Langsung ke konten utama

Shalat menggendong anak

 🕋🕌 *KAJIAN FIQIH* 🕌🕋


*SHOLAT sambil menggendong anak,, apakah sah sholat nya..??*


👇 *Pertanyaan* 👇

Inti masalah:

👉 Ada seorang ibu rumah tangga sedang melaksanakan shalat, tiba-tiba anaknya yang masih memakai diapers (pampers) nemplok ke ibunya. Sedangkan dirumah tidak ada siapa pun, hanya anak dan ibunya.

👉👉 Naaahh.... Bagaimana hukum sholat sambil menggendong anak,,  dan solusi antara aturan syar'i dengan keselamatan anak...???


👇 *Jawaban*'👇

👉 Sebelumnya mari kita pahami redaksi soalnya terlebih dahulu.

 Diapers (atau yg biasa disebut pampers) adalah *pakaian yg digunakan balita pada umumnya untuk menampung kotoran ketika si anak BAK (Buang Air Kecil) maupun BAB (Buang Air Besar).*

 Itu artinya anak tersebut mengenakan pakaian yg terdapat najis didalamnya.


👉 Dalam sholat terdapat syarat-syarat yg harus dipenuhi agar sholat yg dilakukan dapat dihukumi sah. Diantara *syarat sahnya sholat ialah sucinya badan, pakaian, dan tempat sholat.*.

Jika si anak yg mengenakan diapers merangkul ibunya saat sholat, maka si ibu secara tidak langsung terkategorikan *MEMBAWA NAJIS* yang ada didalam diapers. Oleh karena itu bila si anak merangkul dengan waktu yang lama melewati  kadar tuma'ninah sholat yakni sekadar bacaan subhanallah, maka sholat sang Ibu menjadi *BATAL atau TIDAK SAH,* karena terhitung *MEMBAWA NAJIS.*


👉 Namun bila anak tersebut HANYA MENYENTUH dengan waktu yg sebentar tidak melebihi kadar bacaan Subhanallah (masa minimal tuma'ninah sholat), maka sholat sang Ibu *TETAP SAH*, sama seperti saat ada najis yg jatuh pada pakaian sholat dan segera dikibaskan seketika. 

.

👇 *Solusi* 👇

.

Rosululloh SAW pernah sholat sambil menggendong cucunya Sayidah Umamah binti Abi al-‘Ash yang merupakan putri dari Sayyidah Zainab radliyallahu ‘anha. Hadits ini diriwayatkan oleh sahabat Abu Qatadah al-Anshari:


رَأَيْتُ النَّبِىَّ ﷺ يَؤُمُّ النَّاسَ وَأُمَامَةُ بِنْتُ أَبِى الْعَاصِ وَهْىَ ابْنَةُ زَيْنَبَ بِنْتِ النَّبِىِّ ﷺ عَلَى عَاتِقِهِ فَإِذَا رَكَعَ وَضَعَهَا وَإِذَا رَفَعَ مِنَ السُّجُودِ أَعَادَهَا (رواه مسلم) ـ


👉 Para ulama menjadikan hadits di atas sebagai dalil bolehnya melaksanakan shalat sambil menggendong anaknya. Dengan tatacara yang sebisa mungkin dapat menghindari gerakan-gerakan yang berlebihan dan sampai membatalkan shalat, seperti tiga gerakan atau lebih dalam waktu yang beriringan.


👉 Diperbolehkannya shalat sambil menggendong anak ini dibatasi selama anak yang digendong tidak dalam keadaan najis.


👉 Jadi bagi IRT bila dirumahnya tidak ada siapapun yg dapat mendampingi anaknya selama sholat, bisa *TETAP SAH* sholatnya meskipun dirangkul anaknya, *asalkan telah dipastikan pempersnya SUDAH DIBERSIHKAN, diganti, dan bila anaknya lelaki dan belum disunat bersihkan pula kulup dzakarnya karna najis bisa tersangkut didalamnya*. 

