ALAM KUBUR
1. Ziarah ke Makam Rasulullah Saw
Pertanyaan:
Selama saya berada
di tanah suci melakukan Ibadah haji, kerap sekali saya mendengarkan pengajian
di sekitar Masjidil Haram yang isinya menjelaskan bahwa hadis tentang ziarah ke
makam Rasulullah Saw adalah hadis yang sangat lemah, bahkan ada yang mengatakan
maudlu' (hadis palsu). Benarkah hal tersebut? H Sholihin, Sby.
Jawaban:
Ziarah ke makam
Rasulullah adalah bagian dari pendekatan diri kepada Allah yang terpenting dan
perintah yang paling utama (al Adzkar an-Nawawiyah I/204). Hal ini berdasarkan
beberapa riwayat hadis.
Terkait riwayat
tersebut dlaif, maka Al-Dzahabi berkata:
قَالَ الذَّهَبِي طُرُقُهُ
كُلُّهَا لَيِّنَةُ يُقَوِّي بَعْضُهَا بَعْضًا ِلأَنَّ مَا فِي رُوَّاتِهَا
مُتَّهَمٌ بِالْكِذْبِ قَالَ وَمِنْ أَجْوَدِهَا إِسْنَادًا حَدِيْثُ حَاطِبٍ مَنْ
زَارَنِي بَعْدَ مَوْتِي فَكَأَنَّمَا زَارَنِي فِي حَيَاتِي أَخْرَجَهُ ابْنُ
عَسَاكِرَ وَغَيْرُهُ (الدرر المنتثرة في الأحاديث المشتهرة للحافظ جلال الدين
السيوطي 1 / 19)
"Semua jalur riwayatnya (ziarah ke
makam Nabi) lemah, tapi sebagian menguatkan riwayat yang lain, karena diantara
perawinya ada yang dituduh berdusta." Al-Dzahabi berkata: "Diantara
yang paling baik sanadnya adalah hadis riwayat Hatib: "Barangsiapa
berziarah kepadaku setelah aku wafat, maka sama seperti ziarah ketika aku hidup",
diriwayatkan oleh Ibnu 'Asakir dan lainnya" (al-Suyuthi dalam kitab al-Durar
al-Muntatsirah I/19)
Al-Hafidz Ibnu Hajar berkata:
(فَائِدَةٌ) طُرُقُ هَذَا الْحَدِيْثِ كُلُّهَا ضَعِيْفَةٌ لَكِنْ
صَحَّحَهُ مِنْ حَدِيْثِ ابْنِ عُمَرَ أَبُوْ عَلِيِّ بْنِ السَّكَنِ فِي
إِيْرَادِهِ إِيَّاهُ فِي أَثْنَاءِ السُّنَنِ الصِّحَاحِ لَهُ وَعَبْدُ الْحَقِّ
فِي اْلأَحْكَامِ فِي سُكُوْتِهِ عَنْهُ وَالشَّيْخُ تَقِيُّ الدِّيْنِ السُّبْكِي
مِنَ الْمُتَأَخِّرِيْنَ بِاعْتِبَارِ مَجْمُوْعِ الطُّرُقِ وَأَصَحُّ مَا وَرَدَ
فِي ذَلِكَ مَا رَوَاهُ أَحْمَدُ (10827) وَأَبُوْ دَاوُدَ (2041) مِنْ طَرِيْقِ
أَبِي صَخْرٍ حُمَيْدِ بْنِ زِيَادٍ عَنْ يَزِيْدَ بْنِ عَبْدِ اللهِ بْنِ
قُسَيْطٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ مَرْفُوْعًا مَا مِنْ أَحَدٍ يُسَلِّمُ عَلَيَّ
إِلاَّ رَدَّ اللهُ عَلَيَّ رُوْحِي حَتَّى أّرُدَّ عَلَيْهِ السَّلاَمَ وَبِهَذَا
الْحَدِيْثِ صَدَرَ الْبَيْهَقِي اْلبَابَ (تلخيص الحبير في تخريج أحاديث
الرافعي الكبير للحافظ ابن حجر 2 / 570)
"Semua jalur riwayat ini adalah dlaif,
tetapi hadis riwayat Ibnu Umar disahihkan oleh Ibnu al-Sakan karena ia
mencantumkannya dalam kitab karyanya yaitu al-Sunan al-Shihah, juga disahihkan
oleh Abdulhaqq dalam kitabnya al-Ahkam dan ia tidak memberi komentar, juga oleh
Syaikh Taqiyuddin al-Subki dari ulama akhir dengan metode akumulasi seluruh
