Permasalahan
Bagaimana hukumnya cangkok mata? Transplantasi kornea atau
cangkok mata ialah mengganti selaput mata seseorang dengan selaput mata orang
lain, atau kalau mungkin dengan selaput mata binatang. Jadi yang diganti hanya
selaputnya saja bukan bola mata seluruhnya. Adapun untuk mendapatkan kornea /
selaput mata ialah dengan cara mengambil bola mata seluruhnya dari orang yang
sudah mati. Bola mata itu kemudian dirawat baik-baik dan mempunyai kekuatan
paling lama 72 jam (tiga hari tiga malam). Sangat tipis sekali dapat dihasilkan
cangkok kornea dari binatang.
Jawaban
Hukumnya ada dua pendapat:
-
Haram, walaupun mayat itu tidak terhormat seperti mayitnya orang murtad. Demikian pula haram menyambung anggota manusia dengan anggota manusia lain, bahaya buta itu tidak sampai melebihi bahayanya merusak kehormatan mayit.
Dasar Pengambilan Dalil
Ahkamul Fuqoha, III: 58
مسألة: ماقولكم فى إفتاء مفتى ديار المصرية بجواز أخد حداقة الميت
لوصلها إلى عين الأعمى. هل هو صحيح أولا ؟ قرر المؤتمر بأن ذلك الإفتاء غير صحيح ،
بل يحرم أخد حداقة الميت ولو غير محترم كمرتد وحربى. ويحرم وصله بأجزاء الآدمى لأن
ضرر العمى لايزيد على مفسدة إنتهاك حرمات الميت كما فى حاشية الرشيدى على ابن
العماد. صحيفة 26 وعبارته: أماالآدمى فوجوده حنئيد كالعدم كما قال الحلبى على
المنهج، ولوغير محترم كمرتد وحربى فيحرم الوصل به ويجب نزعه. انتهى. ولقول صلى الله
عليه وسلم: كسر عظم الميت ككسره حيا ( رواه أحمد فى المسند وأبو داود وابن ماجه)
وعن عائشة "كسر عظم الميت ككسر عظم الحى فى الإثم (رواه ابن ماجه عن أم سلمة) حديث
حسن.
Hasiah Ar-Rosidi ‘ala ibni ‘imad, hal, 26
-
Boleh, disamakan dengan diperbolehkannya menambal dengan tulang manusia, asalkan memenuhi 4 syarat:
-
Karena dibutuhkan
-
Tidak ditemukan selain dari anggota tubuh manusia
-
Mata yang diambil harus dari mayit muhaddaroddam (halal darahnya)
-
Antara yang diambil dan yang menerima harus ada persamaan agama
-
Dasar Pengambilan Dalil
Fathul Jawad 26
وبقى مالم يوجد صالح غيره فيحتمل جواز الجبر بعظم الآدمى الميت
كمايجوز للمضطر أكل الميت وإن لم يخش إلا مبيح التيمم. وجزم المدابغى بالجواز، حيث
قال: فان لم يصلح إلاعظم الآدمى قدم نحو الحربى كالمرتد ثم الذمى ثم
المسلم.
Dan masih ada, bila sudah tidak dijumpai yang baik boleh
menambali (cangkok) dengan tulang orang yang sudah mati. Seperti halnya boleh
memakan bangkai orang yang sudah mati meski tidak khawatir sampai batas
diperbolehkannya tayamum. Dan Imam Al-Madabighi yakin dengan hukum boleh, dia
menyatakan jika tidak ada yang bagus (untuk menambal) kecuali tulang orang, maka
dahulukanlah orang kafir harbi, orang murtad, lalu kafir dzimy, kemudian orang
islam.
Al-mahali
وله أى للمضطر أكل أدمى ميت لأن حرمة الحى أعظم من حرمة
الميت
Jika terpaksa dan yang ditemukan hanya bangkai orang mati,
maka boleh memakannya, karena kehormatan orang yang masih hidup masih dikuatkan
dari pada kehormatan orang yang sudah mati.
Bijaeromi iqna, IV: 272 (belum ditulis)
والأوجه كماهو ظاهر كلامهم عدم النظر إلى أفضلية الميت مع
إتحادهما إسلاما وعصمة.
Menurut yang aujah, seperti penjelasan ahli fiqih tidak
memandang pada istemewanya seorang mayit jika sama-sama islam dan
terjaga.
Mughni Muhtaj, IV: 307
( وَلَهُ ) أَيْ الْمُضْطَرِّ ( أَكْلُ آدَمِيٍّ مَيِّتٍ ) إذَا
لَمْ يَجِدْ مَيْتَةً غَيْرَهُ كَمَا قَيَّدَاهُ فِي الشَّرْحِ وَالرَّوْضَةِ ؛
لِأَنَّ حُرْمَةَ الْحَيِّ أَعْظَمُ مِنْ حُرْمَةِ الْمَيِّتِ.
Boleh bagi orang yang terpaksa makan bangkai orang ketika
tidak di temukan lainnya, seperti alasan dalam kitab syarah dan kitab raudloh,
karena kehormatan orang hidup lebih diutamakan dari pada orang mati.
Al-Muhadzab, I: 251
وان اضطر ووجد آدميا ميتا جاز أكله لان حرمة الحى آكد من حرمة
الميت.
Jika terpaksa dan yang di temukan hanya bangkai orang mati
maka boleh memakannya, karena kehormatan orang yang masih hidup lebih di kuatkan
dari pada orang yang sudah mati.
Al-qolyubi, I: 182
( وَلَوْ وَصَلَ عَظْمَهُ ) لِانْكِسَارِهِ وَاحْتِيَاجِهِ إلَى
الْوَصْلِ ( بِنَجَسٍ ) مِنْ الْعَظْمِ ( لِفَقْدِ الطَّاهِرِ ) الصَّالِحِ
لِلْوَصْلِ ( فَمَعْذُورٌ ) فِي ذَلِكَ
Jika menyambung tulangnya karena pecah dan ia memerlukan
sembungan dengan tulang najis karena daftar orang-orang yang menyatakan dirinya
rela di ambil bola mata nya sesudah mati untuk kepentingan manusia.
Bujairimi ala- alwahab, I: 239
----
Permasalahan
Bagaimana hukumnya Bank Mata? Bank mata adalah semacam badan
atau yayasan yang tugasnya antara mencari dan mengumpulkan daftar orang-orang
yang menyatakan dirinya rela di ambil bola matanya sesudah mati untuk
kepentingan manusia.
Jawaban
Hukumnya Bank Mata adalah sama hukumnya pencangkokan, sebagaimana keterangan dan
penjelasan sebelumnya. Hal ini sesuai dengan qoidah ushul fiqih yang
berbunyi:
للوسائل حكم المقاصد
Komentar
Posting Komentar
Harap berkomentar yang baik