PETUNJUK PELAKSANAAN ZAKAT FITRAH
Di terbitkan oleh Pengurus Cabang Lembaga bahtsul masail PCNU
Edisi revisi 2018
Dalam melaksanakan pengumpulan atau pembagian Zakat banyak yang harus diperhatikan terutama siapa yang harus mengeluarkan Zakat dan siapa yang berhak menerima.
Di sini disampaikan petunjuknya.
I. ORANG YANG WAJIB MENGELUARKAN ZAKAT
Orang yang wajib mengeluarkan zakat fitrah ialah : Muslim yang menemui akhir Romadlon dan awal Syawal serta mempunyai kelebihan bahan makan untuk pribadinya dan keluarga yang menjadi tanggung jawabnya di Hari Raya.
Referensi kitab :
Al-Bajury hlm. 278
تجب زكاة الفطر ويقال لها زكاة الفطرة بثلاثة أشياء : (الإسلام) فلا فطرة على كافر أصلي إلا في رقيقه وقريبه المسلمين (وبغروب الشمس من آخر يوم من شهر رمضان) وحيئذ فتخرج زكاة الفطر عمن مات بعد الغروب دون من ولد بعده (ووجود الفضل) وهو يسار الشخص بما يفضل (عن قوته وقوت عياله في ذلك اليوم) أي يوم العيد وكذا ليلته أيضا. ويزكي الشخص عن نفسه وعمن تلزمه نفقته من المسلمين.
Sedangkan ukuran Zakat Fitrah yang harus dikeluarkan : kurang lebih 2,75 Kg.
II. ORANG YANG BERHAK MENERIMA ZAKAT
Orang yang berhak menerima Zakat Fitrah atau mustahiq Zakat jumlahnya ada delapan asnaf atau kelompok, sebagaimana yang disebutkan dalam surat Al-Taubah ayat 60
إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَابْنِ السَّبِيلِ فَرِيضَةً مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ
III. PENJELASAN BEBERAPA ASNAF YANG SERING DIJUMPAI DI DAERAH KITA
1. Fakir, yaitu : orang yang tidak punya harta atau punya harta apabila dibagi sisa dari umur Gholib (60 th) tidak mencapai 50% dari kebutuhan primer, atau orang yang tidak punya pekerjaan layak atau punya pekerjaan namun hasilnya tidak mencapai 50% dari kebutuhan se hari-hari.
Referensi kitab :
Al-Bajury hlm. 282
الفقير في الزكاة هو الذي لا مال له ولا كسب يقع موقعا من حاجته أي مطعما وملبسا ومسكنا وغيرها مما لا بد منه على ما يليق بحاله وحال ممونه لعمر الغالب .
2. Miskin, yaitu : orang yang punya pekerjaan, hasilnya tidak mencukupi kebutuhan primer, atau punya harta yang apabila dihitung untuk mencukupi kebutuhan pada sisa umur Gholib (60 th) hasilnya mencapai 50 % lebih dari kebutuhan se hari-hari.
Referensi kitab : I’anatut Tholibin Juz 2 hlm. 188
والمسكين: من قدر على مال أو كسب يقع موقعا من حاجته ولا يكفيه كمن يحتاج لعشرة وعنده ثمانية ولا يكفيه الكفاية السابقة، وإن ملك أكثر من نصاب .
Jadi, kalau harta atau hasil dari pekerjaan sudah mencukupi kebutuhan primer, maka bukan Fakir Miskin. Termasuk orang-orang yang kebutuhannya tercukupi dari nafaqoh wajib, contoh : orang tua yang dicukupi anaknya, perempuan yang dicukupi suaminya dan seorang anak yang dicukupi ayahnya.
(ولو أعطاها) أي الزكاة ولو الفطرة (لكافر ...... لم يقع عن الزكاة (أو غني) وهو من له كفاية العمر الغالب على الاصح لم يقع عن الزكاة، لأن شرط الآخذ الاسلام وقيل: من له كفاية سنة , أو الكسب الحلال اللائق (أو مكفي بنفقة قريب) من أصل، أو فرع، أو زوج، بخلاف المكفي بنفقة متبرع (لم يجزئ) ذلك عن الزكاة،
(قوله: وهو من له كفاية العمر الغالب) أي من عنده مال يكفيه العمر الغالب بحيث لو وزع عليه لخص كل يوم ما يكفيه.