riwayat. Hadis yang paling sahih terkait ziarah ke makam Rasulullah Saw adalah
riwayat Ahmad (10827) dan Abu Dawud (2041) dari Abu Hurairah secara marfu':
Tidak seorangpun yang mengucap salam kepadaku kecuali Allah mengembalikan ruh
kepadaku hingga aku menjawab salam kepadanya. Dengan hadis inilah al-Baihaqi
(dalam kitab al-Sunan al-Kubra No 0569) mendahulukan bab tentang ziarah ke
makam Rasulullah" (al-Hafidz Ibnu
Hajar dalam al-Talkhish al-Habir II/470)
Sedangkan tuduhan palsu oleh Ibnu Taimiyah, maka dibantah
oleh al-Hafidz Ibnu Hajar:
قَالَ أَعْنِي ابْنَ حَجَرٍ
وَبِالْجُمْلَةِ فَقَوْلُ ابْنِ تَيْمِيَّةَ "مَوْضُوْعٌ" غَيْرُ
صَوَابٍ (فيض القدير شرح الجامع الصغير للمناوي 6 / 181)
"Secara global perkataan Ibnu
Taimiyah: 'Hadis ini palsu', adalah tidak benar" (al-Munawi dalam Faidl al-Qadir
VI/181)
Dengan demikian, tidaklah benar jika ada yang mengatakan
bahwa keseluruhan hadis-hadis tentang anjuran ziarah ke makam Rasulullah Saw
adalah dlaif atau dituduh maudlu' (hadis palsu)
============================================
2. Ziarah Ke Makam Para Wali (Wisata Religi)
Pertanyaan:
Bagaimanakah hukum ziarah ke makam para
wali seperti ke makam walisongo? Sebab saya pernah mendengar bahwa hukumnya
adalah haram, karena Rasulullah saja tidak pernah melakukan ziarah ke makam
Nabi Ibrahim, Nabi Ismail dan sebagainya. Atas jawabannya saya ucapkan
terimakasih. Bpk Burhan, Sby.
Jawaban:
Terimakasih atas
pertanyaannya. Berdasarkan hadis-hadis sahih ziarah kubur adalah sunah. Jika
ziarah kubur sunah, maka melakukan perjalanan untuk ziarah kubur juga sudah
pasti sunah (Syaikh Ali as Sumhudi dalam Khulashat al Wafa I/46). Bahkan
Rasulullah Saw setelah di Madinah secara rutin setiap tahun ziarah ke makam
syuhada yang gugur saat perang Uhud di Makkah:
كَانَ النَّبِيُّ صلى الله
تعالى عليه يَأْتِي قُبُوْرَ الشُّهَدَاءِ عِنْدَ رَأْسِ الْحَوْلِ فَيَقُوْلُ
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ بِمَا صَبَرْتُمْ فَنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ قَالَ وَكَانَ
أَبُوْ بَكْرٍ وَعُمَرُ وَعُثْمَانُ يَفْعَلُوْنَ ذَلِكَ (مصنف عبد الرزاق 6716
ودلائل النبوة للبيهقى 3 / 306)
"Diriwayatkan dari Muhammad bin
Ibrahim al-Taimi, ia berkata: Rasulullah Saw mendatangi kuburan Syuhada tiap
awal tahun dan beliau bersabda: Salam damai bagi kalian dengan kesabaran
kalian. Maka alangkah baiknya tempat kesudahan itu (al-Ra'd 24). Abu Bakar,
Umar dan Utsman juga melakukan hal yang sama" (HR Abdurrazzaq dalam al-Mushannaf No 6716 dan
al-Baihaqi dalam Dalail al-Nubuwah III/306)
Tidak dipungkiri
memang ada ulama yang mengharamkannya dengan berdalil pada hadis sahih:
لَا تُشَدُّ الرِّحَالُ
إِلَّا إِلَى ثَلَاثَةِ مَسَاجِدَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَمَسْجِدِ الرَّسُولِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَمَسْجِدِ الْأَقْصَى
"Tidak diperbolehkan melakukan perjalanan kecuali ke tiga
masjid, yaitu masjid al-Haram, masjid Rasulullah (Madinah) dan masjid al
Aqsha" (HR al-Bukhari dan Muslim)
Hadis ini tidak dapat dijadikan dalil larangan ziarah ke makam Rasulullah Saw. Hal ini
berdasarkan takhsis (yang membatasi) dari dua hadis, yang menunjukkah
bahwa larangan berpergian dalam hadis diatas adalah ke masjid selain yang 3
tadi, bukan ke makam para Nabi atau ulama. Pertama riwayat Ahmad
(III/471) dari Abu Said al-Khudri bahwa Rasulullah Saw bersabda:
لاَ يَنْبَغِي لِلْمَطِيِّ
أَنْ تُشَدَّ رِحَالُهُ إِلَى مَسْجِدٍ يُبْتَغَى فِيْهِ الصَّلاَةُ غَيْرَ
الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَالْمَسْجِدِ اْلأَقْصَى وَمَسْجِدِي هَذَا (رواه أحمد
وشهر فيه كلام وحديثه حسن)
"Seharusnya bagi pengendara tidak
melakukan perjalanan ke suatu masjid untuk melaksanakan salat disana,
selain masjid al-Haram, masjid al-Aqsha dan masjidku". Al-Hafidz
Al-Haitsami berkata: "Di dalam sanadnya terdapat Syahr bin Hausyab,
hadisnya hasan" (Majma' az-Zawaid IV/7). Al-Hafidz
Ibnu Hajar juga menilainya hasan dalam Fathul Bari III/65
Kedua, hadis riwayat al-Bazzar dari Aisyah, Rasulullah Saw
bersabda:
أَناَ خَاتَمُ
اْلأَنْبِيَاءِ وَمَسْجِدِي خَاتَمُ مَسَاجِدِ اْلأَنْبِيَاءِ أَحَقُّ
الْمَسَاجِدِ أَنْ يُزَارَ وَتُشَدَّ إِلَيْهِ الرَّوَاحِلُ الْمَسْجِدُ
وَمَسْجِدِي صَلاَةٌ فِي مَسْجِدِي أَفْضَلُ مِنْ أَلْفِ صَلاَةٍ فِيْمَا سِوَاهُ
مِنَ الْمَسَاجِدِ إِلاَّ الْمَسْجِدَ الْحَرَامَ (رواه البزار)
"Aku adalah penutup para Nabi, dan masjidku adalah penutup
masjid-masjid para Nabi. Dan yang paling berhak didatangi adalah masjid
al-Haram dan masjidku…." (Baca Majma'
az-Zawaid IV/7 karya al-Hafidz al-Haitsami)
Ahli hadis Al Hafidz
Ibnu Hajar membantah penggunaan hadis diatas sebagai dalil larangan melakukan
ziarah ke makam orang-orang shaleh. Pertama, jika hadis ini digunakan sebagai
larangan melakukan perjalanan ziarah kubur, maka mestinya melakukan perjalanan
silaturrahim, perjalanan mencari ilmu, berdagang dan sebagainya juga dilarang
(Fathul Bari IV/190). Kedua, hadis ini bertentangan dengan hadis sahih lain
riwayat al Bukhari dan Muslim dari Ibnu Umar yang menjelaskan bahwa
"Rasulullah berkunjung ke masjid Quba' setiap hari Sabtu, baik
berkendaraan atau berjalan kaki". Oleh karenanya melakukan perjalanan ke
selain tiga masjid tersebut tidak dilarang (Fathul Bari IV/190)
