Langsung ke konten utama

Pengertian Tentang Allah

Pengertian Tentang Allah
1. Tuhan berada diluar jangkauan Pikiran dan Akal
seluruh alam semesta yang tak terhingga terbentang dihadapan mata kita. Tetapi di balik semuanya itu terdapat kekuatan Maha Gaib yang mendalangi semua “Permainan”
bahkan orang-orang tidak percaya akan kebenaran agama dan mengatakan bahwa manusia tiak dapat mengenal bentuk dan sifat Tuhan, mereka tidak meyangkal bahwa kekuatan yang Maha Gaib itu memang ada.
Tetapi kenyataan itu berada di luar jangkauan pikiran dan indra. Karena itu, ia tentu saja menarik kesimpulan bahwa kenyataan itu tidak di pahammi oleh pikiran dan indra. Detiap kejadian duniawi dapat diterangkan dengan akal, tetapi untuk mencapai alam-alam rohani, akal tidak ada gunanya.
Tuhan tidak dibatasi oleh waktu, Ia Luhur dan mandiri. Seluruh ciptaan menaati perintah- Nya, namun ia bukanlah pelakunya. Ia tak berbentuk. Ia Maha ada dan memelihara segala sesuatu; Ia Pencipta, tak bergerak, Mahakuasa, abadi, penebus dosa, tak terpahamkan, tak terjangkau, tanpa awal, kekal, dan Ia adalah kesadaran murni. Ia abadi, tak terkalahkan, gudang pengetahuan. Ia mandiri, swadaya, Ia lautan kenikmatan dan Ia Maha-ada. Ia merupakan perwujudan Sabda dan Nama-Nya memelihara segala sesuatu.
2. Dimanakah Tuhan itu ?
Orang-orang awam mengira bahwa tuhan bersemayam di balik awan atau di dalam lautan. Jiwa-jiwa yang agung telah menghayati-Nya di dalam hatinya, dan para suci sempurna melihat Dia di mana-mana, di dalam maupun di luar.
Para Suci dan para saleh mengatakan bahwa Ia meresap ke dalam seluruh alam semesta dan bahwa alam semesta hidup di dalama Dia.
Kekuatan itu mahatembus dan ia menggerakkan seluruh Alam Jagad Raya. Dalam ayat-ayat suci, Ia tidak digolongkan ke dalam salh satu bangsa, agama atau masyarakat tertentu. Ia digambarkan sebagai Tuhan seluruh alam semesta. Dikatakan juga bahwa Ia meresap kemana-mana.
Tiada satupun tempat atau benda yang hidup maupun mati yang tidak mengandung sinar- Nya. Alam semesta ini merupakan tubuh-Nya tempat Ia bersemayam. Ia meresapi setiap atom seperti jiwa meresap ke dalam setiap pori tubuh sehingga ia dapat bergerak. Tubuh akan berubah menjadi abu bila jiwa keluar dari padanya.
Dimanakah Tuhan itu? Setelah menciptakan dunia ia tidak berpisah dari padanya, Ia mahakuasa, Ia bersemayam didapam ciptaan dan meresapinya, Ia kekal dan Maha-ada. Kita tidak perlu mencari Dia di hutan belantara. Yang diperlukan ialah mencelikkan mata rohani yang dapat melihat Dia.
Tanpa menghayatinya sendiri, kita tidak dapat memahami fakta itu. Tentu saja kita dapat memahami sesuatu dengan menggunakan contoh.
Kita merupakan partikel-pertikel Tuhan. Hubungan kita dengan Tuhan adalah seperti bagian yang kecil dari dari keseluruhannya. Tidak ada perbedaan antara gelombang dengan lautan. Tidak ada bedanya antara matahari dengan sinarnya. Tuhan tidak pernah meremehkan kita walaupun hanya sesaat. Ia selalu menjaga kita.
Kita tidak pernah berpisah dari Dia. Ia selalu ada di dalam diri kita dan selalu meresapi jiwa raga kita. Menurut beberapa Ayat suci dan pendapat para Alim Ulama serta Guru Murshid, keberadaan Tuhan adalah sebagai berikut :