3. Amil, yaitu : orang yang diangkat Imam (Pemerintah) untuk mengumpulkan dan membagi zakat, dan setatus Amil adalah wakil dari penerima Zakat, artinya apabila orang mengeluarkan zakatnya melalui Amil, zakatnya sudah cukup (sah).
Adapun panitia yang ada di masyarakat tidak termasuk Amil, panitia tersebut hanya sebagai wakil dari Muzakki (orang yang mengeluarkan Zakat), jadi Zakat yang ada di tangan panitia itu masih milik Muzakki, yang harus mereka bagikan kepada yang berhak menerima dengan cara yang benar dan tepat waktu.
Referensi kitab :
Hawasy Syarwani Juz 4 hlm 415
حواشي الشرواني وابن قاسم العبادي على تحفة المحتاج بشرح المنهاج ج : 4 ص : 415
(وَ) لَهُ (الصَّرْفُ إلَى الْإِمَامِ) أَوْ السَّاعِي ; لِأَنَّهُ نَائِبُ الْمُسْتَحِقِّينَ فَيَبْرَأُ بِالدَّفْعِ لَهُ وَإِنْ قَالَ أَيْ الْإِمَامُ آخُذُهَا مِنْك وَأُنْفِقُهَا فِي الْفِسْقِ ; لِأَنَّهُ لَا يَنْعَزِلُ بِهِ .
قوله: (وإن قال آخذها الخ) أي الإمام سم ونهاية أي وسواء صرفها بعد ذلك لمستحقيها أو تلفت في يده أو صرفها في مصرف آخر ولو حراماً ع ش
4. Sabilillah, yaitu : orang yang perang untuk menegakkan kalimah Allah dengan tidak mendapatkan gaji untuk dirinya maupun untuk oprasional perang, tidak ada istilah sabilil khoir dalam masalah ini.
Keterangan yang menjelaskan Sabilillah ditafsiri dengan Sabilil Khoir (semua jalan kebaikan), sehingga memasukkan pembangunan masjid, mengkafani mayit, membangun benteng, sebagimana diterangkan dalam kitab Tafsir Munir, dan memasukkan orang yang mencari Ilmu Syar’i, guru madrasah, TK, guru ngaji dan lain-lain sebagaimana diterangkan dalam kitab Jawahirul Bukhori, itu semua tidak benar (salah) karena keterangan-keterangan tersebut sangat lemah (Dlo’if), bertentangangan dengan Madzahibul ‘Arba’ah (empat Madzhab) dan bahkan bertentangan dengan Ijma’ ‘Ulama’ sehingga tidak bisa dijadikan landasan hukum.
Keterangan dalam kitab Tafsir Munir tertolak oleh keterangan dalam kitab Al-Mizan Al-Kubro.
Sedangkan keterangan dalam kitab Jawahirul Bukhori pengarangnya tidak jelas identitasnya bahkan diduga tidak tergolong Madzahibul ‘Arba’ah.
المزان الكبرى ج 2 ص 130
اتفق الأئمة الأربعة على أنه لا يجوز أخراج الزكاة لبناء المسجد أو تكفين الموتى
IV. WAKTU MENGELUARKAN ZAKAT.
a. Waktu Afdlol, yaitu : Mulai terbenamnya matahari malam hari raya sampai dilakukannya Shalat ‘Idul Fitri.
b. Waktu Makruh, yaitu : Sejak selesainya Shalat ‘Idul Fitri sampai terbenamnya mata hari tanggal satu Syawal.
c. Waktu Haram, yaitu : setelah terbenamnya mata hari tanggal satu Syawal dan seterusnya.
Referensi Kitab : Fathul Mu’in Hlm 147
فتح المعين بشرح قرة العين بمهمات الدين ج ص : 147
(وحَرُمَ تأخِيرُها عن يومِهِ) أي العيدِ بلا عذر، كغَيْبَةِ مالٍ أو مُسْتَـحِقّ. ويجبُ القضاءُ فوراً لعِصيانِهِ. ويجوزُ تعجِيـلها من أوّل رمضان، ويُسَنّ أن لا تؤخَّر عن الصلاةِ العيدِ، بل يُكْرَه ذلك.
