلى الله عليه و سلم لا تصافحوا أهل الذمة

Artinya, “Dari Abu Hurairah, ia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda, ‘Janganlah kalian berjabat tangan dengan ahlud dzimmah,’” (HR Al-Baihaqi).

Dari sini ulama berbeda pendapat. Mazhab Hanafi dan Hanbali menyatakan kemakruhan jabat tangan seorang Muslim dan non-Muslim. Meski demikian, Mazhab Hanafi memberikan catatan pengecualian dalam beberapa kondisi tertentu.

ذَهَبَ الْحَنَفِيَّةُ وَالْحَنَابِلَةُ إِلَى الْقَوْل بِكَرَاهَةِ مُصَافَحةِ الْمُسْلِمِ لِلْكَافِرِ إِلاَّ أَنَّ الْحَنَفِيَّةَ اسْتَثْنَوْا مُصَافَحَةَ الْمُسْلِمِ جَارَهُ النَّصْرَانِيَّ إِذَا رَجَعَ بَعْدَ الْغَيْبَةِ وَكَانَ يَتَأَذَّى بِتَرْكِ الْمُصَافَحَةِ،

Artinya, “Mazhab Hanafi dan Hanbali memakruhkan jabat tangan seorang Muslim dengan orang kafir. Tetapi Mazhab Hanafi mengecualikan jabat tangan seorang Muslim dan tetangganya yang beragama Nasrani ketika kembali dari perjalanan jauh dan ia akan ‘tersakiti’ ketika tidak jabat tangan,” (Lihat Wizaratul Awqaf was Syu’unul Islamiyyah, Al-Mausuatul Fiqhiyyah Al-Kuwaitiyyah, [Kuwait, Darus Shafwah: 1997 M/1418 H], cetakan pertama, juz XXXVII, halaman 361).

Sementara Mazhab Hanbali memutlakkan kemakruhan itu dalam situasi apa pun. Dengan kata lain, Mazhab Hanbali menyatakan kemakruhan jabat tangan Muslim dan non-Muslim dalam kondisi apa pun tanpa kecuali.

وَأَمَّا الْحَنَابِلَةُ فَقَدْ أَطْلَقُوا الْقَوْل بِالْكَرَاهَةِ ، بِنَاءً عَلَى مَا رُوِيَ أَنَّ الإمَامَ أَحْمَدَ سُئِل عَنْ مُصَافَحَةِ أَهْل الذِّمَّةِ فَقَال لاَ يُعْجِبُنِي

Artinya, “Adapun Mazhab Hanbali memutlakkan kemakruhan jabat tangan dengan non-Muslim dengan dasar bahwa Imam Ahmad ketika ditanya perihal jabat tangan dengan ahlud dzimmah menjawab, ‘Itu tidak membuatku senang,’” (Lihat Wizaratul Awqaf was Syu’unul Islamiyyah, Al-Mausuatul Fiqhiyyah Al-Kuwaitiyyah, [Kuwait, Darus Shafwah: 1997 M/1418 H], cetakan pertama, juz XXXVII, halaman 361).

Mazhab Maliki sendiri menyebutkan larangan jabat tangan Muslim dan non-Muslim serta jabat tangan Muslim dan ahli bid‘ah. Mazhab ini mendasarkan pandangannya pada hilangnya maksud dari perintah Allah untuk menjauhi keduanya dengan praktik jabat tangan.

وَذَهَبَ الْمَالِكِيَّةُ إِلَى عَدَمِ جَوَازِ مُصَافَحَةِ الْمُسْلِمِ الْكَافِرَ وَلاَ الْمُبْتَدِعَ، لأنَّ الشَّارِعَ طَلَبَ هَجْرَهُمَا وَمُجَانَبَتَهُمَا، وَفِي الْمُصَافَحَةِ وَصْلٌ مُنَافٍ لِمَا طَلَبَهُ الشَّارِعُ

Artinya, “Mazhab Maliki berpendapat bahwa agama melarang seorang Muslim berjabat tangan dengan orang kafir dan juga ahi bid‘ah karena pembuat syariat (Allah) memerintahkan kita untuk meninggalkan dan menjauhi keduanya. Sedangkan jabat tangan itu menyambung yang dapat menafikan perintah Allah,” (Lihat Wizaratul Awqaf was Syu’unul Islamiyyah, Al-Mausuatul Fiqhiyah Al-Kuwaitiyyah, [Kuwait, Darus Shafwah: 1997 M/1418 H], cetakan pertama, juz XXXVII, halaman 361). ( GUSDIN MOKER )

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERBEDAAN AMIL DAN PANITIA ZAKAT

