Langsung ke konten utama

MENTRANFER PAHALA MENYIMAK BACAAN AL-QUR'AN.

 Rumusan Obrolan Santai Santri:

*MENTRANFER PAHALA MENYIMAK BACAAN AL-QUR'AN.*

*rumusan group BM OBROLAN SANTAI SANTRI*
soal no.1
________
*deskripsi"

Hampir di semua daerah banyak mengadakan khotaman Al Qur'an baik Jama'ah ibu2 atau jama'ah bapak2 yg tujuannya adalah syi'ar dan mencari ridho Allah SWT, Akan tetapi hampir 60 sampai 90 persen ngajinya banyak yg salah tentang tajwidnya.
Yg bisa ngaji jarang ikut kegiatan yg kurang bisa malahan bersemangat ikut kataman.


*pertanyaan*

Assalaamu'alaikum wr wb

1. bagaimana hukumnya para ibu"muslimah lansia yang mana dalam baca muqoddaman (tahtimul Qur'an) sementara bacaannya banyak yg salah baik makhroj dan tajwid nya sementara yg mendengar nggak berani membetulkan krn niat ta'dzim ? apakah berdosa orang yg mendengarkan (menyimak langsung), ia faham tapi membiarkan ?

2. *dengan bacaannya model tersebut pahala nya dikirimkan utk org yg sudah meninggal apa berpengaruh krn ada bacaan yg salah tersebut ?
mohon penjelasan" 🙏

*jawaban no.1 *:

✓dalam hal ini ada beberapa rincian :

1. batasan kewajiban seseorang untuk membetulkan bacaan yang salah
adalah dari Segala bentuk kesalahan :
a) baik yang merubah ma'na seperti kesalahan yang terletak pada makhorijul huruf, harokat, tasydid, pendek di panjangkan, panjang di pendekkan, atau
b). tidak merubah pada ma'na seperti bacaan idzhar, idghom, ikhfa', tafkhim, tarqiq.

✓Sedangkan menurut sebagian ulama' mutaakhirin kalau letak kesalahannya tidak sampai merubah ma'na seperti bacaan idzhar, idghom, ikhfa', tafkhim, tarqiq tidak berkewajiban untuk menegor/membetulkannya.

NB:
Menurut Iman Romli kalau yang membaca/darusan adalah anak anak maka kesalahan bacaannya tidak berdosa dan bagi yang mendengarkan tidak wajib menegurnya namun membetulkan sunnat hukumnya.

ﻭﺃﻓﺘﻰ ﻣ ﺭ ﺑﺄﻥ ﻟﺤﻦ اﻝﺃﻃﻔﺎﻝ ﺑﺤﻀﺮﺓ اﻟﻜﺎﻣﻞ ﻓﻲ اﻟﻘﺮﺁﻥ ﻻ ﻳﺤﺮﻡ ﻋﻠﻴﻪ، ﻭﻳﺴﻦ ﻓﻲ ﺣﻘﻪ اﻟﺮﺩ ﻓﻘﻂ ﻭﻻ ﻳﺠﺐ؛ ﻷﻧﻪ ﻟﻴﺲ ﺑﻤﻌﺼﻴﺔ، ﻭاﻟﻈﺎﻫﺮ ﻭﺟﻮﺏ اﻟﺮﺩ ﻗﻴﺎﺳﺎ ﻋﻠﻰ ﻭﺟﻮﺏ ﻣﻨﻊ اﻟﺼﺒﻲ ﺇﻥ ﺭﺃﻳﻨﺎﻩ ﻳﺰﻧﻲ ﺑﺼﺒﻴﺔ؛ ﻷﻥ اﻟﻮﺟﻮﺏ ﻻ ﻳﺘﻮﻗﻒ ﻋﻠﻰ اﻟﻌﺼﻴﺎﻥ اﻩـ.
البجيرمى على الخطيب ٣٧٣/١


✓2. menegurnya adalahTidak wajib secara muthlaq ketika Dia mendengar tanpa kesengajaan ( السامع) bacaan Al Quran yang (لحن) / salah baik yang dapat merubah arti bacaan atau tidak.

✓3. Sedangkan orang yang sengaja mendengarkan ( المستمع ) bacaan al Qur'an yang salah (لحن ) adalah ditafsil :

a. Apabila (لحن ) / salahnya tidak merubah kepada arti seperti tidak membaca ihfa' misalnya, maka menurut Ulama' mutaqoddimun tetap berdosa dan wajib menegurnya, tetapi menurut Ulama' mutaahhirun tidak berdosa dan tidak wajib mnegurnya.

b. Apabila ( لحن) / salahnya sampai merubah kepada arti bacaan, maka berdosa apabila tidak mengurnya jika memungkinkan. *Tetapi apabila menegurnya mengancam keselamatan diri atau harta atau mafsadah yang lain, maka tidak berdosa dan tidak wajib mengurnya, tetapi harus ingkar didalam hati.*

Referensi :

1). {فتاوي الرملي ج ٤ ص ٣٢١}
وَقَالَ الْمَاوَرْدِيُّ الْقِرَاءَةُ بِالْأَلْحَانِ إنْ أَخْرَجَتْ لَفْظَ الْقُرْآنِ عَنْ صِيغَتِهِ بِإِدْخَالِ حَرَكَاتٍ فِيهِ أَوْ إخْرَاجِ حَرَكَاتٍ عَنْهُ أَوْ قَصْرِ مَمْدُودٍ أَوْ مَدِّ مَقْصُورٍ يَفْسُقُ بِهِ الْقَارِئُ وَيَأْثَمُ بِهِ الْمُسْتَمِعُ؛ لِأَنَّهُ عَدَلَ بِهِ عَنْ نَهْجِهِ الْقَوِيمِ إلَى الِاعْوِجَاجِ

