Adapun cara mengganti (meng-Qodlo’) Shalat yang bertahun-tahun ditinggalkan sehingga tidak diketahui hitungan dan jumlahnya adalah diperinci sebagaimana berikut :
Ulama’ dari kalangan Madzhab Syafi’i dan Ulama’ dari kalangan Madzhab Hanbali menyatakan bahwa orang yang memiliki tanggungan untuk mengganti (meng-Qodlo’) Shalat yang tidak diketahui hitungan dan jumlahnya, maka wajib bagi orang tersebut untuk mengganti (meng-Qodlo’) Shalat hingga orang tersebut merasa yaqin bahwa dirinya telah terbebas dari tanggungan meng-Qodlo’ Shalat.
Imam Abdurrahman Ibnu Muhammad Ibnu Husain Ibnu ‘Amr Ba’alawi menambahkan dengan mengutip pernyataan Imam Ibnu Hajar dan Imam Syamsuddin Muhammad Ibnu Ahmad Ar Ramli As Shaghir ( ﻡ ﺭ ) yang menyatakan bahwa apabila ragu akan jumlah dari sesuatu yang ditinggalkan, maka wajib untuk meng-Qodlo’ Shalat yang tidak diyakini bahwa Shalat tersebut telah dilakukan (Shalat yang diragukan wajib di Qodlo’). Sedangkan Imam Al Qaffal menegaskan bahwa ia wajib untuk meng-Qodlo’ Shalat yang jelas-jelas telah ditinggalkan (Shalat yang di ragukan tidak wajib di Qodlo’)
Sedangkan menurut Ulama’ dari kalangan Madzhab Maliki dan Hanafi menyatakan bahwa orang yang memiliki tanggungan untuk meng-Qodlo’ Shalat yang tidak diketahui hitungan dan jumlahnya, maka wajib bagi orang tersebut untuk meng-Qodlo’ Shalat hingga orang tersebut memiliki dugaan (tidak harus yakin) bahwa dirinya telah terbebas dari tanggungan meng-Qodlo’ Shalat.
Catatan : Ketika melaksanakan Shalat Qodlo’ tidak diwajibkan untuk menenetukan (Ta’yin) waktu dari Shalat yang ditinggalkan, melainkan cukup dengan menetukan (Ta’yin) Shalat seperti Shalat Dhuhur, Ashar dls.
Referensi :
ﺍﻟﻔﻘﻪ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﺬﺍﻫﺐ ﺍﻷﺭﺑﻌﺔ ج ١ ص ٧٦٣
ﻣﻦ ﻋﻠﻴﻪ ﻓﻮﺍﺋﺖ ﻻ ﻳﺪﺭﻱ ﻋﺪﺩﻫﺎ ﻳﺠﺐ ﻋﻠﻴﻪ ﺃﻥ ﻳﻘﻀﻲ ﺣﺘﻰ ﻳﺘﻴﻘﻦ ﺑﺮﺍﺀﺓ ﺫﻣﺘﻪ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻴﺔ ﻭﺍﻟﺤﻨﺎﺑﻠﺔ ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻟﻤﺎﻟﻜﻴﺔ ﻭﺍﻟﺤﻨﻔﻴﺔ : ﻳﻜﻔﻲ ﺃﻥ ﻳﻐﻠﺐ ﻋﻠﻰ ﻇﻨﻪ ﺑﺮﺍﺀﺓ ﺫﻣﺘﻪ ﻭﻻ ﻳﻠﺰﻡ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻘﻀﺎﺀ ﺗﻌﻴﻴﻦ ﺍﻟﺰﻣﻦ ﺑﻞ ﻳﻜﻔﻲ ﺗﻌﻴﻴﻦ ﺍﻟﻤﻨﻮﻱ ﻛﺎﻟﻈﻬﺮ ﺃﻭ ﺍﻟﻌﺼﺮ ﻣﺜﻼ.
ﺑﻐﻴﺔ ﺍﻟﻤﺴﺘﺮﺷﺪﻳﻦ ﻓﻲ ﺗﻠﺨﻴﺺ ﻓﺘﺎﻭﻯ ﺑﻌﺾ ﺍﻷﺋﻤﺔ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ﺍﻟﻤﺘﺄﺧﺮﻳﻦ ج ١ ص ٧١ .
