Langsung ke konten utama

HUKUM MEMELIHARA ANJING DALAM PERSPEKTIF LINTAS MADZHAB



1800. HUKUM MEMELIHARA ANJING DALAM PERSPEKTIF LINTAS MADZHAB
PERTANYAAN


Sejuk Menusuk
Assalamu'alaikum warohmatulloh wabarokatuh

MOHAN BANTUAN, PORO YAI / USTADZ/ah

berkenaan dengan persoalan di Grup Tetangga ( Grup Mualaf ):


1. Hukum Memelihara Kalbun ( Anjing )
2. Jual – Beli Kalbun ( Anjing )

Ma’khod Nash / Qoul Ulama’ + Maroji’.

Matur sembah nuwun atas bantuannya; jazakumullah khoiron katsiro


JAWABAN

>> Masaji Antoro

HUKUM MEMELIHARA ANJING

اقتناء الكلب :
4 - اتفق الفقهاء على أنه لا يجوز اقتناء الكلب إلا لحاجة : كالصيد والحراسة ، وغيرهما من وجوه الانتفاع التي لم ينه الشارع عنها (4) .
وقال المالكية : يكره اتخاذه لغير زرع أو ماشية أو صيد ، وقال بعضهم بجوازه (1) .
وقد ورد عن أبي هريرة ، عن النبي صلى الله عليه وسلم ، أنه قال : من اتخذ كلبا إلا كلب ماشية أو صيد أو زرع انتقص من أجره كل يوم قيراط (2) .
وعن ابن عمر رضي الله عنهما عن النبي صلى الله عليه وسلم قال : من اقتنى كلبا إلا كلب صيد ، أو ماشية ، نقص من أجره كل يوم قيراطان (3) .
وأما اقتناؤه لحفظ البيوت فقد قال ابن قدامة : لا يجوز على الأصح للخبر المتقدم ، ويحتمل الإباحة (4) .
وقال الشافعية : إذا زالت الحاجة التي يجوز اقتناء الكلب لها فإنه يجب زوال اليد عن الكلب بفراغها ، وقالوا يجوز تربية الجرو الذي يتوقع تعليمه لذلك (5) .
__________
(4) ابن عابدين 5 / 134 ، 147 ، 217 ، وجواهر الإكليل 2 / 4 ، 35 ، حاشية القليوبي 2 / 157 ، وفتح الباري 5 / 7 ، والشرح الكبير مع المغني 4 / 14 .
(1) كفاية الطالب الرباني 2 / 447 .
(2) حديث أبي هريرة : " من اتخذ كلبا إلا كلب ماشية . . . " . أخرجه البخاري ( فتح الباري 5 / 5 ) ومسلم ( 3 / 1203 ) واللفظ لمسلم .
(3) حديث ابن عمر : " من اقتنى كلبا إلا كلب صيد . . . " . أخرجه مسلم ( 3 / 1201 ) .
(4) الشرح الكبير مع المغني 4 / 14 .
(5) حاشية القليوبي 2 / 157 ، ومغني المحتاج 2 / 11 .

MEMELIHARA ANJING
Para Ulama sepakat bahwa tidak diperbolehkan memelihara anjing kecuali ada keperluan seperti untuk berburu, penjaga dan kepentingan-kepentingan lainnya yang tidak dilarang oleh Syara’.

Kalangan Malikiyyah berkata “Makruh memeliharanya selain demi menjaga tanaman, hewan ternak atau untuk berburu, sebagian pendapat dikalangan ini menyatakan kebolehannya”.