1. Dan sungguh kami telah mencipkan manusia dan kami mengetahui apa yang dibisikan oleh hatinya.
2. tiada pula orang mengatakan : tengoklah, ada disini, atau ada disana, karena kerajaan Alloh itu ada dalam kamu.
3. apa faedahnya untuk lari ke Hutan naik ke Gunung guna mencari tuhan ? Ia bersemayam di dalam dirimu dan meresap ke dalam seluruh jiwa ragamu, akan tetapi Ia terpisah. Tuhan terdapat di dalam dirimu seperti beyangan yang terdapat dalam cermin. Ia ada dalam lubuk hatimu, di sanalah Ia harus di cari.
4. kita harus melihat dengan mata rohani kita dan mendengar suara-Nya dengan telinga rohani kita. Kita harus menembus tiraiyang gelap itu di dalam dan memandang kemulian-Nya
5. apabila kita melihat kenyataan dengan mata rohanu kita, maka berulah kita menjadi yakin akan kebenaran ajaran para Guru Mushid.
6. suara Tuhan berkumandang dari kubah, tetapi dunia yang sedang tidur tidak mendengarnya, hai khalayak ramai yang masih tetap tuli terhadap panggilan- Nya, pandanglah ke bahagian orang yang telah bangkit rohaninya, yang mendengan Suara Tuhan dan yang telah menggabungkan diri dengan Dia.
7. seorang suci Islam berkata : Tuhan bersemayam di dalam engkau, hai orang bodoh, dan engkau mencari-Nya di dunia luar dari satu tempat ke tempat yang lain. Apabila Tuhan ada di dalam diri kita dan kita mencarinya di tempat yang lain, maka usaha jita akan sia-sia.
8. apapun yang ada di alam semesta ini ada pula di dalam tubuh, dan barang siapa mencarinya di dalam tubuh ini, niscaya ia akan menemukan
Sebelum alam semesta ini tercipta (sebelum ada apa-apa) Dzat yang Maha Esa telah tercipta di Alam Sejati (pusat hidup yang sejati) dalam ke adan tenang tentram dan abadi, jadi keadaan Tuhan tidak ada yang mengadakan (bertahta pribadi berdiri sendiri) tiada permulaan dan tiada akhir, tidak membutuhkan tempat dan waktu serta Maha Esa.
Tuhan dapat di pandang sebagai asal mula kesadaran hidup yang tidak terbatas dan tidak bergerak. Di dalamnya terkandung kemampuan yang tidak terbatas ini dalam bahasa asing di sebut : omnipotent, artinya Maha kuasa.
Sesuai dengan keterangan tersebut, Allah berfirman: “Dimanapun kamu berada, Allah selalu bersama-mu dan Allah mengetahui apa yang kamu perbuat”.
Allah mempunyai tiga sifat : Sukma Kawekas (Nuur Alah), Sukam Sejati (Nuur Muhammad), Roh Suci. Ketiga sifat ini tidak dapat di pisah-pisahkan dan tidak dapat di kurangi.
1. SUKMA KAWEKAS, Artinya: Yang menghidupi, yang membuat hidup, yang menyebabkan kita merasa hidup, atau Sumber Hidup
2. SUKMA SEJATI, Artinya: Yang sebenar-benarnya menghadapi jiwa manusia dan melaksanakan Karsa Sukam Kawekas dengan penuh kebijaksanaan, dapat pula disebut Guru Sejati, Penuntun Sejati, sebab pada hakekatnya yang disebut Sukma Sejati itu adalah Af’aal Tuhan, pakarti Tuhan, aktivitas Tuhan, gerak Tuhan
3. ROH SUCI, Artinya: Sifat yang dihidupi atau yang di beri hidup dan yang diberi kekuasaan dalam melaksanakan Karsa Tuhan. Ahli Sufi mengatakan: Roh yang berada dalam tubuh makhluk yang bersifat hidup disebut Nuur Ilahi (Cahaya Tuhan) atau Roh Kudus.