Al-Hafidz Ibnu Hajar
berkata:
فَيَبْطُلُ بِذَلِكَ قَوْل
مَنْ مَنَعَ شَدَّ اَلرِّحَال إِلَى زِيَارَةِ اَلْقَبْرِ اَلشَّرِيفِ وَغَيْره
مِنْ قُبُورِ الصَّالِحِينَ وَاَلله أَعْلَمُ (فتح الباري لابن حجر - ج 4 / ص 197)
“Maka batallah pendapat ulama yang mengatakan dilarangnya ziarah
ke makam Rasulullah dan dan makam orang-orang shaleh” (Fathul Bari IV/197)
Imam Nawawi juga
berkata:
وَاخْتَلَفَ الْعُلَمَاءُ
فِي شَدِّ الرِّحَالِ وَإِعْمَالِ الْمَطِيّ إِلَى غَيْرِ الْمَسَاجِدِ
الثَّلاَثَةِ كَالذَّهَابِ إِلَى قُبُوْرِ الصَّالِحِيْنَ وَإِلَى الْمَوَاضِعِ
الْفَاضِلَةِ وَنَحْوِ ذَلِكَ فَقَالَ الشَّيْخُ أَبُوْ مُحَمَّدٍ الْجُوَيْنِيّ
مِنْ أَصْحَابِنَا هُوَ حَرَامٌ وَهُوَ الَّذِي أَشَارَ الْقَاضِي عِيَاضٌ إِلَى
اِخْتِيَارِهِ وَالصَّحِيْحُ عِنْدَ أَصْحَابِنَا وَهُوَ الَّذِي اِخْتَارَهُ
إِمَامُ الْحَرَمَيْنِ وَالْمُحَقِّقُوْنَ أَنَّهُ لاَ يَحْرُمُ وَلاَ يُكْرَهُ (شرح
النووي على مسلم - ج 5 / ص 62)
“Ulama berbeda pendapat dalam melakukan
perjalanan ke selain 3 masjid diatas, seperti perjalanan ke makam-makam orang
shaleh, tempat-tempat utama dan sebagainya. Dari kalangan Syafiiyah, Syaikh
al-Juwaini mengatakan haram. Pendapat ini pula yang diisyaratkan oleh Qadli
Iyadl. Namun pendapat yang sahih menurut ulama Syafiiyah, yang juga dipilih
oleh Imam al-Haramain dan ulama lainnya adalah tidak haram dan tidak makruh” (Syarah Muslim 5/62)
=======================================================
3.
Doa
Dari Rumah atau Ke Kubur?
Pertanyaan:
Berdoa kepada ahli
kubur pahalanya akan sampai, lalu lebih baik yang mana antara berdoa dari rumah
ataukah berdoa langsung di dekat kuburannya saat ziarah? Jamaah Mushallah
al-Huda, Perum Bhayangkara Taman, Sidoarjo.
Jawaban:
Mari kita perhatikan
dalil-dalil hadis berikut;
Hadis Pertama:
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى
الله تعالى عليه مَا مِنْ عَبْدٍ يَمُرُّ بِقَبْرِ رَجُلٍ كَانَ يَعْرِفُهُ فِى
الدُّنْيَا فَيُسَلِّمُ عَلَيْهِ إِلاَّ عَرَفَهُ وَرَدَّ عَلَيْهِ السَّلاَمَ (رواه
الخطيب في التاريخ 6/137 وابن عساكر 10/380 عن أبى هريرة وسنده جيد ورواه عبد الحق
في الأحكام وقال: إسناده صحيح كما في القليوبي)
"Rasulullah Saw bersabda: Tidak seorangpun yang melewati
kuburan temannya yang pernah ia kenal ketika di dunia dan mengucap salam
kepadanya, kecuali ia mengenalnya dan menjawab salamnya" (HR al-Khatib al-Baghdadi dalam al-Tarikh VI/137 dan
Ibnu 'Asakir X/380 dari Abu Hurairah. Dan sanadnya baik, juga diriwayatkan oleh
Abdulhaqq dalam al-Ahkam, ia berkata: Sanadnya sahih)
Hadis
Kedua:
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ
قَالَ رَسُوْلُ اللهِ صلى الله تعالى عليه مَا مِنْ رَجُلٍ يَزُوْرُ قَبْرَ