_Imam Mawardi berkata; "Bacaan dengan kesalahan yang mengeluarkan lafazh Qur'an dari susunan katanya, dengan memasukkan dan mengeluarkan harkat-harkat darinya atau memendekkan bacaan yang panjang dan memanjangkan yang pendek, maka Qori' menjadi fasik dan yang menyimak berdosa disebabkannya, karena sebab membaca kliru sesungguhnya Qori' menyimpangkan dari jalan Qur'an yang lurus kepada kebengkokan_

2). {المغني الكبير لإبن القدامة  ج ١ ص ٦٢٤}
والفرق بين السامع والمستمع هو ان السامع من سمع عرضا بلا قصد المستمع قاصد السماع .

_Dan adapun perbedaan as-sami' dan al-mustami' yaitu sesungguhnya as-sami' (mendengar) ialah seseorang yang mendengar tanpa unsur kesengajaan, sedangkan al-mustami' (mendengarkan/menyimak) ada unsur kesengajaan untuk mendengarkan_

3). {الغرر البهية في شرح البهجة الوردية ج ١ ص ٣٨٢}
وَإِنَّمَا تُسَنُّ السَّجْدَةُ (لِلْقَارِيِّ وَمَنْ سَمْعًا قَصَدْ) وَهُوَ الْمُسْتَمِعُ (قُلْتُ وَسَامِعٍ) وَهُوَ مَنْ لَمْ يَقْصِدْ السَّمَاعَ لِظَاهِرِ الْأَخْبَارِ.

_Di sunnahkan sujud tilawah bagi yg membaca dan yg mendengarkan secara sengaja begitu pula bagi yg tdk sengaja mendengarkan karena dhohirnya hadits_

5). {إسعاد الرفيق الجزء الثانى ص : ٨٧}
(ومنها اللحن في القرآن) فإنه من المنكرات القبيحة (وإن لم يخل بالمعنى) ولم يغيره لكن إذا تعمده وكان يمكنه التعلم ولم يتعلم فيحرم عليه ويفسق به ويشاركه المستمع إن قدر على رده وإلا منعه من القرآة إن لم يفد به التلقين

_(Dan termasuk maksiat lisan adalah kesalahan dalam baca Qur'an), maka sesungguhnya kesalahan itu termasuk kemungkaran yang buruk (dan meskipun tidak mengosongkan maknanya) dan tidak merubah maknanya, tetapi apabila sengaja dan Dia memungkinkan untuk belajar dan tidak mau belajar, maka haram atasnya dan menjadi fasik disebabkannya. Dan bagi mustami' bersekutu dalam keharaman dan kefasikan jika Dia mampu menolak (mencegah), apabila tidak mencegah dari bacaan (yang salah). Meskipun talkin tersebut tidak memberi faidah pada orang yang membaca dengan salah tersebut_

6). {موسوعة فقهية الكويتية ، ج ١٠ ص ١٧٨ }
اﻟﺤﻜﻢ اﻹﺟﻤﺎﻟﻲ:
ﻻ ﺧﻼﻑ ﻓﻲ ﺃﻥ اﻻﺷﺘﻐﺎﻝ ﺑﻌﻠﻢ اﻟﺘﺠﻮﻳﺪ ﻓﺮﺽ ﻛﻔﺎﻳﺔ ﺃﻣﺎ اﻟﻌﻤﻞ ﺑﻪ، ﻓﻘﺪ ﺫﻫﺐ اﻟﻤﺘﻘﺪﻣﻮﻥ ﻣﻦ ﻋﻠﻤﺎء اﻟﻘﺮاءاﺕ ﻭاﻟﺘﺠﻮﻳﺪ ﺇﻟﻰ ﺃﻥ اﻷﺧﺬ ﺑﺠﻤﻴﻊ ﺃﺻﻮﻝ اﻟﺘﺠﻮﻳﺪ ﻭاﺟﺐ ﻳﺄﺛﻢ ﺗﺎﺭﻛﻪ، ﺳﻮاء ﺃﻛﺎﻥ ﻣﺘﻌﻠﻘﺎ ﺑﺤﻔﻆ اﻟﺤﺮﻭﻑ - ﻣﻤﺎ ﻳﻐﻴﺮ ﻣﺒﻨﺎﻫﺎ ﺃﻭ ﻳﻔﺴﺪ ﻣﻌﻨﺎﻫﺎ - ﺃﻡ ﺗﻌﻠﻖ ﺑﻐﻴﺮ ﺫﻟﻚ ﻣﻤﺎ ﺃﻭﺭﺩﻩ اﻟﻌﻠﻤﺎء ﻓﻲ ﻛﺘﺐ اﻟﺘﺠﻮﻳﺪ، ﻛﺎﻹﺩﻏﺎﻡ ﻭﻧﺤﻮﻩ. ﻗﺎﻝ ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ اﻟﺠﺰﺭﻱ ﻓﻲ اﻟﻨﺸﺮ ﻧﻘﻼ ﻋﻦ اﻹﻣﺎﻡ ﻧﺼﺮ اﻟﺸﻴﺮاﺯﻱ: ﺣﺴﻦ اﻷﺩاء ﻓﺮﺽ ﻓﻲ اﻟﻘﺮاءﺓ، ﻭﻳﺠﺐ ﻋﻠﻰ اﻟﻘﺎﺭﺉ ﺃﻥ ﻳﺘﻠﻮ اﻟﻘﺮﺁﻥ ﺣﻖ ﺗﻼﻭﺗﻪ

