Langsung ke konten utama

PEMBAHASAN DAN PENGERTIAN BID’AH SECARA MENDALAM BERDASARKAN ILMU NAHU SYOROF MANTIQ DAN BALAGHOH

PEMBAHASAN DAN PENGERTIAN BID’AH SECARA MENDALAM BERDASARKAN ILMU NAHU SYOROF MANTIQ DAN BALAGHOH


PERTANYAAN KEPADA WAHABI YANG TAK AKAN PERNAH MEREKA JAWAB
Karena wahabi masih bersikeras untuk mempertahankan pendapat mereka bahwa
tidak ada bid’ah hasanah.

Kalau memang wahabi lebih faham dalam ilmu hadist, tolong terangkan kepada
kami tentang hadist dibawah ini sesuai nahwu shoraf mantiq dan balagoh.
ﻛﻞ ﻣﺤﺪﺛﺔ ﺑﺪﻋﺔ ﻭﻛﻞ ﺑﺪﻋﺔ ﺿﻼﻟﺔ

1.      Dimana maudhu’ nya? Ada berapa?
2. Dimana mahmul nya? Ada brp?
3. Dimana muqaddam? Ada brp?
4. Dimana taali nya? Ada berapa?
5. Dimana muqaddimah shugronya? Ada brp?
6. Dimana muqaddimah kubronya ? Ada brp?
7. Tolong diqiyas kan dan dimana letak pembuangan had wasath nya sesuai syikil
awal kah? Syikil tsani kah? Syikil tsalist kah? Atau syikil robi’ kah?
8. Apakh boleh di aksul mustawikan disini sesuai keif dan kam nya?
9. Apakah shoh tanaqudh dbhasan ini sesuai keif dan kam nya?
10. Saya juga minta ta’rif bid’ah sesuai had tam
11. Sesuai had naqish
12. Sesuai rasm tam
13. Sesuai rasm naqish
14. Sesuai alfazh
15. Apakah natijahnya kulliyah mujabah?
16. Ataukah juz-iyah mujabah?
17. Tunjukkan dimana musnadnya?
18. Dimana musnad ilaihnya?
19. Adakah dsini hazfu muhdhaf ? Dmana?
20. Tunjukkan dimana qosharnya?
21. Dimana ijaz nya?
22. Dmana ithnab nya?
23. Adakh dsini janas?
24. Kullu kepada muhdatsah itu idhofat apa?
25. Kullu kpd bid’ah itu idhofat apa?
26. Muhdatsah itu mashdar apa?
27. Bid’ah itu mashdar apa?
28. Dholalah itu mashdar apa?
29. Hurup jar pada finnar bima’na apa?
30. Fi itu muta’alliq nya kemana?

Ingat disini terdapat pembahasan ilmu nahwu, sharaf, mantiq dan balagah yang
tinggi, bukan sembarangan terjemah….!!!
Jika memaknakan kalimat itu dengan : SETIAP BID’AH YAITU SESAT
Ini namanya terjemah, dan terjemah yang dangkal seperti ini tidak bisa diambil
hukum untuk mengatakan tahlilan, yasinan, peringatan maulid nabi, isro mi’roj itu
adalah bid’ah dholalah.

Kita akan bahas sedikit disni tentang perbedaan rasulullah dengan para ulama
wahabi :
Rasulullah SAW mengatakan
ﻛﻞ ﺑﺪﻋﺔ ﺿﻼﻟﺔ
ini tidak dengan hawa nafsu, dengan dalil
ﻭﻣﺎ ﻳﻨﻄﻖ ﻋﻦ ﺍﻟﻬﻮﻯ ﺇﻥ ﻫﻮ ﺇﻻ ﻭﺣﻲ ﻳﻮﺣﻰ

Sedangkan wahabi disini mengatakan
ﻛﻞ ﺑﺪﻋﺔ ﺿﻼﻟﺔ
Dengan hawa nafsu mereka, dengan dalil bahwa ilmu nahwu, sharaf, mantiq dan
balagah para wahabi disini tidak ada sama skali, bahkan cuma taklid BUTA…!!!

