Langsung ke konten utama

ANAK KECIL SUDAH TAMYIZ MEMBAWA AI-QUR'AN


 

LBM MWC NU KEC.SOKO:


* ANAK KECIL SUDAH TAMYIZ MEMBAWA AI-QUR'AN*

Bagaimana hukumnya anak kecil yang sudah tamyiz membawa atau menyentuh al-Qur'an?

*Jawaban:* Menanggapi anak kecil yang telah tamyiz dan berhadats membawa dan menyentuh al-Qur'an untuk tujuan belajar membaca, ulama' terjadi selisih pendapat;

✅ Menurut pendapat al-Ashoh hukumnya boleh membawa dan menyentuhnya sekalipun dia berhadats besar. Sebab mewajibkan anak untuk melanggengi bersuci akan kesulitan dan mengakibatkan dia meninggalkan belajar al-Qur'an. Sedang anak yang telah hafal al-Qur'an juga diperbolehkan membawa dan menyentuhnya jika memang dengan melihat al-Qur'an akan mengakibatkan hafalannya lebih meresap dan kuat.

✅ Menurut pendapat kedua hukumnya haram dan wajib bagi wali atau pengajarnya untuk melarangnya. *Catatan:* Jika anak kecil membawa untuk tujuan beribadah membaca al-Qur'an maka hukum membawa dan menyentuhnya haram.

*Referensi:*

📖 حاشيتا قليوبي وعميرة (١ / ١٥٥)
(وَ) الْأَصَحُّ (أَنَّ الصَّبِيَّ الْمُحْدِثَ لَا يُمْنَعُ) مِنْ مَسِّ الْمُصْحَفِ وَاللَّوْحِ وَحَمْلِهِمَا لِحَاجَةِ تَعَلُّمِهِ مِنْهُمَا وَمَشَقَّةِ اسْتِمْرَارِهِ عَلَى الطَّهَارَةِ. وَالثَّانِي عَلَى الْوَلِيِّ وَالْمُعَلِّمِ مَنْعُهُ مِنْ ذَلِكَ... قَوْلُهُ: (أَنَّ الصَّبِيَّ) أَيْ الْمُمَيِّزَ وَإِلَّا فَيَحْرُمُ تَمْكِينُهُ مِنْهُ لِفَقْدِ تَعَلُّمِهِ وَخَرَجَ بِالصَّبِيِّ الْبَالِغُ وَإِنْ شَقَّ عَلَيْهِ دَوَامُ الطَّهَارَةِ كَمُؤَدِّبِ الْأَطْفَالِ، وَمَا نُقِلَ عَنْ الشَّيْخِ ابْنِ حَجَرٍ مِنْ جَوَازِ الْمَسِّ وَالْحَمْلِ لَهُ مَعَ التَّيَمُّمِ غَيْرُ مُعْتَمَدٍ عِنْدَ شَيْخِنَا.

Menurut qoul ashoh sesungguhnya anak kecil yang berhadats tidak dicegah untuk menyentuh al-Qur'an, papan tulis dan membawanya karena adanya hajat untuk media belajarnya dia dari kedua benda itu serta akan ada sisi berat jika disuruh untuk terus menerus dalam keadaan suci. Pendapat kedua menyatakan bahwa bagi wali dan pengajar harus mencegah hal itu dari mereka. Maksud dari anak kecil tadi adalah anak yang sudah tamyiz jika belum tamyiz maka haram membiarkannya melakukan hal itu sebab tidaklah ada nuansa pembelajaran untuknya. Mesti hal ini juga mengecualikan orang baligh meskipun dengan dia selalu disuruh untuk dalam kondisi suci terasa berat, seperti halnya orang yang mengajarkan tatakrama pada anak-anak kecil. Keterangan yang dinukil dari imam ibnu hajar tentang bolehnya menyentuh dan membawa mushaf baginya dengar tayamum itu tidak bisa dibuat sebagai pegangan menurut guru kita.

📖 نهاية الزين (١ / ٣٢)
وَيسْتَثْنى من ذَلِك الصَّبِي الْمُسلم الْمُمَيز الْمُحدث فَإِنَّهُ لَا يمْنَع من مس مصحفه أَو لوحه وَلَا من حمله مَعَ الْحَدث وَلَو أكبر وَلَو كَانَ حَافِظًا عَن ظهر قلب وفرغت مُدَّة حفظه

Mengecualikan dari hal itu adalah anak kecil yang muslim dan sudah tamyiz namun dalam kondisi hadats maka dia tidak tercegah menyentuh mushaf atau papan yang ada tulisan al-Qur'an dan juga tidak tercegah baginya untuk membawa mushaf dengan kondisi berhadats meski hadats besar dan meskipun dia hafal luar kepala dan masa hafalannya itu sudah selesai.