Barulah setelah itu sholat, meskipun anaknya nemplok/merangkul tetap suci, *TIDAK MEMBAWA NAJIS.*


👉 Hal ini dijelaskan oleh Syekh Said ibn Muhammad Al-Hadhrami As-Syafi’i dalam kitabnya Syarhul Muqaddimah Al-Hadhramiyyah atau terkenal Busyral Karim bi Syarhi Masa'ilit Ta’lim sebagai berikut: 


أما حمل الحي فلا يضر إن لم يعلم نجاسة بظاهره، ولا نظر لنجاسة باطنه لحمله صلى الله عليه وسلم أمامه بنت بنته في الصلاة، إذ لا يترتب على نجاسة الباطن حكم حتى تتصل بالظاهر أو يتصل بها ما بعضه بالظاهر. 

Artinya:

“Adapun membawa orang yang hidup (anak-anak dalam shalat) maka tidak masalah jika tidak diketahui adanya najis secara nyata (terlihat). Begitu juga, tidak perlu diteliti keberadaan najis yang tidak terlihat karena mengikuti perbuatan Rasul yang membawa Umamah, cucu perempuan beliau sewaktu melaksanakan shalat. Karena, najis yang tidak terlihat tersebut tidak mempunyai hukum apa-apa hingga ia menempel pada bagian tubuh yang tampak atau menempel pada bagian yang tampak zahir lainnya (seperti pakaian dan lain-lain).”


*Wallohu a'lam*


👇 *Referensi/rujukan* 👇


👉 *Kitab Riyadhul Badi'ah*

الشروط لصحة الصلاة اربعة : (الأول) الطهارة عن الحدثين و عن النجاسة التي لا يعفى عنها في الجسد و الملبوس والمكان . 


👉 *Kitab Fathul Mu'in, hal 70*

وثانيها أي ثاني شروط الصلاة طهارة بدن ومنه داخل الفم والأنف والعين. وملبوس وغيره من كل محمول له وإن لم يتحرك بحركته. ومكان يصلى فيه. عن نجس غير معفو عنه.

فلا تصح الصلاة معه ولو ناسيا أو جاهلا بوجوده أو بكونه مبطلا لقوله تعالى: {وَثِيَابَكَ فَطَهِّرْ} [74 سورة المدثر الآية: 4] ولخبر الشيخين. [البخاري رقم: 306 مسلم رقم: 333] .

ولا يضر محاذاة نجس لبدنه لكن تكره مع محاذاته كاستقبال نجس أو متنجس.

[زين الدين المعبري ,فتح المعين بشرح قرة العين بمهمات الدين , 70]


👉 *Kitab Fathul Wahhab, juz 1, hal 58*

وَلَا تَصِحُّ صَلَاةُ نَحْوِ قابض " كشادبيد أَوْ نَحْوِهَا " طَرَفَ " شَيْءٍ كَحَبْلٍ " مُتَّصِلٍ بِنَجَسٍ " وَإِنْ لَمْ يَتَحَرَّكْ بِحَرَكَتِهِ لِأَنَّهُ حَامِلٌ لِمُتَّصِلٍ بِنَجَسٍ فَكَأَنَّهُ حَامِلٌ لَهُ 

[الأنصاري، زكريا ,فتح الوهاب بشرح منهج الطلاب ,1/58]


👉 *Kitab Ats Tsimar Al Yani'ah Syarhu Riyadh Al Badi'ah, hal 40*

(وحدوث النجاسة) الرطبة و اليابسة (التي لا يعفى عنها) على بدنه اوثوبه وعلم بها من غير إزالتها حالا بان لا يزيد الزمان على قدر طمأنينة الصلاة .


👉 *Kitab Nihayatuz Zain, hal 93*

وَالرَّابِع عشر اتِّصَال نَجَاسَة بِبدنِهِ وَلَو دَاخل أَنفه أَو عينه أَو بملبوسه إِلَّا إِن نحاها حَالا بِغَيْر حمل لَهَا أَو لما اتَّصَلت بِهِ وَمِثَال تنحيتها بِغَيْر حمل أَن تكون يابسة فينفضها كَأَن يمِيل كتفه فيلقيها وَله نفضها حِينَئِذٍ وَلَو فِي الْمَسْجِد وَإِن اتَّسع الْوَقْت ثمَّ تجب إِزَالَتهَا بعد ذَلِك فَوْرًا فَإِن كَانَت رطبَة فتنحيتها برمي مَا أَصَابَته حَالا من غير حمل لَهُ لَكِن إِن كَانَ فِي الْمَسْجِد وَلزِمَ على إلقائها فِيهِ تنجيسه فَإِن اتَّسع الْوَقْت راعاه فَلَا يلقيها فِيهِ بل يقطع الصَّلَاة ويلقيها خَارجه وَإِلَّا رَاعى الصَّلَاة وَألقى النَّجَاسَة وَتجب إِزَالَتهَا بعد الصَّلَاة فَوْرًا.

