Hukum Seseorang Berzakat Menggunakan Beras Yang Dia Terima Dari Muzakki Yang Lainnya ... Bolehkah ?
📒 DESKRIPSI
Dalam memberikan zakat fitrah tidak jarang sekali di masyarakat mengutamakan yang ada hubungan famili kekeluargaan yang terlihat kurang mampu sebagai penerima zakatnya meskipun mereka tidak seakidah (non muslim), ada yang memberikan zakat fitrahnya kepada paman, bibi, saudara, mertua, bahkan kepada kakek /neneknya dan orang tuanya sendiri, padahal ada penjelasan tidak boleh diberikan kepada orang yang menjadi tanggungan nafaqoh bagi dirinya dan juga diantara mereka selain miskin juga ada yang fakir.
Selain hal tersebut diatas, mereka kadang mendistribusikan/memberikan zakat fitrah antara kekeluargaan tersebut menggunakan beras yang sama, misalnya ketika seorang ponakan memberikan zakat fitrahnya ke pamannya, maka si paman meskipun sangat miskin memberikan zakat ke saudaranya menggunakan beras yang diterima dari ponakannya tersebut. Karena menurut si paman, semiskin-miskinnya seseorang tetap wajib mengeluarkan zakat fitrah.
📝 PERTANYAAN
Boleh seseorang berzakat menggunakan beras yang dia terima dari Muzakki yang lainnya ?
📖 JAWABAN
Boleh, karena beras zakat yang telah diterima sudah menjadi miliknya, sehingga boleh ditasarrufkan untuk apa saja.
Referensi :
{المجموع شرح المهذب، الجزء ٦ الصحفة ١٣٩}
وَقَالَ الْمَحَامِلِيُّ فِي كِتَابَيْهِ المجموع والتجريد إذَا دَفَعَ فِطْرَتَهُ إلَى فَقِيرٍ وَالْفَقِيرُ مِمَّنْ تَلْزَمُهُ الْفِطْرَةُ فَدَفَعَهَا الْفَقِيرُ إلَيْهِ عَنْ فِطْرَتِهِ جَازَ لِلدَّافِعِ الْأَوَّلِ أَخْذُهَا قَالَ وَكَذَا لَوْ دَفَعَهَا أَوْ غَيْرَهَا مِنْ الزَّكَوَاتِ إلَى الْإِمَامِ ثُمَّ لَمَّا أَرَادَ الْإِمَامُ قَسْمَ الصَّدَقَاتِ وَكَانَ الدَّافِعُ مُحْتَاجًا جَازَ دَفْعُهَا بِعَيْنِهَا إلَيْهِ لِأَنَّهَا رَجَعَتْ إلَيْهِ بِغَيْرِ الْمَعْنَى الَّذِي خَرَجَتْ بِهِ فَجَازَ كَمَا لَوْ عَادَتْ إلَيْهِ بِإِرْثٍ أَوْ شراء اوهبة
Artinya : Imam al-Mahamili di dalam kedua kitabnya, yaitu kitab al-majmu' dan at-tajrid berkata ; apabila seseorang menyerahkan zakat fitrahnya kepada si fakir, sedangkan fakir (yang menerima) termasuk orang yang wajib mengeluarkan zakat fitrah juga kemudian si fakir tersebut menyerahkan lagi kepada pemberi dari fitrah (yang dia terima), maka boleh bagi pemberi pertama untuk mengambil (zakat yang diberikan kepadanya).
Imam al-Mahamili berkata: begitu pula jika seseorang atau yang lainnya menyerahkan zakat fitrah kepada Imam kemudian di saat Imam ingin membagikan zakat dia temui pemberi zakat (tadi) juga orang yang membutuhkan, maka boleh bagi Imam untuk menyerahkan zakat kepadanya dengan zakat yang tadi ia terima karena zakat fitrah itu kembali kepadanya bukan berarti zakat itu dikeluarkan untuknya, maka boleh sebagaimana zakat itu kembali kepadanya dengan sebab diwariskan, dibeli atau diberikan cuma-cuma.
٠{ابن حجر الهيتمي، تحفة المحتاج في شرح المنهاج وحواشي الشرواني والعبادي، الجزء ٣ الصحفة ٣١٩}
لَوْ دَفَعَ فِطْرَتَهُ إلَى فَقِيرٍ مِمَّنْ تَلْزَمُهُ الْفِطْرَةُ فَدَفَعَهُ الْفَقِيرُ إلَيْهِ عَنْ فِطْرَتِهِ جَازَ لِلدَّافِعِ الْأَوَّلِ أَخْذُهَا إنْ وُجِدَ فِيهِ مُسَوِّغٌ؛ لِأَنَّ وُجُوبَ زَكَاةِ الْفِطْرَةِ لَا يُنَافِي أَخْذَ الصَّدَقَةِ؛ لِأَنَّ أَخْذَهَا يَقْتَضِي غَايَةَ الْفَقْرِ وَالْمَسْكَنَةِ مُغْنِي وَإِيعَابٌ عِبَارَةُ شَيْخِنَا.
وَاخْتَارَ بَعْضُهُمْ جَوَازَ صَرْفِهَا إلَى وَاحِدٍ وَلَا بَأْسَ بِتَقْلِيدِهِ فِي زَمَانِنَا هَذَا قَالَ بَعْضُهُمْ وَلَوْ كَانَ الشَّافِعِيُّ حَيًّا لَأَفْتَى بِهِ انْتَهَى اهـ
Artinya : Jika seseorang memberikan fitrahnya kepada faqir sementara si faqir tadi termasuk orang yang wajib mengeluarkan zakat fitrah kemudian si faqir memberikan kembali kepada pembayar zakat dari fitrah yang dia terima tadi, maka boleh bagi pemberi (zakat fitrah) yang pertama untuk mengambil zakat fitrah tadi jika dia menemukan alasan yang membolehkan (dia untuk mengambil zakat) karena wajibnya membayar zakat tidak menghalangi dia untuk mengambil zakat. Karena dengan mengambil zakat fitrah menunjukkan dia berada pada golongan fakir dan miskin ini adalah cukup dari penjelasan Syeikhuna.
Sebagian Ulama' memilih pendapat boleh memberikan zakat kepada satu golongan saja, dan tidak apa-apa memilih pendapat tersebut di zaman sekarang ini, sebagian Ulama' lagi berpendapat : Seandainya Imam Syafi'i hidup di zaman ini niscaya beliau akan memfatwakan hal yang sama.
والله أعلم بالصواب
Komentar
Posting Komentar
Harap berkomentar yang baik