_Hukum keseluruhan:_
_Tidak ada perbedaan pendapat Ulama' bahwasanya menyibukkan diri mempelajari ilmu tajwid hukumnya fardlu kifayah. Adapun mengamalkannya, Ulama' mutaqoddimun dari para Ulama' Qiro'ah dan tajwid berpendapat bahwasanya memakai semua dasar ilmu tajwid hukumnya wajib dan berdosa bagi yang meninggalkannya. Sama saja apakah berkaitan dengan menjaga huruf-hurufnya -(dari perkara yang merubah bentuknya atau merusak maknanya)- atau berkaitan dengan selainnya dari perkara yang telah disebutkan oleh Ulama' dalam kitab-kitab tajwid seperti idgom dan lainya. Muhammad bin Al-Jazari berkata dalam kitab An-Nasr menukil dari Imam Nashr Asy-Syairozi; belajar Al-Qur'an dari guru adalah wajib dalam membaca Al-Qur'an, dan wajib bagi Qori' membaca Al-Qur'an sesuai dengan haknya_

ﻭﺫﻫﺐ اﻟﻤﺘﺄﺧﺮﻭﻥ ﺇﻟﻰ اﻟﺘﻔﺼﻴﻞ ﺑﻴﻦ ﻣﺎ ﻫﻮ (ﻭاﺟﺐ ﺷﺮﻋﻲ) ﻣﻦ ﻣﺴﺎﺋﻞ اﻟﺘﺠﻮﻳﺪ، ﻭﻫﻮ ﻣﺎ ﻳﺆﺩﻱ ﺗﺮﻛﻪ ﺇﻟﻰ ﺗﻐﻴﻴﺮ اﻟﻤﺒﻨﻰ ﺃﻭ ﻓﺴﺎﺩ اﻟﻤﻌﻨﻰ، ﻭﺑﻴﻦ ﻣﺎ ﻫﻮ (ﻭاﺟﺐ ﺻﻨﺎﻋﻲ) ﺃﻱ ﺃﻭﺟﺒﻪ ﺃﻫﻞ ﺫﻟﻚ اﻟﻌﻠﻢ ﻟﺘﻤﺎﻡ ﺇﺗﻘﺎﻥ اﻟﻘﺮاءﺓ، ﻭﻫﻮ ﻣﺎ ﺫﻛﺮﻩ اﻟﻌﻠﻤﺎء ﻓﻲ ﻛﺘﺐ اﻟﺘﺠﻮﻳﺪ ﻣﻦ ﻣﺴﺎﺋﻞ ﻟﻴﺴﺖ ﻛﺬﻟﻚ، ﻛﺎﻹﺩﻏﺎﻡ ﻭاﻹﺧﻔﺎء ﺇﻟﺦ. ﻓﻬﺬا اﻟﻨﻮﻉ ﻻ ﻳﺄﺛﻢ ﺗﺎﺭﻛﻪ ﻋﻨﺪﻫﻢ.

_Ulama' mutaakhhirun berpendapat pada mentafsil (memerinci) antara perkara yang wajib syar'i dari permasalahan tajwid, yakni perkara yang meninggalkan kepada merubah bentuk dan merusak makna, dan antara perkara yang wajib shona'i, yakni yang mewajibkan ahlinya pada ilmu untuk menyempurnakan keserasian Qur'an, dan hal ini perkara yang telah disebutkan oleh Ulama' dalam kitab-kitab tajwid dari permasalahan-permasalahan yang tidak seperti itu, seperti idgom, ikhfa' dan seterusnya. Maka semacam ini menurut mereka (mutaakhhirun) tidak berdosa bagi yang meninggalkannya_

7). {كف الرعاع عن اللهو والسماع، ص ٨٨}
وأفتى النووي - رحمه الله تعالى- فِي قومٍ يقرؤون القُرآن بالتمطيط الفاحش  والتغيير الزائد، بأنَّ ذلك حرامٌ بإجماع العلماء كما قاله غيرُ واحدٍ، ويجبُ على وَلِيِّ الأمر زجرُهم وتعزيرُهم واستتابتُهم،
ويجبُ إنكار ذلك على كُلِّ مُكلَّف تمكَّن من إنكاره، اهـ.

_Imam Nawawi Ra berfatwa perihal qoum yang membaca Al-Qur'an dengan memperpanjang yang keterlaluan dan perubahan yang berlebihan. Karena sesungguhnya demikian itu haram dengan kesepakatan Ulama' seperti dikatakan oleh lebih dari satu orang, dan wajib bagi yang berwenang menegur, memberi hukuman, dan meminta mereka bertobat_