الى ان قال .... قَالَ بَعضهم وَلَعَلَّ ضَابِط الْفَوْرِيَّة أَن لَا يُرِيد على قدر الطُّمَأْنِينَة


👉 *Kitab Alfiqhul Manhaji 'ala madzhab Al imam Asy Syafi'i*

(ج) الطمأنينة، أي أن يستقر في انحنائه قدر تسبيحة، وهذا أقلها

[مجموعة من المؤلفين، الفقه المنهجي على مذهب الإمام الشافعي، ١٣٣/١]


👉 *Kitab Nihayatuz Zain, hal 70-71*

(و) تاسعها (طمأنينة فِي كل)من الْأَركان الْأَرْبَعَة الَّتِي هِيَ الرُّكُوع والاعتدال والسجودان وَالْجُلُوس بَينهمَا وَلَو فِي نفل وَهِي سُكُون الْأَعْضَاء بعد حركتها من هوي من الرُّكُوع وَالسُّجُود

وَمن نهوض إِلَى الِاعْتِدَال وَالْجُلُوس بِحَيْثُ يسْتَقرّ كل عُضْو مَحَله بِمِقْدَار التلفط بسبحان الله

[نووي الجاوي، نهاية الزين، صفحة٧٠-٧١]

*Ket:* Saya hanya mengambil fatwa ulama2 madzhab syafi'i.


Admin grup @Z.A. Al_Bughury

🕋🕌 *MRI grup WA*

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERBEDAAN AMIL DAN PANITIA ZAKAT

 PERBEDAAN   AMIL DAN PANITIA ZAKAT 1- Amil adalah wakilnya mustahiq. Dan Panitia zakat adalah wakilnya Muzakki. 2- Zakat yang sudah diserahkan pada amil apabila hilang atau rusak (tidak lagi layak di konsumsi), kewajiban zakat atas muzakki gugur. Sementara zakat yang di serahkan pada panitia zakat apabila hilang atau rusak, maka belum menggugurkan kewajiban zakatnya muzakki. - (ﻭﻟﻮ) (ﺩﻓﻊ) اﻟﺰﻛﺎﺓ (ﺇﻟﻰ اﻟﺴﻠﻄﺎﻥ ﻛﻔﺖ اﻟﻨﻴﺔ ﻋﻨﺪﻩ) ﺃﻱ ﻋﻨﺪ اﻟﺪﻓﻊ ﺇﻟﻴﻪ ﻭﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﻨﻮ اﻟﺴﻠﻄﺎﻥ ﻋﻨﺪ اﻟﺪﻓﻊ ﻟﻠﻤﺴﺘﺤﻘﻴﻦ * ﻷﻧﻪ ﻧﺎﺋﺒﻬﻢ ﻓﺎﻟﺪﻓﻊ ﺇﻟﻴﻪ ﻛﺎﻟﺪﻓﻊ ﻟﻬﻢ ﺑﺪﻟﻴﻞ ﺃﻧﻬﺎ ﻟﻮ ﺗﻠﻔﺖ ﻋﻨﺪﻩ اﻟﺰﻛﺎﺓ ﻟﻢ ﻳﺠﺐ ﻋﻠﻰ اﻟﻤﺎﻟﻚ ﺷﻲء ﻭاﻟﺴﺎﻋﻲ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ ﻛاﻟﺴﻠﻄﺎﻥ.* - {نهاية المحتاج جز ٣ ص ١٣٩} - (ﻭﻟﻮ ﺩﻓﻊ ﺇﻟﻰ اﻟﺴﻠﻄﺎﻥ) ﺃﻭ ﻧﺎﺋﺒﻪ ﻛﺎﻟﺴﺎﻋﻲ (ﻛﻔﺖ اﻟﻨﻴﺔ ﻋﻨﺪﻩ) ﺃﻱ ﻋﻨﺪ اﻟﺪﻓﻊ ﺇﻟﻴﻪ ﻭﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﻨﻮ اﻟﺴﻠﻄﺎﻥ ﻋﻨﺪ اﻟﺼﺮﻑ؛ * ﻷﻧﻪ ﻧﺎﺋﺐ اﻟﻤﺴﺘﺤﻘﻴﻦ ﻓﺎﻟﺪﻓﻊ ﺇﻟﻴﻪ ﻛﺎﻟﺪﻓﻊ ﺇﻟﻴﻬﻢ ﻭﻟﻬﺬا ﺃﺟﺰﺃﺕ ﻭﺇﻥ ﺗﻠﻔﺖ ﻋﻨﺪﻩ ﺑﺨﻼﻑ اﻟﻮﻛﻴﻞ* ﻭاﻷﻓﻀﻞ ﻟﻹﻣﺎﻡ ﺃﻥ ﻳﻨﻮﻱ ﻋﻨﺪ اﻟﺘﻔﺮﻗﺔ ﺃﻳﻀﺎ.. - {تحفة المحتاج جز ٣ ص ٣٥٠} 3- Menyerahkan zakat pada amil hukumnya Afdhol (lebih utama) daripada di serahkan sendiri oleh muzakki pada m