Diriwayatkan dari Abu Hurairoh ra sesungguhnya Nabi Muhammad SAW bersabda “Barangsiapa memelihara anjing selain anjing untuk berburu atau anjing untuk menjaga binatang ternak, maka pahalanya akan berkurang satu qirath setiap harinya.” (HR. Al-Bukhari –Fath al-Baari V/5 dan Muslim III/1203)
Diriwayatkan dari Ibn Umar sesungguhnya Nabi Muhammad SAW bersabda “Barangsiapa memelihara anjing selain anjing untuk berburu atau anjing untuk menjaga binatang ternak, maka pahalanya akan berkurang dua qirath setiap harinya.” (HR. Muslim III/1201)

Sedang memeliharanya untuk menjaga rumah menurut Ibn Quddaamah (dari madzhab Hanabilah) menurut pendapat yang paling shahih tidak diperbolehkan, dan memungkinkan juga untuk hukum kebolehannya.

Kalangan Syafi’iyyah berpendapat “Bila kepentingan yang membolehkannya memelihara anjing telah tertiadakan maka wajib menghilangkan penguasaan atas anjing tersebut, mereka menambahkan boleh mengajari anak anjing dengan tujuan seperti yang diperbolehkan diatas”.
Al-Mausuu’ah al-Fiqhiyyah 35/125

( قوله لا اقتناء كلب ) أي لا يحل اقتناؤه
( وقوله إلا لصيد أو حفظ مال ) أي فيحل وذلك لما صح أنه صلى الله عليه وسلم قال من اقتنى كلبا إلا كلب ماشية أو ضاربا نقص من أجره كل يوم قيراطان

(Keterangan memelihara anjing) artinya tidak dihalalkan memeliharanya kecuali untuk berburu atau menjaga harta benda berdasarkan sabda Nabi SAW “Barangsiapa memelihara anjing selain anjing untuk berburu atau anjing untuk menjaga binatang ternak, maka pahalanya akan berkurang dua qirath setiap harinya.” (HR. Muslim III/1201)
I’aanah at-Tholibiin II/81


Link Asal >>


>> Abdullah Afif

ikut nambahin  ach....

HUKUM MEMELIHARA ANJING
Boleh jika untuk berburu atau untuk menjaga binatang ternak atau menjaga kebun.
Adapun jika untuk menjaga rumah, ulama ada perbedaan, ada yang tidak memperbolehkan karena haditsnya memang untuk
menjaga tiga hal diatas

Imam Bukhari dan Imam Muslim (WALLAFDZU LAHUU) meriwayatkan dari shahabat Abu Hurairah, Rasulullah shallallaahu 'alaihi wasallam bersabda :

مَنْ اقْتَنَى كَلْبًا لَيْسَ بِكَلْبِ صَيْدٍ وَلا مَاشِيَةٍ وَلا أَرْضٍ فَإِنَّهُ يَنْقُصُ مِنْ أَجْرِهِ قِيرَاطَانِ كُلَّ يَوْمٍ

MAN IQTANAA KALBAN LAISA BIKALBI SHAIDIN WA LAA MAASYIYATIN WA LAA ARDHIN FA INNAHUU YANQUSHU MIN AJRIHII QIIRAATHAANI KULLA YAUMIN
Barang siapa yg memelihara anjing yg bukan anjing pemburu dan bukan anjing penjaga ternak dan bukan anjing penjaga kebun maka akan berkurang dari pahalanya setiap hari sebanyak dua qirath

Sumber:
- Shahih Bukhari juz VI halaman 38, hadits nomor 2322, Maktabah Syamilah
- Shahih Muslim juz V halaman 37, Maktabah Syamilah.

Berikut sanad dan matan Shahih Muslim
وحدثنا أبو بكر بن أبى شيبة وزهير بن حرب وابن نمير قالوا حدثنا سفيان عن الزهرى عن سالم عن أبيه عن النبى -صلى الله عليه وسلم- قال « من اقتنى كلبا إلا كلب صيد أو ماشية نقص من أجره كل يوم قيراطان ».

Tapi ada juga yang memperbolehkannya dengan mengqiyaskan ketiga diatas.