8).{ حاشية إعانة الطالبين، ج ٤ ص ٢٩٨}
والمخاطب به كل مكلف لم يخف على نحو عضو ومال وإن قل ولم يغلب على ظنه أن فاعله يزيد فيه عنادا وإن علم عادة أنه لا يفيده  (قوله لم يخف) وَلَا يَسْقُطُ الْأَمْرُ بِالْمَعْرُوفِ ) وَالنَّهْيُ عَنْ الْمُنْكَرِ عَنْ الْقَائِمِ بِهِمَا ( إلَّا لِخَوْفٍ ) مِنْهُمَا ( عَلَى نَفْسِهِ أَوْ مَالِهِ ) أَوْ عُضْوِهِ أَوْ بُضْعِهِ ( أَوْ ) لِخَوْفِ ( مَفْسَدَةٍ عَلَى غَيْرِهِ أَكْثَرَ مِنْ مَفْسَدَةِ الْمُنْكَرِ الْوَاقِعِ ) أَوْ غَلَبَ عَلَى ظَنِّهِ أَنَّ الْمُرْتَكِبَ يَزِيدُ فِيمَا هُوَ فِيهِ عِنَادًا

_Dan adapun yang terkena Khitob denganya adalah setiap orang mukallaf yang tidak takut atas seumpama anggota badan dan hartanya meskipun sedikit, dan tidak meyakini, bahwasanya yang melakukannya akan bertambah penyimpangannya, meskipun Dia mengetahui secara kebiasaan bahwasanya hal itu tidak berfaedah padanya, (perkataannya, tidak takut) tidak gugur perintah kepada kebaikan) dan mencegah dari kemungkaran atas orang yang menegakkan keduanya, (kecuali karena takut) atas keselamatan (dirinya dan hartanya) atau anggota tubuhnya atau sebagian anggota tubuhnya, (atau) karena takut (kerusakan pada yang lainnya lebih banyak daripada kerusakan atas kemungkaran yang terjadi) atau meyakini bahwasanya pelaku akan bertambah membangkang karena perintah tersebut_

9). . نهاية القول المفيد : ص : ٢٤


إعلم أن الواجب في علم التجويد ينقسم إلى واجب شرعي وهو ما يثاب على فعله و يعاقب على تركه أو صناعي وهو ما يحسن فعله و يقبح تركه و يعزر على تركه التعزير اللائق عند أهل تلك الصناعة فالشرعي ما يحفظ الحروف من تغيير المبني و إفساد المعنى فيأثم تاركه والصناعي فيما ذكره العلماء في كتب التجويد كالإدغام والإخفاء والإقلاب والترقيق والتفخيم فلا يأثم تاركه على اختيار المتأخرين


✓ wajibnya baca Al-Qur'an dengan tajwid dan orang awan/bodoh yg bacaan nya masih jelepotan harus di luruskan.
10)حل مسألة حكم تعلم أحكام التجويد

. .ونقل شراح الحديث مثله عن مذهب الإمام الشافعي رضي الله عنه فقد بان لك أن مراعاة كتاب الله تعالى التجويد المعتبر عند أهل القراءة أمر واجب بلا امتراء وأن غير ذلك زور وافتراء وأنه يجب تنبيه الغافلين وإرشاد الجاهلين فيما يقع لهم من اللحن والخطاء في كلام رب العالمين


11). (Fatawa alkhalili Li imam ruwaemi  juz 1 hlm 70)

مطلب فيمن يقرأ القرآن وهو جاهل بالتجويد
(سئل) فيمن يقرأ القرآن على وجه صحيح وهو جاهل بالتجويد وعلم العربية، فهل يثاب على قرائته ويثاب سامعه؟.

(أجاب) أفتى العلامة الشمس الرملي - رحمه الله تعالى - بأنه يثاب هو وسامعه على ذلك، مع جهله بالتجويد والعربية، والله أعلم

✓wajibnya musyafahah atau talaqqi (pertemuan langsung) dengan guru baik keberadaannya dengan mendengarkan atau membacanya.
12). حق التلاوة ص 47 – 48

أن المشافهة من الشيخ سواء كانت بالسماع أو القراءة عليه شأنها عظيمة وأمرها جسيمة لأن الإستقلال في العلم والفهم من الصحف وبطون الكتب لا يعتبر عند علمائنا السلف, وذلك لأن الإستقلال بالفهم وقراءة الكتب من غير شيخ لا تعطى المعروفة الصحيحة الكاملة

13). ( القراءة للميت عند القبر مشروعة )
وقال السيد الأجل المحقق الحسن بن إسحاق بن المهدي في شرح نظم الهدي النبوي ماحاصله

Dalam kitab Syarah Nadhmul hadyun Nabawi
Sayyid Hasan bin Ishaq bin Mahdi berkata :

ذكر ابن القيم في كتاب الروح مايقتضي سن الدرس على القبر واستدل له بأن جماعة من السلف أوصوا أن يقرأ عندقبورهم منهم إبن عمر أوصى أن يقرأ عند قبره سورة البقرة وأن الانصار كانوا إذا مات الميت اختلفوا الى قبره يقرؤن القران عنده .انتهى

Imam Ibnu Qayyim dalam kitab Ar-Ruh
menyebutkan: "Di anjurkan membaca Al-Qur'an di atas kuburan dengan dalil bahwa para Ulama' salaf berwasiat di bacakan Al-Qur'an di kuburannya, antara lain Ibnu Umar berwasiat untuk di bacakan surat Al-Baqarah di kuburan nya dan sahabat Anshar jika ada yang mati maka mereka sama sama membacakan Al-Qur'an di kuburannya".