أَخِيْهِ وَيَجْلِسُ عِنْدَهُ إِلاَّ اسْتَأْنَسَ بِهِ وَرَدَّ عَلَيْهِ حَتَّى
يَقُوْمَ
"Diriwayatkan dari Aisyah, ia berkata bahwa Rasulullah Saw
bersabda: Tak seorang pun yang berziarah ke makam saudaranya dan duduk di
dekatnya, kecuali ia merasa senang dan menjawabnya hingga meninggalkan
tempatnya"
Al-Hafidz al-Iraqi
memberi penilaian terkait status hadis ini:
قَالَ الْحَافِظُ
الْعِرَاقِي أَخْرَجَهُ ابْنُ أَبِي الدُّنْيَا فِي الْقُبُوْرِ وَفِيْهِ عَبْدُ
اللهِ بْنُ سَمْعَانَ وَلَمْ أَقِفْ عَلَى حَالِهِ وَرَوَاهُ ابْنُ عَبْدِ
الْبَرِّ فِي التَّمْهِيْدِ مِنْ حَدِيْثِ ابْنِ عَبَّاسٍ نَحْوَهُ وَصَحَّحَهُ
عَبْدُ الْحَقِّ
اْلأَشْبِيْلِيِّ (تخريج أحاديث الإحياء 4 / 216)
"Hadis ini diriwayatkan oleh Ibnu Abi al-Dunya dalam
al-Qubur. Di dalam sanadnya terdapat Abdullah bin Sam'an, saya tidak mengetahui
perilakunya. Hadis yang sama diriwayatkan oleh Ibnu Abdilbarr dari Ibnu Abbas
dan disahihkan oleh Abdulhaqq al-Asybili" (Takhrij Ahadits al-Ihya IV/216)
Hadis
Ketiga:
وَفِي اْلأَرْبَعِيْنَ
الطَّائِيَّةِ رُوِيَ عَنِ النَّبِيِّ صلى الله تعالى عليه أَنَّهُ قَالَ آنَسُ
مَا يَكُوْنُ الْمَيِّتُ فِي قَبْرِهِ إِذَا زَارَهُ مَنْ كَانَ يُحِبُّهُ فِي
دَارِ الدُّنْيَا (الحافظ جلال الدين السيوطي في بشرى الكئيب بلقاء الحبيب 1 / 10 وشرح الصدور بشرح حال الموتى والقبور 1
/ 202)
"Disebutkan dalam kitab Arba'in al-Thaiyah bahwa
diriwayatkan dari Rasulullah Saw: Sesuatu yang paling membahagiakan pada mayat
di kuburnya adalah ketika ia diziarahi oleh orang yang ia cintai ketika hidup
di dunia" (al-Hafidz Jalaluddin al-Suyuthi dalam Busyra
al-Kaib I/10 dan Syarh al-Shudur I/202)
Ibnu Qayyim berkata:
قَالَ ابْنُ الْقَيِّمِ
اْلأَحَادِيْثُ وَاْلآثَارُ تَدُلُّ عَلَى أَنَّ الزَّائِرَ مَتَى جَاءَ عَلِمَ
بِهِ الْمَيِّتُ وَسَمِعَ سَلاَمَهَ وَأَنِسَ بِهِ وَرَدَّ عَلَيْهِ وَهَذَا
عَامٌّ فِي حَقِّ الشُّهَدَاءِ وَغَيْرِهِمْ فَإِنّهُ لاَ يُوَقَّتُ قَالَ وَهُوَ
أَصَحُّ (بشرى الكئيب بلقاء الحبيب للحافظ جلال الدين السيوطي 1 / 10)
"Ibnu al-Qayyim (murid Ibnu Taimiyah)
berkata: Hadis dan dalil dari para Sahabat menunjukkan bahwa ketika peziarah
datang, maka mayit mengenalnya, mendengar salamnya, senang dengan kedatangannya
dan menjawab salamnya. Hal ini berlaku umum, baik untuk orang yang mati syahid
atau yang lainnya, dan hal ini berlaku setiap waktu. Ibnu al-Qayyim berkata:
Ini adalah pendapat yang lebih kuat"
(al-Hafidz Jalaluddin al-Suyuthi dalam Busyra al-Kaib I/10)
Berdasarkan
riwayat-riwayat di atas, maka berdoa untuk ahli kubur di makamnya lebih utama.
Dan jika makam orang tua, kerabat dan teman sangat jauh, maka boleh berdoa dari
rumah kita.
=================================================
4.