Imam Nawawi dalam syarah Muslim menerangkan:
وهل يجوز لحفظ الدور والدروب ونحوها ؟ فيه وجهان
أحدهما لا يجوز لظواهر الأحاديث فإنها مصرحة بالنهي إلا لزرع أو صيد أو ماشية ، وأصحها يجوز قياسا على الثلاثة عملا بالعلة المفهومة من الأحاديث وهي الحاجة .

WA HAL YAJUUZU LIHIFZHI ADDUUR WA ADDURUUB WANAHWIHAA ?
AHADUHUMAA LAA YAJUUZU LIZHAWAAHIRIL AHAADIITSI FA INNAHAA MUSHARRIHATUN BINNAHYI ILLAA LIZAR’IN AU SHAIDIN AU MAASYIYATIN
WA ASHAHUHAA YAJUUZU QIYAASAN ‘ALATSTSALAATSATI ‘AMALAN BIL ‘ILLATIL MAFHUUMATI MINAL AHADIITSI WA HIYA AL HAAJATU

Dan apakah boleh untuk menjaga rumah, pintu gerbang dan sebagainya ?
ada dua pendapat
pertama:
tidak boleh karena zahirnya hadits menjelaskan larangan kecuali untuk kebun, berburu atau ternak
yang ashah boleh, diqiyaskan dengan ketiga hal tsb, dengan mengamalkan illat yang mafhum dari hadits, yaitu hajat

Sumber:
Link Shahih Bukhari (Fat-hul Bari)

Link Shahih Muslim (Syarah Imam Nawawi)

Wallaahu A’lam

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERBEDAAN AMIL DAN PANITIA ZAKAT

 PERBEDAAN   AMIL DAN PANITIA ZAKAT 1- Amil adalah wakilnya mustahiq. Dan Panitia zakat adalah wakilnya Muzakki. 2- Zakat yang sudah diserahkan pada amil apabila hilang atau rusak (tidak lagi layak di konsumsi), kewajiban zakat atas muzakki gugur. Sementara zakat yang di serahkan pada panitia zakat apabila hilang atau rusak, maka belum menggugurkan kewajiban zakatnya muzakki. - (ﻭﻟﻮ) (ﺩﻓﻊ) اﻟﺰﻛﺎﺓ (ﺇﻟﻰ اﻟﺴﻠﻄﺎﻥ ﻛﻔﺖ اﻟﻨﻴﺔ ﻋﻨﺪﻩ) ﺃﻱ ﻋﻨﺪ اﻟﺪﻓﻊ ﺇﻟﻴﻪ ﻭﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﻨﻮ اﻟﺴﻠﻄﺎﻥ ﻋﻨﺪ اﻟﺪﻓﻊ ﻟﻠﻤﺴﺘﺤﻘﻴﻦ * ﻷﻧﻪ ﻧﺎﺋﺒﻬﻢ ﻓﺎﻟﺪﻓﻊ ﺇﻟﻴﻪ ﻛﺎﻟﺪﻓﻊ ﻟﻬﻢ ﺑﺪﻟﻴﻞ ﺃﻧﻬﺎ ﻟﻮ ﺗﻠﻔﺖ ﻋﻨﺪﻩ اﻟﺰﻛﺎﺓ ﻟﻢ ﻳﺠﺐ ﻋﻠﻰ اﻟﻤﺎﻟﻚ ﺷﻲء ﻭاﻟﺴﺎﻋﻲ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ ﻛاﻟﺴﻠﻄﺎﻥ.* - {نهاية المحتاج جز ٣ ص ١٣٩} - (ﻭﻟﻮ ﺩﻓﻊ ﺇﻟﻰ اﻟﺴﻠﻄﺎﻥ) ﺃﻭ ﻧﺎﺋﺒﻪ ﻛﺎﻟﺴﺎﻋﻲ (ﻛﻔﺖ اﻟﻨﻴﺔ ﻋﻨﺪﻩ) ﺃﻱ ﻋﻨﺪ اﻟﺪﻓﻊ ﺇﻟﻴﻪ ﻭﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﻨﻮ اﻟﺴﻠﻄﺎﻥ ﻋﻨﺪ اﻟﺼﺮﻑ؛ * ﻷﻧﻪ ﻧﺎﺋﺐ اﻟﻤﺴﺘﺤﻘﻴﻦ ﻓﺎﻟﺪﻓﻊ ﺇﻟﻴﻪ ﻛﺎﻟﺪﻓﻊ ﺇﻟﻴﻬﻢ ﻭﻟﻬﺬا ﺃﺟﺰﺃﺕ ﻭﺇﻥ ﺗﻠﻔﺖ ﻋﻨﺪﻩ ﺑﺨﻼﻑ اﻟﻮﻛﻴﻞ* ﻭاﻷﻓﻀﻞ ﻟﻹﻣﺎﻡ ﺃﻥ ﻳﻨﻮﻱ ﻋﻨﺪ اﻟﺘﻔﺮﻗﺔ ﺃﻳﻀﺎ.. - {تحفة المحتاج جز ٣ ص ٣٥٠} 3- Menyerahkan zakat pada amil hukumnya Afdhol (lebih utama) daripada di serahkan sendiri oleh muzakki pada m