ﻣﺴﺄﻟﺔ : ﻙ : ﺷﻚ ﻓﻲ ﻗﺪﺭ ﻓﻮﺍﺋﺖ ﻋﻠﻴﻪ ﻟﺰﻣﻪ ﺍﻹﺗﻴﺎﻥ ﺑﻜﻞ ﻣﺎ ﻟﻢ ﻳﺘﻴﻘﻦ ﻓﻌﻠﻪ ﻛﻤﺎ ﻗﺎﻟﻪ ﺍﺑﻦ ﺣﺠﺮ ﻭ ( ﻡ ﺭ ) : ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻟﻘﻔﺎﻝ : ﻳﻘﻀﻲ ﻣﺎ ﺗﺤﻘﻖ ﺗﺮﻛﻪ ، ﻭﺍﻟﺼﻮﻡ ﻛﺎﻟﺼﻼﺓ ، ﻭﻟﻮ ﺷﻚ ﻓﻴﻤﺎ ﻓﺎﺗﻪ ﻣﻨﻬﻤﺎ ﻫﻞ ﻛﺎﻥ ﻗﺒﻞ ﺍﻟﺒﻠﻮﻍ ﺃﻭ ﺑﻌﺪﻩ ؟ ﻟﻢ ﻳﻠﺰﻣﻪ ﺷﻲﺀ ، ﻭﺍﻟﻀﺎﺑﻂ ﺃﻧﻪ ﻣﺘﻰ ﻟﺰﻣﻪ ﺷﻲﺀ ﻭﺷﻚ ﻫﻞ ﺃﺗﻰ ﺑﻪ ﺃﻡ ﻻ ؟ ﻟﺰﻣﻪ ﻟﺘﻴﻘﻦ ﺷﻐﻞ ﺍﻟﺬﻣﺔ ، ﻭﺇﻥ ﺷﻚ ﻫﻞ ﻟﺰﻣﻪ ﺃﻡ ﻻ ؟ ﻟﻢ ﻳﻠﺰﻣﻪ ﺇﺫ ﺍﻷﺻﻞ ﺑﺮﺍﺀﺗﻪ ﻣﻨﻪ .
ﺍﻟﻤﺠﻤﻮﻉ ﺷﺮﺡ ﺍﻟﻤﻬﺬﺏ ج ٣ ص ٧٧
ﻭﻟﻮﻛﺎﻥ ﻋﻠﻴﻪ ﻓﻮﺍﺋﺖ ﻻ ﻳﻌﺮﻑ ﻋﺪﺩﻫﺎ ﻭﻳﻌﻠﻢ ﺍﻟﻤﺪﺓ ﺍﻟﺘﻲ ﻓﺎﺗﻪ ﻓﻴﻬﺎ ﺑﺄﻥ ﻗﺎﻟﺖ ﺗﺮﻛﺖ ﺻﻠﻮﺍﺕ ﻣﻦ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺸﻬﺮ ﻭﻻ ﺃﻋﻠﻢ ﻗﺪﺭﻫﺎ ﻓﻮﺟﻬﺎﻥ ﺣﻜﺎﻫﻤﺎ ﺻﺎﺣﺒﺎ ﺍﻟﺘﺘﻤﺔ ﻭﺍﻟﺒﻴﺎﻥ ﻭﺍﻟﺸﺎﺷﻲ ( ﺃﺣﺪﻫﻤﺎ ) ﻭﻫﻮ ﻗﻮﻝ ﺍﻟﻘﻔﺎﻝ ﻳﻘﺎﻝ ﻟﻪ ﻛﻢ ﺗﺘﺤﻘﻖ ﺃﻧﻚ ﺗﺮﻛﺖ ﻓﺈﻥ ﻗﺎﻝ ﻋﺸﺮ ﺻﻠﻮﺍﺕ ﻭﺃﺷﻚ ﻓﻰ ﺍﻟﺰﻳﺎﺩﺓ ﻟﺰﻣﻪ ﺍﻟﻌﺮﺵ ﺩﻭﻥ ﺍﻟﺰﻳﺎﺩﺓ ( ﻭﺍﻟﺜﺎﻧﻲ ) ﻭﻫﻮ ﻗﻮﻝ ﺍﻟﻘﺎﺿﻲ ﺣﺴﻴﻦ ﻳﻘﺎﻝ ﻟﻪ ﻛﻢ ﺗﺘﺤﻘﻖ ﺃﻧﻚ ﺻﻠﻴﺖ ﻓﻰ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺸﻬﺮ ﻓﺈﺫﺍ ﻗﺎﻝ ﻛﺬﺍ ﻭﻛﺬﺍ ﺍﻟﺰﻣﻨﺎﻩ ﻗﻀﺎﺀ ﻣﺎ ﺯﺍﺩ ﻷﻥ ﺍﻷﺻﻞ ﺷﻐﻞ ﺫﻣﺘﻪ ﻓﻼ ﻳﺴﺘﻘﻂ ﺇﻻ ﻣﺎ ﺗﺤﻘﻘﻪ – ﺇﻟﻰ ﺃﻥ ﻗﺎﻝ – ﻓﻌﻠﻰ ﻗﻴﺎﺱ ﺍﻷﻭﻝ ﻳﻠﺰﻣﻪ ﻗﻀﺎﺀ ﻣﺎ ﺗﺤﻘﻖ ﺗﺮﻛﻪ ﻓﺤﺴﺐ ﻭﻋﻠﻰ ﺍﻟﺜﺎﻧﻲ ﻳﻠﺰﻣﻪ ﻣﺎ ﺯﺍﺩ ﻋﻠﻰ ﻣﺎ ﺗﺤﻘﻖ ﻓﻌﻠﻪ ﻗﻠﺖ ﻗﻮﻝ ﺍﻟﻘﺎﺿﻲ ﺣﺴﻴﻦ ﺃﺻﺢ ﻭﺍﻟﺬﻱ ﻳﻨﺒﻐﻲ ﺃﻥ ﻳﺨﺘﺎﺭ ﻭﺟﻪ ﺛﺎﻟﺚ ﻭﻫﻮ ﺃﻧﻪ ﺃﻥ ﻛﺎﻥ ﻋﺎﺩﺗﻪ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻭﻳﻨﺪﺭ ﺗﺮﻛﻪ ﻟﻢ ﻳﻠﺰﻣﻪ ﺇﻻ ﻣﺎ ﺗﻴﻘﻦ ﺗﺮﻛﻪ ﻛﻤﺎ ﻟﻮ ﺷﻚ ﺑﻌﺪ ﺍﻟﺴﻼﻡ ﻓﻰ ﺗﺮﻙ ﺭﻛﻦ ﻓﺈﻥ ﺍﻟﻤﺬﻫﺐ ﺃﻧﻪ ﻻ ﻳﻠﺰﻣﻪ ﺷﻲﺀ ﻷﻥ ﺍﻟﻈﺎﻫﺮ ﻣﻀﻴﻬﺎ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺼﺤﺔ ﻭﺍﻥ ﻛﺎﻥ ﻳﺼﻠﻲ ﻓﻰ ﻭﻗﺖ ﻭﻳﺘﺮﻙ ﻓﻰ ﻭﻗﺖ ﻭﻟﻢ ﺗﻐﻠﺐ ﻣﻨﻪ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻟﺰﻣﻪ ﻗﻀﺎﺀ ﻣﺎ ﺗﻴﻘﻦ ﻓﻌﻠﻪ ﻷﻥ ﺍﻷﺻﻞ ﺑﻘﺎﺅﻩ ﻓﻰ ﺫﻣﺘﻪ ﻭﻟﻢ ﻳﻌﺎﺭﺿﻪ ﻇﺎﻫﺮ ﻭﺍﻟﻠﻪ ﺃﻋﻠﻢ .
ﺍﻟﻤﻮﺳﻮﻋﺔ ﺍﻟﻔﻘﻬﻴﺔ ﺍﻟﻜﻮﻳﺘﻴﺔ ج ١٦ ص ٢٠٤
ﺫَﻫَﺐَ ﺟُﻤْﻬُﻮﺭُ ﺍﻟْﻔُﻘَﻬَﺎﺀِ ﺇِﻟَﻰ ﺃَﻥَّ ﻣَﻦْ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻓَﻮَﺍﺋِﺖُ ﻻَ ﻳَﺪْﺭِﻱ ﻋَﺪَﺩَﻫَﺎ ﻭَﺗَﺮَﻛَﻬَﺎ ﻟِﻌُﺬْﺭٍ ﻭَﺟَﺐَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺃﻥْ ﻳَﻘْﻀِﻲَ ﺣَﺘَّﻰ ﻳَﺘَﻴَﻘَّﻦَ ﺑَﺮَﺍﺀَﺓَ ﺫِﻣَّﺘِﻪِ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻔُﺮُﻭﺽِ .
Ulama’ dari kalangan Madzhab Syafi’i dan Ulama’ dari kalangan Madzhab Hanbali menyatakan bahwa orang yang memiliki tanggungan untuk mengganti (meng-Qodlo’) Shalat yang tidak diketahui hitungan dan jumlahnya, maka wajib bagi orang tersebut untuk mengganti (meng-Qodlo’) Shalat hingga orang tersebut merasa yaqin bahwa dirinya telah terbebas dari tanggungan meng-Qodlo’ Shalat.
Imam Abdurrahman Ibnu Muhammad Ibnu Husain Ibnu ‘Amr Ba’alawi menambahkan dengan mengutip pernyataan Imam Ibnu Hajar dan Imam Syamsuddin Muhammad Ibnu Ahmad Ar Ramli As Shaghir ( ﻡ ﺭ ) yang menyatakan bahwa apabila ragu akan jumlah dari sesuatu yang ditinggalkan, maka wajib untuk meng-Qodlo’ Shalat yang tidak diyakini bahwa Shalat tersebut telah dilakukan (Shalat yang diragukan wajib di Qodlo’). Sedangkan Imam Al Qaffal menegaskan bahwa ia wajib untuk meng-Qodlo’ Shalat yang jelas-jelas telah ditinggalkan (Shalat yang di ragukan tidak wajib di Qodlo’)
Sedangkan menurut Ulama’ dari kalangan Madzhab Maliki dan Hanafi menyatakan bahwa orang yang memiliki tanggungan untuk meng-Qodlo’ Shalat yang tidak diketahui hitungan dan jumlahnya, maka wajib bagi orang tersebut untuk meng-Qodlo’ Shalat hingga orang tersebut memiliki dugaan (tidak harus yakin) bahwa dirinya telah terbebas dari tanggungan meng-Qodlo’ Shalat.
Catatan : Ketika melaksanakan Shalat Qodlo’ tidak diwajibkan untuk menenetukan (Ta’yin) waktu dari Shalat yang ditinggalkan, melainkan cukup dengan menetukan (Ta’yin) Shalat seperti Shalat Dhuhur, Ashar dls.
Referensi :
ﺍﻟﻔﻘﻪ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﺬﺍﻫﺐ ﺍﻷﺭﺑﻌﺔ ج ١ ص ٧٦٣
ﻣﻦ ﻋﻠﻴﻪ ﻓﻮﺍﺋﺖ ﻻ ﻳﺪﺭﻱ ﻋﺪﺩﻫﺎ ﻳﺠﺐ ﻋﻠﻴﻪ ﺃﻥ ﻳﻘﻀﻲ ﺣﺘﻰ ﻳﺘﻴﻘﻦ ﺑﺮﺍﺀﺓ ﺫﻣﺘﻪ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻴﺔ ﻭﺍﻟﺤﻨﺎﺑﻠﺔ ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻟﻤﺎﻟﻜﻴﺔ ﻭﺍﻟﺤﻨﻔﻴﺔ : ﻳﻜﻔﻲ ﺃﻥ ﻳﻐﻠﺐ ﻋﻠﻰ ﻇﻨﻪ ﺑﺮﺍﺀﺓ ﺫﻣﺘﻪ ﻭﻻ ﻳﻠﺰﻡ ﻋﻨﺪ ﺍﻟﻘﻀﺎﺀ ﺗﻌﻴﻴﻦ ﺍﻟﺰﻣﻦ ﺑﻞ ﻳﻜﻔﻲ ﺗﻌﻴﻴﻦ ﺍﻟﻤﻨﻮﻱ ﻛﺎﻟﻈﻬﺮ ﺃﻭ ﺍﻟﻌﺼﺮ ﻣﺜﻼ.
ﺑﻐﻴﺔ ﺍﻟﻤﺴﺘﺮﺷﺪﻳﻦ ﻓﻲ ﺗﻠﺨﻴﺺ ﻓﺘﺎﻭﻯ ﺑﻌﺾ ﺍﻷﺋﻤﺔ ﻣﻦ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ﺍﻟﻤﺘﺄﺧﺮﻳﻦ ج ١ ص ٧١ .