📖 إعانة الطالبين (١ / ٨٣)
(قوله: ولا يمنع صبي الخ) أي لا يمنعه وليه أو معلمه من حمل ومس نحو مصحف، كلوحه. لأنه يحتاج إلى الدراسة، وتكليفه استصحاب الطهارة أمر تعظم فيه المشقة. كتب ع ش ما نصه: قوله: وإن الصبي المحدث لا يمنع إلخ أي بخلاف تمكينه من الصلاة والطواف ونحوهما مع الحدث. والفرق أن زمن الدرس يطول غالبا، في تكليف الصبيان إدامة الطهارة مشقة تؤدي إلى ترك الحفظ في ذلك، بخلاف الصلاة ونحوها. نعم، نظير المسألة ما إذا قرأ للتعبد لا للدراسة بأن كان حافظا أو كان يتعاطى مقدرا لا يحصل به الحفظ في العادة. وفي الرافعي ما يقتضي التحريم، فتفطن لذلك فإنه مهم. في سم: والوجه أنه لا يمنع من حمله ومسه للقراءة فيه نظرا وإن كان حافظا عن ظهر قلب إذا أفادت القراءة فيه نظرا فائدة ما في مقصوده، كالاستظهار على حفظه وتقويته حتى بعد فراغ مدة حفظه، إذا أثر ذلك في ترشيح حفظه. اه‍

Bagi walinya shobi atau pengajarnya tidak boleh mencegahnya untuk membawa atau menyentuh mushaf seperti papan tulis yang terdapat tulisan mushaf, sebab mereka butuh untuk belajar, sedangkan menuntut mereka untuk selalu dalam kondisi suci merupakan suatu hal yang sangat berat

. Lain halnya mempersilahkan mereka untuk sholat atau thowaf dengan kondisi berhadats. Perbedaanya adalah sesungguhnya masa mereka mempelajari al-Qur'an umumnya lama oleh karena tuntutan bagi mereka untuk selalu suci merupakan sesuatu yang dianggap berat sebab akan bisa menyebabkan mereka enggan belajar al-Qur'an, lain halnya dengan sholat dan sesamanya. Imam ibnu Qoshim al-Ubadi berkata: sisi tidak dilarangnya membawa atau menyentuh mushaf untuk membacanya secara langsung, dan jika dia seorang yang hafal luar kepala maka jika membacanya dengan melihat itu memberikan sebuah faidah seperti memperjelas hafalannya serta menguatkannya sampai sesudah selesainya waktu menghafalnya jika hal itu memberikan imbas dalam meresapnya hafalannya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERBEDAAN AMIL DAN PANITIA ZAKAT