MEMBERIKAN ZAKAT FITRAH KEPADA USTADZ

PENGERTIAN FII SABILILLAH MENURUT PERSPEKTIF EMPAT MADZHAB. Sabilillah ( jalan menuju Allah ) itu banyak sekali bentuk dan pengamalannya, yg kesemuanya itu kembali kepada semua bentuk kebaikan atau ketaatan. Syaikh Ibnu Hajar alhaitamie menyebutkan dalam kitab Tuhfatulmuhtaj jilid 7 hal. 187 وسبيل الله وضعاً الطريقة الموصلةُ اليه تعالى (تحفة المحتاج جزء ٧ ص ١٨٧) Sabilillah secara etimologi ialah jalan yang dapat menyampaikan kepada (Allah) SWT فمعنى سبيل الله الطريق الموصل إلى الله وهو يشمل كل طاعة لكن غلب إستعماله عرفا وشرعا فى الجهاد. اه‍ ( حاشية البيجوري ج ١ ص ٥٤٤)  Maka (asal) pengertian Sabilillah itu, adalah jalan yang dapat menyampaikan kepada Allah, dan ia mencakup setiap bentuk keta'atan, tetapi menurut pengertian 'uruf dan syara' lebih sering digunakan untuk makna jihad (berperang). Pengertian fie Sabilillah menurut makna Syar'ie ✒️ Madzhab Syafi'ie Al-imam An-nawawie menyebutkan didalam Kitab Al-majmu' Syarhulmuhaddzab : واحتج أصحابنا بأن المفهوم في ا

Tata Cara Shalat Bagi Pengantin Saat Walimah Ursy

 *Tata Cara Shalat Bagi Pengantin Saat Walimah Ursy* Maklum diketahui bahwa ketika seseorang mengadakan acara walimah, maka penganten, bahkan ibu penganten dan keluarga terdekat, merias wajah dengan make up yang cukup tebal. Acara walimah ini biasanya memakan waktu berjam-jam bahkan tak jarang belum selesai sampai waktu shalat tiba. Maka bagaimanakah tata cara thaharah dan shalat bagi wanita yang memakai riasan ini? Solusi 1: Menghapus riasan wajah dan shalat sesuai waktunya Perlu diketahui bahwa salah satu syarat sah wudhu adalah tidak terdapat hal yang menghalangi tersampainya air wudhu ke anggota badan yang wajib dibasuh, tentu penggunaan make up yang tebal sudah pasti menghalangi air wudhu. Maka bagi wanita yang memakai riasan pengantin tersebut tidak boleh berwudhu kecuali sudah menghapus bersih riasan yang ada di wajah, sehingga yakin jika air wudhu benar-benar mengenai anggota wudhu, tidak cukup hanya dengan mengalirkan air tanpa terlebih dahulu menghapus make up nya seperti yan