KETERANGAN :
➡ Bagi orang yang belum mengeluarkan zakat pada waktu makruh maupun waktu haram, tetap wajib mengekuarkan zakat, bahkan apabila penundaannya bukan karena udzur maka wajib segera mengeluarkan.
➡ Panitia (bukan Amil) tidak boleh melakukan beberapa hal, antara lain :
a. Membagi kepada masyarakat yang dimungkinkan Zakat akan kembali kepada pemiliknya semula.
b. Mengambil bagian atas nama Amil
c. Menjual untuk kepentingan panitia.
➡ Panitia harus meneliti dengan jeli siapa yang berhak menerima Zakat.
➡ Pembagian Zakat yang tidak benar mengakibatkan Zakat tidak Sah, seperti yang terjadi di Sekolah-sekolah, Kantor-kantor dll, yang pada pelaksanaannya kebanyakan tidak sesuai dengan ketentuan fiqih seperti penerimanya bukan Mustahiq, menjual zakat untuk oprasional dan lain sebagainya.
Referensi kitab : Al-Tarmasyi Juz 4 hlm 120
موهبة ذى الفضل ترمسى الجزء الرابع ص 120
"قوله والعاملون عليها" اى الزكاة يعنى من نصبه الإمام فى أخذ العمالة من الزكوات إلى أن قال . . . ومقتضاه أن من عمل متبرعا لا يستحق شيئا على القاعدة اهـ
Di Tashih oleh;
1. KH.ARDANI AHMAD
2. KH.AZIZI HASBULLAH
LBM PCNU KABUPATEN BLITAR
KETUA
Ky. M. Ali Romzi
SEKRETARIS
TAUFIQUR.R S.Pd.I
Di terbitkan oleh Pengurus Cabang Lembaga bahtsul masail PCNU
Edisi revisi 2018
Dalam melaksanakan pengumpulan atau pembagian Zakat banyak yang harus diperhatikan terutama siapa yang harus mengeluarkan Zakat dan siapa yang berhak menerima.
Di sini disampaikan petunjuknya.
I. ORANG YANG WAJIB MENGELUARKAN ZAKAT
Orang yang wajib mengeluarkan zakat fitrah ialah : Muslim yang menemui akhir Romadlon dan awal Syawal serta mempunyai kelebihan bahan makan untuk pribadinya dan keluarga yang menjadi tanggung jawabnya di Hari Raya.
Referensi kitab :
Al-Bajury hlm. 278
تجب زكاة الفطر ويقال لها زكاة الفطرة بثلاثة أشياء : (الإسلام) فلا فطرة على كافر أصلي إلا في رقيقه وقريبه المسلمين (وبغروب الشمس من آخر يوم من شهر رمضان) وحيئذ فتخرج زكاة الفطر عمن مات بعد الغروب دون من ولد بعده (ووجود الفضل) وهو يسار الشخص بما يفضل (عن قوته وقوت عياله في ذلك اليوم) أي يوم العيد وكذا ليلته أيضا. ويزكي الشخص عن نفسه وعمن تلزمه نفقته من المسلمين.
Sedangkan ukuran Zakat Fitrah yang harus dikeluarkan : kurang lebih 2,75 Kg.
II. ORANG YANG BERHAK MENERIMA ZAKAT
Orang yang berhak menerima Zakat Fitrah atau mustahiq Zakat jumlahnya ada delapan asnaf atau kelompok, sebagaimana yang disebutkan dalam surat Al-Taubah ayat 60
إِنَّمَا الصَّدَقَاتُ لِلْفُقَرَاءِ وَالْمَسَاكِينِ وَالْعَامِلِينَ عَلَيْهَا وَالْمُؤَلَّفَةِ قُلُوبُهُمْ وَفِي الرِّقَابِ وَالْغَارِمِينَ وَفِي سَبِيلِ اللَّهِ وَابْنِ السَّبِيلِ فَرِيضَةً مِنَ اللَّهِ وَاللَّهُ عَلِيمٌ حَكِيمٌ
III. PENJELASAN BEBERAPA ASNAF YANG SERING DIJUMPAI DI DAERAH KITA
1. Fakir, yaitu : orang yang tidak punya harta atau punya harta apabila dibagi sisa dari umur Gholib (60 th) tidak mencapai 50% dari kebutuhan primer, atau orang yang tidak punya pekerjaan layak atau punya pekerjaan namun hasilnya tidak mencapai 50% dari kebutuhan se hari-hari.