قلت وقد ذكر السيوطي في جمع الجوامع حديثا طويلا مرفوعا صريحا في المقام عن ابن عمر رضي الله عنهما قال سمعت رسول الله صلى الله عليه وسلم يقول إذا مات أحدكم فلا تحبسوه وأسرعوا به إلى قبره وليقرء عند رأسه بفاتحة البقرة وعند رجليه بخاتمه ( اخرجه الطبراني و البيهقي في شعب الايمان )

Imam Suyuti menyebut tentang Hadits marfu' yang panjang dan jelas dalam kitab jam'ul jawami' bahwa Abdullah bin Umar mendengar Rasulallah ﷺ bersabda: "Apabila salah satu diantara kalian ada yang meninggal maka janganlah menahannya tapi segerakan untuk di kuburkan dan bacalah di atas kepala mayat awal surat Al-Baqarah dan dikedua kakinya akhir surat Al-Baqarah".

وقال النووي روينا في سنن البيهقي باسناد حسن عن إبن عمر رضي الله عنهما استحسن أن يقرأ على القبر بعد الدفن أول سورة البقرة وخاتمتها انتهى كلام الحسن بن إسحاق

Imam al- Nawawi berkata: "Saya meriwayatkan dalam Sunan Al- Baihaqi dengan isnad yang Hasan dari Ibnu Umar, bahwa Ibnu Umar menganggap baik orang yang membaca awal surah Al-Baqarah dan akhir surah Al-Baqarah di kuburan setelah di makamkan nya mayat".

وهو مما يدل على استحباب القراءة على الميت وإنه يصله الثواب إذ لولم يكن في قراءة القدر المذكور حصول نفع للميت لما شرعت قراءته.

Hadits di atas menunjukkan Sunnah membaca Al-Qur'an pada mayat dan pahalanya nyampai karena seandainya bacaan itu tidak manfaat pada mayat otomatis membacanya tidak di syari'atkan.

( Syeikh Muhammad bin Ahmad bin Abdul Bari al-Ahdal, Ifadatut Tullab, Hal 7 )



✓*JAWABAN NO* *2*

dalam hal ini ada beberapa penjelasan :

✓ 1.).Sebenarnya menyimak Al-Qur'an adalah berhukum sunnah dan mendapat pahala, maka pahala menyimak bacaan al-Qur'an dapat dikirimkan kepada orang yang sudah mati,
*dengan catatan* :
a). setelah menyimak berdoa kepada ALLAH SWT seperti;


اللهم اوصل ثواب ما استمعناه  الى حضرة روح .......   

b). jika mengalami kesalahan yang merubah makna dalam bacaan dan si penyimak segera membenarkan.


✓2). adapun dosa si pendengar dalam posisi menyimak bacaan Alquran yang salah yang dikenai khitob dosa itu jika ditransfer ke Mayit tidak berpengaruh karena orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan jika seseorang yang dibebani berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul bebannya itu tidak akan dipikulkan sedikit pun, meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya.

✓Orang Tua Tidak Bisa Menanggung Dosa Anak,


(ﺛﻢ ﻗﺎﻝ) ﺃﻱ اﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺭﺩا ﻟﺰﻋﻤﻪ (ﺃﻣﺎ) ﺑﺎﻟﺘﺨﻔﻴﻒ ﻟﻠﺘﻨﺒﻴﻪ (ﺇﻧﻪ) ﻟﻠﺸﺄﻥ ﺃﻭ اﻻﺑﻦ (ﻻ ﻳﺠﻨﻲ ﻋﻠﻴﻚ) ﺃﻱ ﻻ ﻳﺆاﺧﺬ ﺑﺬﻧﺒﻚ ﻛﺬا ﻓﻲ اﻟﻤﺮﻗﺎﺓ
ﻭﻗﺎﻝ اﻟﺴﻨﺪﻱ ﺃﻱ ﺟﻨﺎﻳﺔ ﻛﻞ ﻣﻨﻬﻤﺎ ﻗﺎﺻﺮﺓ ﻋﻠﻴﻪ ﻻ ﺗﺘﻌﺪاﻩ ﺇﻟﻰ ﻏﻴﺮﻩ ﻭﻟﻌﻞ اﻟﻤﺮاﺩ اﻹﺛﻢ ﻭﺇﻻ ﻓﺎﻟﺪﻳﺔ ﻣﺘﻌﺪﻳﺔ اﻧﺘﻬﻰ (ﻭﻻ ﺗﺠﻨﻲ ﻋﻠﻴﻪ) ﺃﻱ ﻻ ﺗﺆاﺧﺬ ﺑﺬﻧﺒﻪ
ﻗﺎﻝ ﻓﻲ اﻟﻨﻬﺎﻳﺔ اﻟﺠﻨﺎﻳﺔ اﻟﺬﻧﺐ ﻭاﻟﺠﺮﻡ ﻭﻣﺎ ﻳﻔﻌﻠﻪ اﻹﻧﺴﺎﻥ ﻣﻤﺎ ﻳﻮﺟﺐ ﻋﻠﻴﻪ اﻟﻌﺬاﺏ ﺃﻭ اﻟﻘﺼﺎﺹ ﻓﻲ اﻟﺪﻧﻴﺎ ﻭاﻵﺧﺮﺓ
ﻭاﻟﻤﻌﻨﻰ ﺃﻧﻪ ﻻ ﻳﻄﺎﻟﺐ ﺑﺠﻨﺎﻳﺔ ﻏﻴﺮﻩ ﻣﻦ ﺃﻗﺎﺭﺑﻪ ﻭﺃﺑﺎﻋﺪﻩ ﻓﺈﺫا ﺟﻨﻰ ﺃﺣﺪﻫﻤﺎ ﺟﻨﺎﻳﺔ ﻻ ﻳﻌﺎﻗﺐ ﺑﻬﺎ اﻵﺧﺮ (ﻭﻗﺮﺃ) اﺳﺘﺸﻬﺎﺩا (ﻭﻻ ﺗﺰﺭ) ﺃﻱ ﻻ ﺗﺤﻤﻞ ﻧﻔﺲ (ﻭاﺯﺭﺓ) ﺁﺛﻤﺔ (ﻭﺯﺭ) ﺇﺛﻢ ﻧﻔﺲ (ﺃﺧﺮﻯ)
ﻗﺎﻝ اﻟﻤﻨﺬﺭﻱ ﻭاﻟﺤﺪﻳﺚ ﺃﺧﺮﺟﻪ اﻟﺘﺮﻣﺬﻱ ﻭاﻟﻨﺴﺎﺋﻲ ﻣﺨﺘﺼﺮا ﻭﻣﻄﻮﻻ ﻭﻗﺎﻝ اﻟﺘﺮﻣﺬﻱ ﺣﺴﻦ ﻏﺮﻳﺐ ﻻ ﻧﻌﺮﻓﻪ ﺇﻻ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ ﻋﺒﺪ اﻟﻠﻪ ﺑﻦ ﺇﻳﺎﺩ