Tambahan keterangan :

1. SUKMA KAWEKAS, yang bersinar pasif itu dapat dimisalkan sebagai matahari yang bersifat pasif juga (diam, tidak bergerak, memancarkan sinarnya)
2. SUKMA SEJATI, yang bersifat aktif menjalankan Karsa Tuhan, dimisalkan matahari yang juga bersifat akrif memancarkan sinarnya
3. ROH SUCI, atau Nuur Tuhan yang kemudian menjadi jiwa manusia yang sejati, dimisalkan panas sinar matahari yang dirasakan oleh makhluk yang menerima sinar matahari yang dirasakan oleh mahluk yang menerima sinar
Keterangan Secara terperinici :
1. SUKMA KAWEKAS, bersifat Karsa, berarti Dzat yang mempunyai Hidup, atau Sumber Hidup yang belum bergerak (masih statis) disalamnya terkandung Karsa.
2. SUKMA SEJATI, nersifat bijaksana, berarti Dzat yng sesungguhnya memberi hidup yang telah bergerak (dinamis) didalamnya terkandung kebijaksanaan.
3. ROH SUCI, bersifat kuasa, berarti Nuur Ilahi (Nuur Dzatullah) yang bersemayam dalam jasmani manusia, diberi kekuasaan untuk melaksanakan Karsa Sukma Kawekas.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERBEDAAN AMIL DAN PANITIA ZAKAT

 PERBEDAAN   AMIL DAN PANITIA ZAKAT 1- Amil adalah wakilnya mustahiq. Dan Panitia zakat adalah wakilnya Muzakki. 2- Zakat yang sudah diserahkan pada amil apabila hilang atau rusak (tidak lagi layak di konsumsi), kewajiban zakat atas muzakki gugur. Sementara zakat yang di serahkan pada panitia zakat apabila hilang atau rusak, maka belum menggugurkan kewajiban zakatnya muzakki. - (ﻭﻟﻮ) (ﺩﻓﻊ) اﻟﺰﻛﺎﺓ (ﺇﻟﻰ اﻟﺴﻠﻄﺎﻥ ﻛﻔﺖ اﻟﻨﻴﺔ ﻋﻨﺪﻩ) ﺃﻱ ﻋﻨﺪ اﻟﺪﻓﻊ ﺇﻟﻴﻪ ﻭﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﻨﻮ اﻟﺴﻠﻄﺎﻥ ﻋﻨﺪ اﻟﺪﻓﻊ ﻟﻠﻤﺴﺘﺤﻘﻴﻦ * ﻷﻧﻪ ﻧﺎﺋﺒﻬﻢ ﻓﺎﻟﺪﻓﻊ ﺇﻟﻴﻪ ﻛﺎﻟﺪﻓﻊ ﻟﻬﻢ ﺑﺪﻟﻴﻞ ﺃﻧﻬﺎ ﻟﻮ ﺗﻠﻔﺖ ﻋﻨﺪﻩ اﻟﺰﻛﺎﺓ ﻟﻢ ﻳﺠﺐ ﻋﻠﻰ اﻟﻤﺎﻟﻚ ﺷﻲء ﻭاﻟﺴﺎﻋﻲ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ ﻛاﻟﺴﻠﻄﺎﻥ.* - {نهاية المحتاج جز ٣ ص ١٣٩} - (ﻭﻟﻮ ﺩﻓﻊ ﺇﻟﻰ اﻟﺴﻠﻄﺎﻥ) ﺃﻭ ﻧﺎﺋﺒﻪ ﻛﺎﻟﺴﺎﻋﻲ (ﻛﻔﺖ اﻟﻨﻴﺔ ﻋﻨﺪﻩ) ﺃﻱ ﻋﻨﺪ اﻟﺪﻓﻊ ﺇﻟﻴﻪ ﻭﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﻨﻮ اﻟﺴﻠﻄﺎﻥ ﻋﻨﺪ اﻟﺼﺮﻑ؛ * ﻷﻧﻪ ﻧﺎﺋﺐ اﻟﻤﺴﺘﺤﻘﻴﻦ ﻓﺎﻟﺪﻓﻊ ﺇﻟﻴﻪ ﻛﺎﻟﺪﻓﻊ ﺇﻟﻴﻬﻢ ﻭﻟﻬﺬا ﺃﺟﺰﺃﺕ ﻭﺇﻥ ﺗﻠﻔﺖ ﻋﻨﺪﻩ ﺑﺨﻼﻑ اﻟﻮﻛﻴﻞ* ﻭاﻷﻓﻀﻞ ﻟﻹﻣﺎﻡ ﺃﻥ ﻳﻨﻮﻱ ﻋﻨﺪ اﻟﺘﻔﺮﻗﺔ ﺃﻳﻀﺎ.. - {تحفة المحتاج جز ٣ ص ٣٥٠} 3- Menyerahkan zakat pada amil hukumnya Afdhol (lebih utama) daripada di serahkan sendiri oleh muzakki pada m