 PERBEDAAN   AMIL DAN PANITIA ZAKAT 1- Amil adalah wakilnya mustahiq. Dan Panitia zakat adalah wakilnya Muzakki. 2- Zakat yang sudah diserahkan pada amil apabila hilang atau rusak (tidak lagi layak di konsumsi), kewajiban zakat atas muzakki gugur. Sementara zakat yang di serahkan pada panitia zakat apabila hilang atau rusak, maka belum menggugurkan kewajiban zakatnya muzakki. - (ﻭﻟﻮ) (ﺩﻓﻊ) اﻟﺰﻛﺎﺓ (ﺇﻟﻰ اﻟﺴﻠﻄﺎﻥ ﻛﻔﺖ اﻟﻨﻴﺔ ﻋﻨﺪﻩ) ﺃﻱ ﻋﻨﺪ اﻟﺪﻓﻊ ﺇﻟﻴﻪ ﻭﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﻨﻮ اﻟﺴﻠﻄﺎﻥ ﻋﻨﺪ اﻟﺪﻓﻊ ﻟﻠﻤﺴﺘﺤﻘﻴﻦ * ﻷﻧﻪ ﻧﺎﺋﺒﻬﻢ ﻓﺎﻟﺪﻓﻊ ﺇﻟﻴﻪ ﻛﺎﻟﺪﻓﻊ ﻟﻬﻢ ﺑﺪﻟﻴﻞ ﺃﻧﻬﺎ ﻟﻮ ﺗﻠﻔﺖ ﻋﻨﺪﻩ اﻟﺰﻛﺎﺓ ﻟﻢ ﻳﺠﺐ ﻋﻠﻰ اﻟﻤﺎﻟﻚ ﺷﻲء ﻭاﻟﺴﺎﻋﻲ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ ﻛاﻟﺴﻠﻄﺎﻥ.* - {نهاية المحتاج جز ٣ ص ١٣٩} - (ﻭﻟﻮ ﺩﻓﻊ ﺇﻟﻰ اﻟﺴﻠﻄﺎﻥ) ﺃﻭ ﻧﺎﺋﺒﻪ ﻛﺎﻟﺴﺎﻋﻲ (ﻛﻔﺖ اﻟﻨﻴﺔ ﻋﻨﺪﻩ) ﺃﻱ ﻋﻨﺪ اﻟﺪﻓﻊ ﺇﻟﻴﻪ ﻭﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﻨﻮ اﻟﺴﻠﻄﺎﻥ ﻋﻨﺪ اﻟﺼﺮﻑ؛ * ﻷﻧﻪ ﻧﺎﺋﺐ اﻟﻤﺴﺘﺤﻘﻴﻦ ﻓﺎﻟﺪﻓﻊ ﺇﻟﻴﻪ ﻛﺎﻟﺪﻓﻊ ﺇﻟﻴﻬﻢ ﻭﻟﻬﺬا ﺃﺟﺰﺃﺕ ﻭﺇﻥ ﺗﻠﻔﺖ ﻋﻨﺪﻩ ﺑﺨﻼﻑ اﻟﻮﻛﻴﻞ* ﻭاﻷﻓﻀﻞ ﻟﻹﻣﺎﻡ ﺃﻥ ﻳﻨﻮﻱ ﻋﻨﺪ اﻟﺘﻔﺮﻗﺔ ﺃﻳﻀﺎ.. - {تحفة المحتاج جز ٣ ص ٣٥٠} 3- Menyerahkan zakat pada amil hukumnya Afdhol (lebih utama) daripada di serahkan sendiri oleh muzakki pada m

MEMBERIKAN ZAKAT FITRAH KEPADA USTADZ

PENGERTIAN FII SABILILLAH MENURUT PERSPEKTIF EMPAT MADZHAB. Sabilillah ( jalan menuju Allah ) itu banyak sekali bentuk dan pengamalannya, yg kesemuanya itu kembali kepada semua bentuk kebaikan atau ketaatan. Syaikh Ibnu Hajar alhaitamie menyebutkan dalam kitab Tuhfatulmuhtaj jilid 7 hal. 187 وسبيل الله وضعاً الطريقة الموصلةُ اليه تعالى (تحفة المحتاج جزء ٧ ص ١٨٧) Sabilillah secara etimologi ialah jalan yang dapat menyampaikan kepada (Allah) SWT فمعنى سبيل الله الطريق الموصل إلى الله وهو يشمل كل طاعة لكن غلب إستعماله عرفا وشرعا فى الجهاد. اه‍ ( حاشية البيجوري ج ١ ص ٥٤٤)  Maka (asal) pengertian Sabilillah itu, adalah jalan yang dapat menyampaikan kepada Allah, dan ia mencakup setiap bentuk keta'atan, tetapi menurut pengertian 'uruf dan syara' lebih sering digunakan untuk makna jihad (berperang). Pengertian fie Sabilillah menurut makna Syar'ie ✒️ Madzhab Syafi'ie Al-imam An-nawawie menyebutkan didalam Kitab Al-majmu' Syarhulmuhaddzab : واحتج أصحابنا بأن المفهوم في ا

Tata Cara Shalat Bagi Pengantin Saat Walimah Ursy

 *Tata Cara Shalat Bagi Pengantin Saat Walimah Ursy* Maklum diketahui bahwa ketika seseorang mengadakan acara walimah, maka penganten, bahkan ibu penganten dan keluarga terdekat, merias wajah dengan make up yang cukup tebal. Acara walimah ini biasanya memakan waktu berjam-jam bahkan tak jarang belum selesai sampai waktu shalat tiba. Maka bagaimanakah tata cara thaharah dan shalat bagi wanita yang memakai riasan ini? Solusi 1: Menghapus riasan wajah dan shalat sesuai waktunya Perlu diketahui bahwa salah satu syarat sah wudhu adalah tidak terdapat hal yang menghalangi tersampainya air wudhu ke anggota badan yang wajib dibasuh, tentu penggunaan make up yang tebal sudah pasti menghalangi air wudhu. Maka bagi wanita yang memakai riasan pengantin tersebut tidak boleh berwudhu kecuali sudah menghapus bersih riasan yang ada di wajah, sehingga yakin jika air wudhu benar-benar mengenai anggota wudhu, tidak cukup hanya dengan mengalirkan air tanpa terlebih dahulu menghapus make up nya seperti yan