Referensi :

Surat Fatir Ayat 18
.
وَلَا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِّزْرَ اُخْرٰى ۗوَاِنْ تَدْعُ مُثْقَلَةٌ اِلٰى حِمْلِهَا لَا يُحْمَلْ مِنْهُ شَيْءٌ وَّلَوْ كَانَ ذَا قُرْبٰى ۗ اِنَّمَا تُنْذِرُ الَّذِيْنَ يَخْشَوْنَ رَبَّهُمْ بِالْغَيْبِ وَاَقَامُوا الصَّلٰوةَ ۗوَمَنْ تَزَكّٰى فَاِنَّمَا يَتَزَكّٰى لِنَفْسِهٖ ۗوَاِلَى اللّٰهِ الْمَصِيْرُ ﴿فاطر : ۱۸﴾

Dan orang yang berdosa tidak akan memikul dosa orang lain. Dan jika seseorang yang dibebani berat dosanya memanggil (orang lain) untuk memikul bebannya itu tidak akan dipikulkan sedikit pun, meskipun (yang dipanggilnya itu) kaum kerabatnya. Sesungguhnya yang dapat engkau beri peringatan hanya orang-orang yang takut kepada (azab) Tuhannya (sekalipun) mereka tidak melihat-Nya dan mereka yang melaksanakan salat. Dan barangsiapa menyucikan dirinya, sesungguhnya dia menyucikan diri untuk kebaikan dirinya sendiri. Dan kepada Allah-lah tempat kembali. (QS. Fatir: 18)


2).{ حاشية إعانة الطالبين، ج ٤ ص ٢٩٨}
والمخاطب به كل مكلف لم يخف على نحو عضو ومال وإن قل ولم يغلب على ظنه أن فاعله يزيد فيه عنادا وإن علم عادة أنه لا يفيده  (قوله لم يخف) وَلَا يَسْقُطُ الْأَمْرُ بِالْمَعْرُوفِ ) وَالنَّهْيُ عَنْ الْمُنْكَرِ عَنْ الْقَائِمِ بِهِمَا ( إلَّا لِخَوْفٍ ) مِنْهُمَا ( عَلَى نَفْسِهِ أَوْ مَالِهِ ) أَوْ عُضْوِهِ أَوْ بُضْعِهِ ( أَوْ ) لِخَوْفِ ( مَفْسَدَةٍ عَلَى غَيْرِهِ أَكْثَرَ مِنْ مَفْسَدَةِ الْمُنْكَرِ الْوَاقِعِ ) أَوْ غَلَبَ

عَلَى ظَنِّهِ أَنَّ الْمُرْتَكِبَ يَزِيدُ فِيمَا هُوَ فِيهِ عِنَادًا

_Dan adapun yang terkena Khitob denganya adalah setiap orang mukallaf yang tidak takut atas seumpama anggota badan dan hartanya meskipun sedikit, dan tidak meyakini, bahwasanya yang melakukannya akan bertambah penyimpangannya, meskipun Dia mengetahui secara kebiasaan bahwasanya hal itu tidak berfaedah padanya, (perkataannya, tidak takut) tidak gugur perintah kepada kebaikan) dan mencegah dari kemungkaran atas orang yang menegakkan keduanya, (kecuali karena takut) atas keselamatan (dirinya dan hartanya) atau anggota tubuhnya atau sebagian anggota tubuhnya, (atau) karena takut (kerusakan pada yang lainnya lebih banyak daripada kerusakan atas kemungkaran yang terjadi) atau meyakini bahwasanya pelaku akan bertambah membangkang karena perintah tersebut_


3). {شرح النووى علي مسلم ج ٦ ص ٨٨}
وَفِي حَدِيثِ بن مَسْعُودٍ هَذَا فَوَائِدُ مِنْهَا اسْتِحْبَابُ اسْتِمَاعِ الْقِرَاءَةِ وَالْإِصْغَاءِ لَهَا وَالْبُكَاءِ عِنْدَهَا وَتَدَبُّرِهَا وَاسْتِحْبَابُ طَلَبِ الْقِرَاءَةِ مِنْ غَيْرِهِ لِيَسْتَمِعَ لَهُ وَهُوَ أَبْلَغُ فِي التَّفَهُّمِ وَالتَّدَبُّرِ مِنْ قِرَاءَتِهِ بِنَفْسِهِ وَفِيهِ تَوَاضُعُ أَهْلِ الْعِلْمِ وَالْفَضْلِ وَلَوْ مَعَ أَتْبَاعِهِمْ