DALIL TAHLILAN

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ Masyarakat muslim Indonesia adalah mayoritas penganut madzhab Imam Syafi’i atau biasa disebut sebagai Syafi’iyah (penganut Madzhab Syafi’i). Namun, sebagain lainnya ada yang tidak bermadzhab Syafi’i. Di Indonesia, Tahlilan banyak dilakukan oleh penganut Syafi’iyah walaupun yang lainnya pun ada juga yang melakukannya. Tentunya tahlilan bukan sekedar kegiatan yang tidak memiliki dasar dalam syariat Islam, bahkan kalau ditelusuri dan dikaji secara lebih mendalam secara satu persatu amalan-amalan yang ada dalam tahlilan maka tidak ada yang bertentangan dengan hukum Islam, sebaliknya semuanya merupakan amalah sunnah yang diamalkan secara bersama-sama. Oleh karena itu, ulama seperti walisongo dalam menyebarkan Islam sangatlah bijaksana dan lihai sehingga Islam hadir di Indonesia dengan tanpa anarkis dan frontal, salah satu buahnya sekaligus kelihaian dari para ulama walisongo adalah diperkenalkannya kegiatan tahlilan dengan sangat bijaksana.

MEMBERIKAN ZAKAT FITRAH KEPADA USTADZ

PENGERTIAN FII SABILILLAH MENURUT PERSPEKTIF EMPAT MADZHAB. Sabilillah ( jalan menuju Allah ) itu banyak sekali bentuk dan pengamalannya, yg kesemuanya itu kembali kepada semua bentuk kebaikan atau ketaatan. Syaikh Ibnu Hajar alhaitamie menyebutkan dalam kitab Tuhfatulmuhtaj jilid 7 hal. 187 وسبيل الله وضعاً الطريقة الموصلةُ اليه تعالى (تحفة المحتاج جزء ٧ ص ١٨٧) Sabilillah secara etimologi ialah jalan yang dapat menyampaikan kepada (Allah) SWT فمعنى سبيل الله الطريق الموصل إلى الله وهو يشمل كل طاعة لكن غلب إستعماله عرفا وشرعا فى الجهاد. اه‍ ( حاشية البيجوري ج ١ ص ٥٤٤)  Maka (asal) pengertian Sabilillah itu, adalah jalan yang dapat menyampaikan kepada Allah, dan ia mencakup setiap bentuk keta'atan, tetapi menurut pengertian 'uruf dan syara' lebih sering digunakan untuk makna jihad (berperang). Pengertian fie Sabilillah menurut makna Syar'ie ✒️ Madzhab Syafi'ie Al-imam An-nawawie menyebutkan didalam Kitab Al-majmu' Syarhulmuhaddzab : واحتج أصحابنا بأن المفهوم في ا