Siksa
Kubur
Pertanyaan:
Saya seorang wali
murid dan memiliki anak yang bersekolah di sekolah negeri menengah atas. Belum
lama ini anak saya menerima pelajaran ekstra kurikuler yang diasuh oleh para
siswa senior dan memberi pelajaran keislaman dengan mengatakan bahwa siksa
kubur tidak ada, karena tidak ada dalam al-Quran. Bagaimanakah pandangan
Ahlisunnah tentang siksa kubur? Ust. Imam Thohir, Sby.
Jawaban:
Al-Quran dan Hadis
adalah dua sumber hukum utama dalam Islam, begitu pula Ijma' Ulama dan Qiyas.
Jika sebuah hukum atau peristiwa tidak ada dalam al-Quran, namun disebutkan
dalam hadis sahih, maka hadis tersebut harus diterima.
Diriwayatkan dari
Sahabat al-Barra’ bin Azib:
عَنِ الْبَرَاءِ بْنِ
عَازِبٍ عَنِ النَّبِىِّ صلى الله تعالى عليه قَالَ (يُثَبِّتُ اللهُ الَّذِينَ
آمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ) قَالَ نَزَلَتْ فِى عَذَابِ الْقَبْرِ فَيُقَالُ
لَهُ مَنْ رَبُّكَ فَيَقُولُ رَبِّىَ اللهُ وَنَبِيِّىَ مُحَمَّدٌ صلى الله تعالى
عليه فَذَلِكَ قَوْلُهُ عَزَّ وَجَلَّ (يُثَبِّتُ اللهُ الَّذِينَ آمَنُوا
بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِى الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِى الآخِرَةِ)
"Allah berfirman, "Allah meneguhkan (iman) orang-orang
yang beriman dengan ucapan yang teguh itu". (QS.Ibrahim: 27). Nabi
bersabda, "Ayat ini turun mengenai siksa kubur. Orang yang dikubur
itu ditanya, "siapa Rabb (Tuhan)mu?" Lalu dia menjawab, "Allah
Rabbku, dan Muhammad Nabiku." (HR.
Muslim, 5117).
Hadis-hadis sahih
riwayat Bukhari, Muslim, Ahmad dan sebagainya juga banyak yang meriwayatkan
tentang siksa kubur. Bahkan al-Baihaqi secara khusus mengarang kitab Isbat
Adzab al-Qabri dengan mencantumkan 20 hadis sahih. Daintaranya adalah doa
yang dibaca saat tahiyat akhir.
Dan tidak benar jika
dalam al-Quran sama sekali tidak ada dalil tentang siksa kubur. Dalam al-Quran
dinyatakan:
النَّارُ يُعْرَضُونَ
عَلَيْهَا غُدُوًّا وَعَشِيًّا وَيَوْمَ تَقُومُ السَّاعَةُ أَدْخِلُوا آَلَ
فِرْعَوْنَ أَشَدَّ الْعَذَابِ [غافر/46]
"Kepada mereka dinampakkan neraka pada pagi dan petang. Dan
pada hari terjadinya Kiamat. (Dikatakan kepada malai-kat): "Masukkanlah
Fir`aun dan kaumnya dalam azab yang
sangat keras"
(Ghafir: 46).
Begitu pula:
وَلَنُذِيقَنَّهُمْ مِنَ
الْعَذَابِ الأَدْنَى دُونَ الْعَذَابِ الأَكْبَرِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ [السجدة/21]
"Dan sesungguhnya Kami merasakan kepada mereka sebahagian
azab yang dekat (di dunia) sebelum azab yang lebih besar (di akhirat);
mudah-mudahan mereka kembali (ke jalan yang benar)." (as-Sajdah 21)
===================================================================
5. Wanita Ziarah Kubur
Pertanyaan:
Benarkah wanita dilarang ziarah kubur?