ﻣﺴﺄﻟﺔ : ﻙ : ﺷﻚ ﻓﻲ ﻗﺪﺭ ﻓﻮﺍﺋﺖ ﻋﻠﻴﻪ ﻟﺰﻣﻪ ﺍﻹﺗﻴﺎﻥ ﺑﻜﻞ ﻣﺎ ﻟﻢ ﻳﺘﻴﻘﻦ ﻓﻌﻠﻪ ﻛﻤﺎ ﻗﺎﻟﻪ ﺍﺑﻦ ﺣﺠﺮ ﻭ ( ﻡ ﺭ ) : ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻟﻘﻔﺎﻝ : ﻳﻘﻀﻲ ﻣﺎ ﺗﺤﻘﻖ ﺗﺮﻛﻪ ، ﻭﺍﻟﺼﻮﻡ ﻛﺎﻟﺼﻼﺓ ، ﻭﻟﻮ ﺷﻚ ﻓﻴﻤﺎ ﻓﺎﺗﻪ ﻣﻨﻬﻤﺎ ﻫﻞ ﻛﺎﻥ ﻗﺒﻞ ﺍﻟﺒﻠﻮﻍ ﺃﻭ ﺑﻌﺪﻩ ؟ ﻟﻢ ﻳﻠﺰﻣﻪ ﺷﻲﺀ ، ﻭﺍﻟﻀﺎﺑﻂ ﺃﻧﻪ ﻣﺘﻰ ﻟﺰﻣﻪ ﺷﻲﺀ ﻭﺷﻚ ﻫﻞ ﺃﺗﻰ ﺑﻪ ﺃﻡ ﻻ ؟ ﻟﺰﻣﻪ ﻟﺘﻴﻘﻦ ﺷﻐﻞ ﺍﻟﺬﻣﺔ ، ﻭﺇﻥ ﺷﻚ ﻫﻞ ﻟﺰﻣﻪ ﺃﻡ ﻻ ؟ ﻟﻢ ﻳﻠﺰﻣﻪ ﺇﺫ ﺍﻷﺻﻞ ﺑﺮﺍﺀﺗﻪ ﻣﻨﻪ .
ﺍﻟﻤﺠﻤﻮﻉ ﺷﺮﺡ ﺍﻟﻤﻬﺬﺏ ج ٣ ص ٧٧
ﻭﻟﻮﻛﺎﻥ ﻋﻠﻴﻪ ﻓﻮﺍﺋﺖ ﻻ ﻳﻌﺮﻑ ﻋﺪﺩﻫﺎ ﻭﻳﻌﻠﻢ ﺍﻟﻤﺪﺓ ﺍﻟﺘﻲ ﻓﺎﺗﻪ ﻓﻴﻬﺎ ﺑﺄﻥ ﻗﺎﻟﺖ ﺗﺮﻛﺖ ﺻﻠﻮﺍﺕ ﻣﻦ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺸﻬﺮ ﻭﻻ ﺃﻋﻠﻢ ﻗﺪﺭﻫﺎ ﻓﻮﺟﻬﺎﻥ ﺣﻜﺎﻫﻤﺎ ﺻﺎﺣﺒﺎ ﺍﻟﺘﺘﻤﺔ ﻭﺍﻟﺒﻴﺎﻥ ﻭﺍﻟﺸﺎﺷﻲ ( ﺃﺣﺪﻫﻤﺎ ) ﻭﻫﻮ ﻗﻮﻝ ﺍﻟﻘﻔﺎﻝ ﻳﻘﺎﻝ ﻟﻪ ﻛﻢ ﺗﺘﺤﻘﻖ ﺃﻧﻚ ﺗﺮﻛﺖ ﻓﺈﻥ ﻗﺎﻝ ﻋﺸﺮ ﺻﻠﻮﺍﺕ ﻭﺃﺷﻚ ﻓﻰ ﺍﻟﺰﻳﺎﺩﺓ ﻟﺰﻣﻪ ﺍﻟﻌﺮﺵ ﺩﻭﻥ ﺍﻟﺰﻳﺎﺩﺓ ( ﻭﺍﻟﺜﺎﻧﻲ ) ﻭﻫﻮ ﻗﻮﻝ ﺍﻟﻘﺎﺿﻲ ﺣﺴﻴﻦ ﻳﻘﺎﻝ ﻟﻪ ﻛﻢ ﺗﺘﺤﻘﻖ ﺃﻧﻚ ﺻﻠﻴﺖ ﻓﻰ ﻫﺬﺍ ﺍﻟﺸﻬﺮ ﻓﺈﺫﺍ ﻗﺎﻝ ﻛﺬﺍ ﻭﻛﺬﺍ ﺍﻟﺰﻣﻨﺎﻩ ﻗﻀﺎﺀ ﻣﺎ ﺯﺍﺩ ﻷﻥ ﺍﻷﺻﻞ ﺷﻐﻞ ﺫﻣﺘﻪ ﻓﻼ ﻳﺴﺘﻘﻂ ﺇﻻ ﻣﺎ ﺗﺤﻘﻘﻪ – ﺇﻟﻰ ﺃﻥ ﻗﺎﻝ – ﻓﻌﻠﻰ ﻗﻴﺎﺱ ﺍﻷﻭﻝ ﻳﻠﺰﻣﻪ ﻗﻀﺎﺀ ﻣﺎ ﺗﺤﻘﻖ ﺗﺮﻛﻪ ﻓﺤﺴﺐ ﻭﻋﻠﻰ ﺍﻟﺜﺎﻧﻲ ﻳﻠﺰﻣﻪ ﻣﺎ ﺯﺍﺩ ﻋﻠﻰ ﻣﺎ ﺗﺤﻘﻖ ﻓﻌﻠﻪ ﻗﻠﺖ ﻗﻮﻝ ﺍﻟﻘﺎﺿﻲ ﺣﺴﻴﻦ ﺃﺻﺢ ﻭﺍﻟﺬﻱ ﻳﻨﺒﻐﻲ ﺃﻥ ﻳﺨﺘﺎﺭ ﻭﺟﻪ ﺛﺎﻟﺚ ﻭﻫﻮ ﺃﻧﻪ ﺃﻥ ﻛﺎﻥ ﻋﺎﺩﺗﻪ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻭﻳﻨﺪﺭ ﺗﺮﻛﻪ ﻟﻢ ﻳﻠﺰﻣﻪ ﺇﻻ ﻣﺎ ﺗﻴﻘﻦ ﺗﺮﻛﻪ ﻛﻤﺎ ﻟﻮ ﺷﻚ ﺑﻌﺪ ﺍﻟﺴﻼﻡ ﻓﻰ ﺗﺮﻙ ﺭﻛﻦ ﻓﺈﻥ ﺍﻟﻤﺬﻫﺐ ﺃﻧﻪ ﻻ ﻳﻠﺰﻣﻪ ﺷﻲﺀ ﻷﻥ ﺍﻟﻈﺎﻫﺮ ﻣﻀﻴﻬﺎ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﺼﺤﺔ ﻭﺍﻥ ﻛﺎﻥ ﻳﺼﻠﻲ ﻓﻰ ﻭﻗﺖ ﻭﻳﺘﺮﻙ ﻓﻰ ﻭﻗﺖ ﻭﻟﻢ ﺗﻐﻠﺐ ﻣﻨﻪ ﺍﻟﺼﻼﺓ ﻟﺰﻣﻪ ﻗﻀﺎﺀ ﻣﺎ ﺗﻴﻘﻦ ﻓﻌﻠﻪ ﻷﻥ ﺍﻷﺻﻞ ﺑﻘﺎﺅﻩ ﻓﻰ ﺫﻣﺘﻪ ﻭﻟﻢ ﻳﻌﺎﺭﺿﻪ ﻇﺎﻫﺮ ﻭﺍﻟﻠﻪ ﺃﻋﻠﻢ .
ﺍﻟﻤﻮﺳﻮﻋﺔ ﺍﻟﻔﻘﻬﻴﺔ ﺍﻟﻜﻮﻳﺘﻴﺔ ج ١٦ ص ٢٠٤
ﺫَﻫَﺐَ ﺟُﻤْﻬُﻮﺭُ ﺍﻟْﻔُﻘَﻬَﺎﺀِ ﺇِﻟَﻰ ﺃَﻥَّ ﻣَﻦْ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﻓَﻮَﺍﺋِﺖُ ﻻَ ﻳَﺪْﺭِﻱ ﻋَﺪَﺩَﻫَﺎ ﻭَﺗَﺮَﻛَﻬَﺎ ﻟِﻌُﺬْﺭٍ ﻭَﺟَﺐَ ﻋَﻠَﻴْﻪِ ﺃﻥْ ﻳَﻘْﻀِﻲَ ﺣَﺘَّﻰ ﻳَﺘَﻴَﻘَّﻦَ ﺑَﺮَﺍﺀَﺓَ ﺫِﻣَّﺘِﻪِ ﻣِﻦَ ﺍﻟْﻔُﺮُﻭﺽِ .
Komentar
Posting Komentar
Harap berkomentar yang baik