PERKATAAN IMAM AS-SAKHAWI YANG DI NUKIL SEBAGIAN OLEH WAHABI AGAR TERKESAN MELARANG MAULID NABI
Dan ini salah satu bukti kelicikan mereka dalam berdakwah dan mengelabui orang awam dengan menukil sebagian pendapat para ulama untuk mendukung pendapat mereka.
.
Namun bagian yang tidak sesuai dengan pendapat mereka, maka akan di sembunyikan. Contohnya dalam gambar, dan berikut utuhnya.
.
IMAM AS-SAKHAWI Rahimahullah mengatakan :
.
سئلت عن أصل عمل المولد الشريف.؟
.
فأجبت : لم ينقل عن أحد من السلف الصالح في القروْن الثلاثة الفاضلة، وإنما حدث بعد، ثم ما زال أھل الإسلام في سائر الأقطار والمدن العظام يحتفلون في شھر مولده صلى لله عليه وسلم وشرف وكرم يعملون الولائم البديعة المشتملة على الأمور البھجة الرفيعة، ويتصدقون في لياليه بأنواع الصدقات، ويظھرون السرور، ويزيدون في الم برات، بل يعتنون بقراءة موْلده الكريم، وتظھر عليھم من بركاته كل فضل عميم بحيث كان مما جرب قاله الإمام شمس الدين ابن الجزري : ومن خواصه أنه أمان في ذلك العام وبشرى عاجلة بنيل البغية والمرام وأكثرهم بذلك عناية أهل مصر والشام، ولسطلان مصر في تلك الليلة من العام أعظم عام.
.
Telah ditanyakan kepadaku tentang dasar amal Maulid (Nabi) yang Mulia.?
.
Maka aku jawab : Hal ini tak dinukil dari satupun salafusshalih pada kurun ke tiga yang terbaik, dan sungguh ini baru ada setelahnya, kemudian umat Islam diseluruh penjuru daerah dan kota‐kota besar senantiasa memperingati Maulid NABI Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam di bulan kelahiran beliau, mereka mengadakan jamuan yang luar biasa dan di isi dengan perkara‐perkara yang menggembirakan serta mulia, bersedekah pada malam harinya dengan berbagai macam sedekah, menampakkan kegembiraan, menambah kebaikan bahkan diramaikan dengan pembacaan Maulid Nabi yang mulia, dan menjadi teranglah keberkahan beserta keutamaanya yang merata dan semua itu telah terbukti sebagaimana yang dinyatakan oleh Imam Syamsuddin Ibnu Al-Jazari : diantara keistimewaanya adalah nuansa tentram di tahun tersebut dan selalu bahagia dengan tercapainya impian serta tujuan, dan kebanyakan dari mereka yang mengadakan acara tersebut adalah masyarakat Mesir dan Syam, dan Sulthan Mesir di malam tersebut telah mengadakan acara maulid yang tersebesar di tahun ini.
.
[Al-Ajwibah Al-Mardhiyah : Jilid 1, Halaman 1116, Fatwa No. 316]
__
.
TAMBAHAN DARI SALAH SATU GURU IMAM AS-SAKHAWI
•
IMAM IBNU HAJAR AL-ASQALANI Rahimahullah mengatakan :
.
أصل عمل المولد بدعة لم تنقل عن أحد من السلف الصالح من القرون الثلاثة ولكنها مع ذلك قد اشتملت على محاسن وضدها، فمن تحرى في عملها المحاسن وتجنب ضدها كان بدعة حسنة وإلا فلا، قال : وقد ظهر لي تخريجها على أصل ثابت وهو ما ثبت في الصحيحين من أن النبي صلى الله عليه وسلم قدم المدينة فوجد اليهود يصومون يوم عاشوراء فسألهم فقالوا "هو يوم أغرق الله فيه فرعون ونجى موسى فنحن نصومه شكرا لله تعالى" فيستفاد منه فعل الشكر لله على ما من به في يوم معين من إسداء نعمة أو دفع نقمة ويعاد ذلك في نظير ذلك اليوم من كل سنة. والشكر لله يحصل بأنواع العبادة كالسجود والصيام والصدقة والتلاوة، وأي نعمة أعظم من النعمة ببروز هذا النبي، نبي الرحمة في ذلك اليوم. وعلى هذا فينبغي أن يتحرى اليوم بعينه حتى يطابق قصة موسى في يوم عاشوراء ومن لم يلاحظ ذلك لا يبالي بعمل المولد في أي يوم من الشهر، بل توسع قوم فنقلوه إلى يوم من السنة وفيه ما فيه، فهذا ما يتعلق بأصل عمله.
.
Dasar amal maulid memang bid'ah yang tak ternukil dari satupun salafushalih di 3 abad yang pertama, meski demikian, hal itu bisa menuai manfaat dan juga sebaliknya, siapa yang mengisinya dengan amal kebaikan dan menjauhkan keburukan, maka itu bid'ah hasanah, jika tidak demikian, maka bukan, dan telah jelas bagiku dasar dengan dalil kuat yang ada di Shahihain ketika Nabi Shallallahu 'Alaihi Wa Sallam tiba di Madinah, beliau mendapati orang Yahudi berpuasa di hari 'Asyura, beliau bertanya ke mereka, dan merekapun menjawab, "Itulah hari dimana ALLAH menenggelamkan Fir'aun dan menyelamatkan Musa, kamipun berpuasa sebagai wujud rasa syukur kepada ALLAH Ta'ala", Faidah dari kisah ini adalah mengungkapkan syukur kepada ALLAH Ta'ala atas karunia-Nya yang diberikan di hari-hari tertentu saat mendapat keberuntungan besar atau terhindar dari musibah dimana itu dilakukan kala bertepatan pada hari tersebut di setiap tahunya, bersyukur kepada ALLAH dapat diekspresikan dengan beragam bentuk ibadah seperti sujud, puasa, sedekah dan membaca Al-Quran, maka nikmat manalagi yang lebih besar dibanding nikmat atas kelahiran Nabi kita ini, Nabi sekaligus rahmat di hari tersebut. Dan atas dasar inilah maka sepatutnya hal itu dilakukan pada hari yang sama sehingga sejalan dengan kisah Nabi Musa pada hari 'Asyura, tidak demikian pun tak apa-apa jika dia ingin mengadakan maulid pada hari yang lain di sepanjang bulan (Rabi'ul Awwal) tersebut, bahkan sebagian orang justru melakukan pada hari apapun di sepanjang tahun dengan tujuan yang sama di dalamnya, dan itulah dasar pokok bagi kami yang melaksanakanya.
.
[Tuhfatul Muhtaj : Jilid 7, Halaman 424, Hasyiyyah Asy-Syarwani : Jilid 9, Halaman 447, Al-Hawi Lil Fatawi : Jilid 1, Halaman 229]
__
•
Wassalamualaikum
*cctv aswaja*
Komentar
Posting Komentar
Harap berkomentar yang baik