DALIL TAHLILAN

بِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ Masyarakat muslim Indonesia adalah mayoritas penganut madzhab Imam Syafi’i atau biasa disebut sebagai Syafi’iyah (penganut Madzhab Syafi’i). Namun, sebagain lainnya ada yang tidak bermadzhab Syafi’i. Di Indonesia, Tahlilan banyak dilakukan oleh penganut Syafi’iyah walaupun yang lainnya pun ada juga yang melakukannya. Tentunya tahlilan bukan sekedar kegiatan yang tidak memiliki dasar dalam syariat Islam, bahkan kalau ditelusuri dan dikaji secara lebih mendalam secara satu persatu amalan-amalan yang ada dalam tahlilan maka tidak ada yang bertentangan dengan hukum Islam, sebaliknya semuanya merupakan amalah sunnah yang diamalkan secara bersama-sama. Oleh karena itu, ulama seperti walisongo dalam menyebarkan Islam sangatlah bijaksana dan lihai sehingga Islam hadir di Indonesia dengan tanpa anarkis dan frontal, salah satu buahnya sekaligus kelihaian dari para ulama walisongo adalah diperkenalkannya kegiatan tahlilan dengan sangat bijaksana.

MEMBERIKAN ZAKAT FITRAH KEPADA USTADZ

PENGERTIAN FII SABILILLAH MENURUT PERSPEKTIF EMPAT MADZHAB. Sabilillah ( jalan menuju Allah ) itu banyak sekali bentuk dan pengamalannya, yg kesemuanya itu kembali kepada semua bentuk kebaikan atau ketaatan. Syaikh Ibnu Hajar alhaitamie menyebutkan dalam kitab Tuhfatulmuhtaj jilid 7 hal. 187 وسبيل الله وضعاً الطريقة الموصلةُ اليه تعالى (تحفة المحتاج جزء ٧ ص ١٨٧) Sabilillah secara etimologi ialah jalan yang dapat menyampaikan kepada (Allah) SWT فمعنى سبيل الله الطريق الموصل إلى الله وهو يشمل كل طاعة لكن غلب إستعماله عرفا وشرعا فى الجهاد. اه‍ ( حاشية البيجوري ج ١ ص ٥٤٤)  Maka (asal) pengertian Sabilillah itu, adalah jalan yang dapat menyampaikan kepada Allah, dan ia mencakup setiap bentuk keta'atan, tetapi menurut pengertian 'uruf dan syara' lebih sering digunakan untuk makna jihad (berperang). Pengertian fie Sabilillah menurut makna Syar'ie ✒️ Madzhab Syafi'ie Al-imam An-nawawie menyebutkan didalam Kitab Al-majmu' Syarhulmuhaddzab : واحتج أصحابنا بأن المفهوم في ا