Benarkah pula larangan tersebut berlaku bagi semua wanita? Santriwati PPRU I
Malang
Jawaban:
Ada sekian banyak
hadis yang menjelaskan bolehnya wanita melakukan ziarah kubur. Misalnya
Rasulullah Saw berjumpa dengan seorang wanita yang berziarah ke kubur anaknya
seraya menangis, Rasulullah berkata kepadanya:
أَخْرَجَ الْبُخَارِي أَنَّ
النَّبِيَّ مَرَّ بِامْرَأَةٍ تَبْكِي عِنْدَ قَبْرِ صَبِيٍّ لَهَا، فَقَالَ:
اِتَّقِي اللهَ وَاصْبِرِي
“Takutlah kepada Allah, dan bersabarlah” (HR al-Bukhari No 1252) Dalam hadis ini Rasulullah tidak
melarangnya berziarah.
Dalam riwayat lain
Aisyah, istri Rasulullah pernah bertanya:
عَنْ عَائِشَةَ قَالَتْ:
كَيْفَ أَقُوْلُ يَا رَسُوْلَ اللهِ إِذَا زُرْتُ الْقُبُوْرَ؟ قَالَ: قُوْلِي
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ أَهْلَ الدِّيَارِ الْمُؤْمِنِيْنَ – الْحَدِيْثَ (رواه
مسلم)
“Wahai Rasulullah, apa yang saya ucapkan saat saya ziarah
kubur?” Nabi menjawab: “Ucapkanlah Salam kedamaian bagi kalian…” (HR Muslim No 2301)
Begitu pula riwayat
Aisyah:
عَنْ عَبْدِ اللهِ بْنِ
اَبِي مُلَيْكَةَ، أَنَّ عَائِشَةَ أَقْبَلَتْ ذَاتَ يَوْمٍ اِلَى الْمَقَابِرِ،
فَقُلْتُ لَهَا: يَا أُمَّ الْمُؤْمِنِيْنَ، مِنْ أَيْنَ أَقْبَلْتِ؟ فَقَالَتْ:
مِنْ قَبْرِ أَخِي عَبْدِ الرَّحْمَنِ. فَقُلْتُ لَهَا: أَلَيْسَ كَانَ يَنْهَى
رَسُوْلُ اللهِ صلى الله تعالى عليه عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُوْرِ؟ قَالَتْ: نَعَمْ،
كَانَ نَهَى عَنْ زِيَارَةِ الْقُبُوْرِ، ثُمَّ أَمَرَ بِزِيَارَتِهَا (رواه الحاكم في المستدرك رقم 1392)
“Dari Abu Mulaikah, ia berjumpa dengan Aisyah dan bertanya:
“Darimana engkau wahai Ibu kaum mukminin?” Aisyah menjawab: “Dari kubur
saudaraku, Abdurrahman”. Ia bertanya: “Bukankah Rasulullah melarang ziarah
kubur?” Aisyah menjawab: “Ya, Rasulullah melarangnya, tapi kemudian Rasulullah
memerintahkan ziarah kubur” (HR al-Hakim No
1392)
Begitu pula Sayidah
Fatimah, putri Rasulullah:
اِنَّ فَاطِمَةَ كَانَتْ
تَزُوْرُ قَبْرَ عَمِّهَا حَمْزَةَ كُلَّ جُمْعَةٍ (رواه عبد الرزاق في المصنف عن جعفر بن محمد
عن ابيه 6713)
“Berziarah ke makam pamannya, Hamzah (di Gunung Uhud) setiap
Jumat” (Diriwayatkan oleh Abdurrazzaq dalam
al-Mushannaf No 6713)
Memang ada sebuah hadis:
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ, أَنَّ
رَسُوْلَ اللهِ صلى الله تعالى عليه لَعَنَ زَوَّارَاتِ الْقُبُوْرِ (رواه أحمد
و ابن ماجه و الترمذي)
“Rasulullah Saw melaknat wanita yang banyak ziarah kubur” (HR Ahmad, Abu Dawud dan Ibnu Majah dari Abu Hurairah).
Namun larangan ini
ditujukan kepada wanita yang berziarah kubur dengan tujuan meratapi mayit,
mengabaikan kewajibannya sebagai istri, menjerit histeris di kuburan dan
sebagainya.
Sementara pendapat
yang menghukumi haram bagi wanita untuk ziarah kubur, dibantah oleh Imam Nawawi
dalam kitab al-Majmu’; bahwa hal itu adalah pendapat yang Syadz (kontroversi)
dalam Madzhab Syafi’iyah[]
Komentar
Posting Komentar
Harap berkomentar yang baik