_Dan dalam hadits Ibnu Ma'ud ini mengandung beberapa faidah diantaranya disunnahkannya menyimak al-qur'an, memperhatikan, menangis disisinya dan merenunginya. Dan disunnahkan memnita orang lain membacakan (al- qur'an) untuk didengarkan, hal itu lebih berpengaruh dalam memahami dan merenungi dari bacaannya sendiri. Dan didalamnya terdapat sikap rendah hati orang yang memiliki ilmu dan kebajikan walaupun bersama pengikut-pengikutnya._

4). {موسوعة فقهية الكويتية ج ٢ ص ٢٦٦}
المستحب : وهو ما يثاب فاعله امتثالاً، ولا يعاقب تاركه

_Artinya : المستحب adalah sesuatu pekerjaan yang pelakunya diberi pahala karena patuh, dan yang meniggalkannya tidak dihukum_

5). {نهاية الزين : ۱۹۳}
قَالَ ابْنُ حَجَرٍ نَقْلًا عَنْ شَرْحِ اْلمحُتْاَرِ:مَذْهَبَ أَهْلِ السُّنَّةِ أَنَّ لِلْإِنْسَانِ أَنْ يَجْعَلَ ثَوَابَ عَمَلِهِ وَصَلَاتِهِ لِلْمَيِّةِ وَيَصِلُهُ

_“Ibnu Hajar dengan mengutip Syarh Al-Mukhtar berkata, “Madzhab Ahlussunnah berpendapat bahwa seseorang dapat menghadiahkan pahala amal dan do’anya kepada orang yang telah meninggal dunia. Dan pahalanya akan sampai kepadanya.”_

  _والله أعلم بالصواب_


*Susunan Team ahli*

*kontributor :*
1. Ach. Muhtar Bs, (Alumni PP. Sidogiri, pasuruan)
2. Ust. Arupinia Katsumadai, Spd, Pamekasan Madura
3. Ust. Ridwan hanafi (alumni pp Al hikmah, IPNU PAC TANON PC SRAGEN)
4. Ust. Farid fauzi (PP Hidayatul Mubtadi'ien Ngunut Tulungagung)
5. Ust. Miftakhuddinn (Alumni PP. Al Anwar Sarang)
6. Ust. Junaidi El qorik ( Alumni  PP. NAHDATUL ATHFAL kabupaten kubu raya, Kalimantan barat, Aktivis DHF)
7. Ust. Abdunnasir SPdi (alumni Al anwar paculgowang)
8. Ust. taufik udin (PP asalafiyah darun naja kab tangerang banten)

9. Ust Muhammad ridwan (alumni PP riyadulaliyah cisempur bogor)


*Notulen*:

Ustadz "Mas" Abdullah Amin nafi' (alumni PP. Tarbiyatun Nasyi'in, Paculgowang Jombang)

*Moderator*:

1.Kang  Rasjid (alumni PP. Alhamdulillah, Kemadu, Sulang - Rembang, Jawa Tengah)

2. Ust. Ahmad Shodiqin ( Alumni, PP. Hidayatut thullab Pondok tengah Kamulan durenan trenggalek).

3. Neng Martiffin R.(IPPNU,CB KPP PC.sragen ,Alumni PP AL HIKMAH SRAGEN



*Dewan Mushohih:*

1.  Ust. Khotimi Bahri  (Anggota Komisi MUI Kota Bogor)
2. Ust. M HISMAN ABDURROHMAN pengasun ponpes NURUL HISAN sagaranten  sukabumi jabar.
3. KH Moh Salim S pd. (Alumni Al Falah Ploso Mojo Kediri)
4.  Ust. Abdul Rosid, M.Pd (Sekretaris LBM PCNU Kab. Malang)
5. Ust. Haris Abdul Khaliq (Sekjen PCNU Sragen)
6.Ust.  Masduqi  (mutahorij  ppmt mlangi sleman)

7. Ust. Lutfi Hakim . MA
PP. Futuhiyyah Mranggen - Demak
Anggota LDNU Kab. Bogor

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERBEDAAN AMIL DAN PANITIA ZAKAT

 PERBEDAAN   AMIL DAN PANITIA ZAKAT 1- Amil adalah wakilnya mustahiq. Dan Panitia zakat adalah wakilnya Muzakki. 2- Zakat yang sudah diserahkan pada amil apabila hilang atau rusak (tidak lagi layak di konsumsi), kewajiban zakat atas muzakki gugur. Sementara zakat yang di serahkan pada panitia zakat apabila hilang atau rusak, maka belum menggugurkan kewajiban zakatnya muzakki. - (ﻭﻟﻮ) (ﺩﻓﻊ) اﻟﺰﻛﺎﺓ (ﺇﻟﻰ اﻟﺴﻠﻄﺎﻥ ﻛﻔﺖ اﻟﻨﻴﺔ ﻋﻨﺪﻩ) ﺃﻱ ﻋﻨﺪ اﻟﺪﻓﻊ ﺇﻟﻴﻪ ﻭﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﻨﻮ اﻟﺴﻠﻄﺎﻥ ﻋﻨﺪ اﻟﺪﻓﻊ ﻟﻠﻤﺴﺘﺤﻘﻴﻦ * ﻷﻧﻪ ﻧﺎﺋﺒﻬﻢ ﻓﺎﻟﺪﻓﻊ ﺇﻟﻴﻪ ﻛﺎﻟﺪﻓﻊ ﻟﻬﻢ ﺑﺪﻟﻴﻞ ﺃﻧﻬﺎ ﻟﻮ ﺗﻠﻔﺖ ﻋﻨﺪﻩ اﻟﺰﻛﺎﺓ ﻟﻢ ﻳﺠﺐ ﻋﻠﻰ اﻟﻤﺎﻟﻚ ﺷﻲء ﻭاﻟﺴﺎﻋﻲ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ ﻛاﻟﺴﻠﻄﺎﻥ.* - {نهاية المحتاج جز ٣ ص ١٣٩} - (ﻭﻟﻮ ﺩﻓﻊ ﺇﻟﻰ اﻟﺴﻠﻄﺎﻥ) ﺃﻭ ﻧﺎﺋﺒﻪ ﻛﺎﻟﺴﺎﻋﻲ (ﻛﻔﺖ اﻟﻨﻴﺔ ﻋﻨﺪﻩ) ﺃﻱ ﻋﻨﺪ اﻟﺪﻓﻊ ﺇﻟﻴﻪ ﻭﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﻨﻮ اﻟﺴﻠﻄﺎﻥ ﻋﻨﺪ اﻟﺼﺮﻑ؛ * ﻷﻧﻪ ﻧﺎﺋﺐ اﻟﻤﺴﺘﺤﻘﻴﻦ ﻓﺎﻟﺪﻓﻊ ﺇﻟﻴﻪ ﻛﺎﻟﺪﻓﻊ ﺇﻟﻴﻬﻢ ﻭﻟﻬﺬا ﺃﺟﺰﺃﺕ ﻭﺇﻥ ﺗﻠﻔﺖ ﻋﻨﺪﻩ ﺑﺨﻼﻑ اﻟﻮﻛﻴﻞ* ﻭاﻷﻓﻀﻞ ﻟﻹﻣﺎﻡ ﺃﻥ ﻳﻨﻮﻱ ﻋﻨﺪ اﻟﺘﻔﺮﻗﺔ ﺃﻳﻀﺎ.. - {تحفة المحتاج جز ٣ ص ٣٥٠} 3- Menyerahkan zakat pada amil hukumnya Afdhol (lebih utama) daripada di serahkan sendiri oleh muzakki pada m

DALIL TAHLILAN

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ Masyarakat muslim Indonesia adalah mayoritas penganut madzhab Imam Syafi’i atau biasa disebut sebagai Syafi’iyah (penganut Madzhab Syafi’i). Namun, sebagain lainnya ada yang tidak bermadzhab Syafi’i. Di Indonesia, Tahlilan banyak dilakukan oleh penganut Syafi’iyah walaupun yang lainnya pun ada juga yang melakukannya. Tentunya tahlilan bukan sekedar kegiatan yang tidak memiliki dasar dalam syariat Islam, bahkan kalau ditelusuri dan dikaji secara lebih mendalam secara satu persatu amalan-amalan yang ada dalam tahlilan maka tidak ada yang bertentangan dengan hukum Islam, sebaliknya semuanya merupakan amalah sunnah yang diamalkan secara bersama-sama. Oleh karena itu, ulama seperti walisongo dalam menyebarkan Islam sangatlah bijaksana dan lihai sehingga Islam hadir di Indonesia dengan tanpa anarkis dan frontal, salah satu buahnya sekaligus kelihaian dari para ulama walisongo adalah diperkenalkannya kegiatan tahlilan dengan sangat bijaksana.

MEMBERIKAN ZAKAT FITRAH KEPADA USTADZ

PENGERTIAN FII SABILILLAH MENURUT PERSPEKTIF EMPAT MADZHAB. Sabilillah ( jalan menuju Allah ) itu banyak sekali bentuk dan pengamalannya, yg kesemuanya itu kembali kepada semua bentuk kebaikan atau ketaatan. Syaikh Ibnu Hajar alhaitamie menyebutkan dalam kitab Tuhfatulmuhtaj jilid 7 hal. 187 وسبيل الله وضعاً الطريقة الموصلةُ اليه تعالى (تحفة المحتاج جزء ٧ ص ١٨٧) Sabilillah secara etimologi ialah jalan yang dapat menyampaikan kepada (Allah) SWT فمعنى سبيل الله الطريق الموصل إلى الله وهو يشمل كل طاعة لكن غلب إستعماله عرفا وشرعا فى الجهاد. اه‍ ( حاشية البيجوري ج ١ ص ٥٤٤)  Maka (asal) pengertian Sabilillah itu, adalah jalan yang dapat menyampaikan kepada Allah, dan ia mencakup setiap bentuk keta'atan, tetapi menurut pengertian 'uruf dan syara' lebih sering digunakan untuk makna jihad (berperang). Pengertian fie Sabilillah menurut makna Syar'ie ✒️ Madzhab Syafi'ie Al-imam An-nawawie menyebutkan didalam Kitab Al-majmu' Syarhulmuhaddzab : واحتج أصحابنا بأن المفهوم في ا