Referensi kitab :
Al-Bajury hlm. 282
الفقير في الزكاة هو الذي لا مال له ولا كسب يقع موقعا من حاجته أي مطعما وملبسا ومسكنا وغيرها مما لا بد منه على ما يليق بحاله وحال ممونه لعمر الغالب .
2. Miskin, yaitu : orang yang punya pekerjaan, hasilnya tidak mencukupi kebutuhan primer, atau punya harta yang apabila dihitung untuk mencukupi kebutuhan pada sisa umur Gholib (60 th) hasilnya mencapai 50 % lebih dari kebutuhan se hari-hari.
Referensi kitab : I’anatut Tholibin Juz 2 hlm. 188
والمسكين: من قدر على مال أو كسب يقع موقعا من حاجته ولا يكفيه كمن يحتاج لعشرة وعنده ثمانية ولا يكفيه الكفاية السابقة، وإن ملك أكثر من نصاب .
Jadi, kalau harta atau hasil dari pekerjaan sudah mencukupi kebutuhan primer, maka bukan Fakir Miskin. Termasuk orang-orang yang kebutuhannya tercukupi dari nafaqoh wajib, contoh : orang tua yang dicukupi anaknya, perempuan yang dicukupi suaminya dan seorang anak yang dicukupi ayahnya.
(ولو أعطاها) أي الزكاة ولو الفطرة (لكافر ...... لم يقع عن الزكاة (أو غني) وهو من له كفاية العمر الغالب على الاصح لم يقع عن الزكاة، لأن شرط الآخذ الاسلام وقيل: من له كفاية سنة , أو الكسب الحلال اللائق (أو مكفي بنفقة قريب) من أصل، أو فرع، أو زوج، بخلاف المكفي بنفقة متبرع (لم يجزئ) ذلك عن الزكاة،
(قوله: وهو من له كفاية العمر الغالب) أي من عنده مال يكفيه العمر الغالب بحيث لو وزع عليه لخص كل يوم ما يكفيه.
3. Amil, yaitu : orang yang diangkat Imam (Pemerintah) untuk mengumpulkan dan membagi zakat, dan setatus Amil adalah wakil dari penerima Zakat, artinya apabila orang mengeluarkan zakatnya melalui Amil, zakatnya sudah cukup (sah).
Adapun panitia yang ada di masyarakat tidak termasuk Amil, panitia tersebut hanya sebagai wakil dari Muzakki (orang yang mengeluarkan Zakat), jadi Zakat yang ada di tangan panitia itu masih milik Muzakki, yang harus mereka bagikan kepada yang berhak menerima dengan cara yang benar dan tepat waktu.
Referensi kitab :
Hawasy Syarwani Juz 4 hlm 415
حواشي الشرواني وابن قاسم العبادي على تحفة المحتاج بشرح المنهاج ج : 4 ص : 415
(وَ) لَهُ (الصَّرْفُ إلَى الْإِمَامِ) أَوْ السَّاعِي ; لِأَنَّهُ نَائِبُ الْمُسْتَحِقِّينَ فَيَبْرَأُ بِالدَّفْعِ لَهُ وَإِنْ قَالَ أَيْ الْإِمَامُ آخُذُهَا مِنْك وَأُنْفِقُهَا فِي الْفِسْقِ ; لِأَنَّهُ لَا يَنْعَزِلُ بِهِ .
قوله: (وإن قال آخذها الخ) أي الإمام سم ونهاية أي وسواء صرفها بعد ذلك لمستحقيها أو تلفت في يده أو صرفها في مصرف آخر ولو حراماً ع ش
4. Sabilillah, yaitu : orang yang perang untuk menegakkan kalimah Allah dengan tidak mendapatkan gaji untuk dirinya maupun untuk oprasional perang, tidak ada istilah sabilil khoir dalam masalah ini.