 PERBEDAAN   AMIL DAN PANITIA ZAKAT 1- Amil adalah wakilnya mustahiq. Dan Panitia zakat adalah wakilnya Muzakki. 2- Zakat yang sudah diserahkan pada amil apabila hilang atau rusak (tidak lagi layak di konsumsi), kewajiban zakat atas muzakki gugur. Sementara zakat yang di serahkan pada panitia zakat apabila hilang atau rusak, maka belum menggugurkan kewajiban zakatnya muzakki. - (ﻭﻟﻮ) (ﺩﻓﻊ) اﻟﺰﻛﺎﺓ (ﺇﻟﻰ اﻟﺴﻠﻄﺎﻥ ﻛﻔﺖ اﻟﻨﻴﺔ ﻋﻨﺪﻩ) ﺃﻱ ﻋﻨﺪ اﻟﺪﻓﻊ ﺇﻟﻴﻪ ﻭﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﻨﻮ اﻟﺴﻠﻄﺎﻥ ﻋﻨﺪ اﻟﺪﻓﻊ ﻟﻠﻤﺴﺘﺤﻘﻴﻦ * ﻷﻧﻪ ﻧﺎﺋﺒﻬﻢ ﻓﺎﻟﺪﻓﻊ ﺇﻟﻴﻪ ﻛﺎﻟﺪﻓﻊ ﻟﻬﻢ ﺑﺪﻟﻴﻞ ﺃﻧﻬﺎ ﻟﻮ ﺗﻠﻔﺖ ﻋﻨﺪﻩ اﻟﺰﻛﺎﺓ ﻟﻢ ﻳﺠﺐ ﻋﻠﻰ اﻟﻤﺎﻟﻚ ﺷﻲء ﻭاﻟﺴﺎﻋﻲ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ ﻛاﻟﺴﻠﻄﺎﻥ.* - {نهاية المحتاج جز ٣ ص ١٣٩} - (ﻭﻟﻮ ﺩﻓﻊ ﺇﻟﻰ اﻟﺴﻠﻄﺎﻥ) ﺃﻭ ﻧﺎﺋﺒﻪ ﻛﺎﻟﺴﺎﻋﻲ (ﻛﻔﺖ اﻟﻨﻴﺔ ﻋﻨﺪﻩ) ﺃﻱ ﻋﻨﺪ اﻟﺪﻓﻊ ﺇﻟﻴﻪ ﻭﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﻨﻮ اﻟﺴﻠﻄﺎﻥ ﻋﻨﺪ اﻟﺼﺮﻑ؛ * ﻷﻧﻪ ﻧﺎﺋﺐ اﻟﻤﺴﺘﺤﻘﻴﻦ ﻓﺎﻟﺪﻓﻊ ﺇﻟﻴﻪ ﻛﺎﻟﺪﻓﻊ ﺇﻟﻴﻬﻢ ﻭﻟﻬﺬا ﺃﺟﺰﺃﺕ ﻭﺇﻥ ﺗﻠﻔﺖ ﻋﻨﺪﻩ ﺑﺨﻼﻑ اﻟﻮﻛﻴﻞ* ﻭاﻷﻓﻀﻞ ﻟﻹﻣﺎﻡ ﺃﻥ ﻳﻨﻮﻱ ﻋﻨﺪ اﻟﺘﻔﺮﻗﺔ ﺃﻳﻀﺎ.. - {تحفة المحتاج جز ٣ ص ٣٥٠} 3- Menyerahkan zakat pada amil hukumnya Afdhol (lebih utama) daripada di serahkan sendiri oleh muzakki pada m

DALIL TAHLILAN

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ Masyarakat muslim Indonesia adalah mayoritas penganut madzhab Imam Syafi’i atau biasa disebut sebagai Syafi’iyah (penganut Madzhab Syafi’i). Namun, sebagain lainnya ada yang tidak bermadzhab Syafi’i. Di Indonesia, Tahlilan banyak dilakukan oleh penganut Syafi’iyah walaupun yang lainnya pun ada juga yang melakukannya. Tentunya tahlilan bukan sekedar kegiatan yang tidak memiliki dasar dalam syariat Islam, bahkan kalau ditelusuri dan dikaji secara lebih mendalam secara satu persatu amalan-amalan yang ada dalam tahlilan maka tidak ada yang bertentangan dengan hukum Islam, sebaliknya semuanya merupakan amalah sunnah yang diamalkan secara bersama-sama. Oleh karena itu, ulama seperti walisongo dalam menyebarkan Islam sangatlah bijaksana dan lihai sehingga Islam hadir di Indonesia dengan tanpa anarkis dan frontal, salah satu buahnya sekaligus kelihaian dari para ulama walisongo adalah diperkenalkannya kegiatan tahlilan dengan sangat bijaksana.

MEMBERIKAN ZAKAT FITRAH KEPADA USTADZ

PENGERTIAN FII SABILILLAH MENURUT PERSPEKTIF EMPAT MADZHAB. Sabilillah ( jalan menuju Allah ) itu banyak sekali bentuk dan pengamalannya, yg kesemuanya itu kembali kepada semua bentuk kebaikan atau ketaatan. Syaikh Ibnu Hajar alhaitamie menyebutkan dalam kitab Tuhfatulmuhtaj jilid 7 hal. 187 وسبيل الله وضعاً الطريقة الموصلةُ اليه تعالى (تحفة المحتاج جزء ٧ ص ١٨٧) Sabilillah secara etimologi ialah jalan yang dapat menyampaikan kepada (Allah) SWT فمعنى سبيل الله الطريق الموصل إلى الله وهو يشمل كل طاعة لكن غلب إستعماله عرفا وشرعا فى الجهاد. اه‍ ( حاشية البيجوري ج ١ ص ٥٤٤)  Maka (asal) pengertian Sabilillah itu, adalah jalan yang dapat menyampaikan kepada Allah, dan ia mencakup setiap bentuk keta'atan, tetapi menurut pengertian 'uruf dan syara' lebih sering digunakan untuk makna jihad (berperang). Pengertian fie Sabilillah menurut makna Syar'ie ✒️ Madzhab Syafi'ie Al-imam An-nawawie menyebutkan didalam Kitab Al-majmu' Syarhulmuhaddzab : واحتج أصحابنا بأن المفهوم في ا