Keterangan yang menjelaskan Sabilillah ditafsiri dengan Sabilil Khoir (semua jalan kebaikan), sehingga memasukkan pembangunan masjid, mengkafani mayit, membangun benteng, sebagimana diterangkan dalam kitab Tafsir Munir, dan memasukkan orang yang mencari Ilmu Syar’i, guru madrasah, TK, guru ngaji dan lain-lain sebagaimana diterangkan dalam kitab Jawahirul Bukhori, itu semua tidak benar (salah) karena keterangan-keterangan tersebut sangat lemah (Dlo’if), bertentangangan dengan Madzahibul ‘Arba’ah (empat Madzhab) dan bahkan bertentangan dengan Ijma’ ‘Ulama’ sehingga tidak bisa dijadikan landasan hukum.
Keterangan dalam kitab Tafsir Munir tertolak oleh keterangan dalam kitab Al-Mizan Al-Kubro.
Sedangkan keterangan dalam kitab Jawahirul Bukhori pengarangnya tidak jelas identitasnya bahkan diduga tidak tergolong Madzahibul ‘Arba’ah.
المزان الكبرى ج 2 ص 130
اتفق الأئمة الأربعة على أنه لا يجوز أخراج الزكاة لبناء المسجد أو تكفين الموتى
IV. WAKTU MENGELUARKAN ZAKAT.
a. Waktu Afdlol, yaitu : Mulai terbenamnya matahari malam hari raya sampai dilakukannya Shalat ‘Idul Fitri.
b. Waktu Makruh, yaitu : Sejak selesainya Shalat ‘Idul Fitri sampai terbenamnya mata hari tanggal satu Syawal.
c. Waktu Haram, yaitu : setelah terbenamnya mata hari tanggal satu Syawal dan seterusnya.
Referensi Kitab : Fathul Mu’in Hlm 147
فتح المعين بشرح قرة العين بمهمات الدين ج ص : 147
(وحَرُمَ تأخِيرُها عن يومِهِ) أي العيدِ بلا عذر، كغَيْبَةِ مالٍ أو مُسْتَـحِقّ. ويجبُ القضاءُ فوراً لعِصيانِهِ. ويجوزُ تعجِيـلها من أوّل رمضان، ويُسَنّ أن لا تؤخَّر عن الصلاةِ العيدِ، بل يُكْرَه ذلك.
KETERANGAN :
➡ Bagi orang yang belum mengeluarkan zakat pada waktu makruh maupun waktu haram, tetap wajib mengekuarkan zakat, bahkan apabila penundaannya bukan karena udzur maka wajib segera mengeluarkan.
➡ Panitia (bukan Amil) tidak boleh melakukan beberapa hal, antara lain :
a. Membagi kepada masyarakat yang dimungkinkan Zakat akan kembali kepada pemiliknya semula.
b. Mengambil bagian atas nama Amil
c. Menjual untuk kepentingan panitia.
➡ Panitia harus meneliti dengan jeli siapa yang berhak menerima Zakat.
➡ Pembagian Zakat yang tidak benar mengakibatkan Zakat tidak Sah, seperti yang terjadi di Sekolah-sekolah, Kantor-kantor dll, yang pada pelaksanaannya kebanyakan tidak sesuai dengan ketentuan fiqih seperti penerimanya bukan Mustahiq, menjual zakat untuk oprasional dan lain sebagainya.
Referensi kitab : Al-Tarmasyi Juz 4 hlm 120
موهبة ذى الفضل ترمسى الجزء الرابع ص 120
"قوله والعاملون عليها" اى الزكاة يعنى من نصبه الإمام فى أخذ العمالة من الزكوات إلى أن قال . . . ومقتضاه أن من عمل متبرعا لا يستحق شيئا على القاعدة اهـ
Di Tashih oleh;
1. KH.ARDANI AHMAD
2. KH.AZIZI HASBULLAH
LBM PCNU KABUPATEN BLITAR
KETUA
Ky. M. Ali Romzi
SEKRETARIS
TAUFIQUR.R S.Pd.I
Komentar
Posting Komentar
Harap berkomentar yang baik