MARI KITA KAJI SEDIKIT MAKNA KUL DALAM HADITS TENTANG BID’AH DENGAN
NAHWU DAN MANTIQ

ﻛﻞ ﺑﺪﻋﺔ ﺿﻼﻟﺔ ﻭﻛﻞ ﺿﻼﻟﺔ ﻓﻲ ﺍﻟﻨﺎﺭ
Artinya “Setiap bid’ah itu sesat dan setiap kesesatan itu masuk neraka”

Dengan Membandingkan Hadist Tersebut dengan Surat Al-kahfi Ayat 79
yang Mana Antara Keduanya sama-sama Dihukumkan ke Kullu Majmu’ Maka Akan
kita Dapati Pemahaman Sebagai Berikut

Bid’ah itu Kata Benda Tentu Mempunyai Sifat Tidak Mungkin Ia tidak mempunyai
Sifat Mungkin Saja ia bersifat baik atau mungkin bersifat jelek Sifat tersebut tidak
ditulis dan tidak disebutkan dalam hadits di atas dalam Ilmu Balaghah dikatakan
ﺣﺬﻑ ﺍﻟﺼﻔﺔ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﻮﺻﻮﻑ
“MEMBUANG SIFAT DALAM MAUSHUF”
Artinya “Membuang sifat dari benda yg bersifat”

Seandainya kita tulis sifat bid’ah maka terjadi dua kemungkinan
A. Kemungkinan pertama :
ﻛﻞ ﺑﺪﻋﺔ ﺍﻱ ﺣﺴﻨﺔ ﺿﻼﻟﺔ ﻭﻛﻞ ﺿﻼﻟﺔ ﻓﻲ ﺍﻟﻨﺎﺭ
“Semua bid’ah (yg baik) sesat, dan semua yg sesat masuk neraka”.
Hal ini tidak mungkin, bagaimana sifat baik dan sesat berkumpul dalam satu
benda dan dalam waktu dan tempat yg sama, hal itu tentu mustahil

B. Kemungkinan kedua :
ﻛﻞ ﺑﺪﻋﺔ ﺍﻱ ﺳﻴﺌﺔ ﺿﻼﻟﺔ ﻭﻛﻞ ﺿﻼﻟﺔ ﻓﻲ ﺍﻟﻨﺎﺭ
“Semua bid’ah (yg jelek) itu sesat, dan semua kesesatan itu masuk neraka”
Jelek dan sesat sejalan tidak Bertentangan

Hal ini terjadi pula dalam Al-Qur’an, Allah Subhanahu wa Ta’ala telah Membuang
sifat kapal dalam Firman-Nya :
ﻭﻛﺎﻥ ﻭﺭﺍﺀﻫﻢ ﻣﻠﻚ ﻳﺄﺧﺬ ﻛﻞ ﺳﻔﻴﻨﺔ ﻏﺼﺒﺎ ﺍﻷﻳﺔ ﺃﻟﻜﻬﻒ ﺍﻳﺔ ٧٩
Artinya : Di belakang mereka ada raja yg akan merampas semua kapal dengan
paksa “Al-Kahfi : 79
Keterangan Pelengkap Dalam Tafsir Ash-Showi Juz 3 Hal 28 cetakan Al-Hidayah
ﻗﻮﻟﻪ ﺳﻔﻴﻨﺔ ﺍﻱ ﺻﺎﻟﺤﺔ ﻭﺷﺮﺣﻪ ﺍﻱ ﺻﺤﻴﺤﺔ
ﺗﻔﺴﻴﺮ ﺍﻟﺼﺎﻭﻱ ﺝ ٣ ﺹ ٢٨
Dalam ayat tersebut Allah Subhanahu wa Ta’ala tidak menyebutkan kapal yg baik
adalah KAPAL JELEK karena yg jelek tidak mungkin diambil oleh raja
Maka lafadz
ﻛﻞ ﺳﻔﻴﻨﺔ sama dengan ﻛﻞ ﺑﺪﻋﺔ
Alias sama-sama tidak disebutkan Sifatnya Walaupun pasti punya sifat ialah kapal
yg baik
ﻗﻮﻟﻪ ﺳﻔﻴﻨﺔ ﺍﻱ ﺻﺎﻟﺤﺔ ﻭﺷﺮﺣﻪ ﺍﻱ ﺻﺤﻴﺤﺔ
ﺗﻔﺴﻴﺮ ﺍﻟﺼﺎﻭﻱ ﺝ ٣ ﺹ٢٨

NGOPI DULU SAMBIL MELANJUTKAN PEMBAHASAN INI BIAR MUDAH DIPAHAMI

ﻛﻞ ﻣﺤﺪﺛﺔ ﺑﺪﻋﺔ ﻭﻛﻞ ﺑﺪﻋﺔ ﺿﻼﻟﺔ ﻭﻛﻞ ﺿﻼﻟﺔ ﻓﻲ ﺍﻟﻨﺎﺭ
“Kullu muhdatsin bid’ah, wa kullu bid’atin dholalah, wa kullu dholalatin fin naar”
Dalam Hadits tersebut Rancu sekali kalau kita maknai SETIAP Bid’ah dengan
makna KESELURUHAN, bukan SEBAGIAN. Untuk membuktikan adanya dua macam
makna ‘kullu’ ini, dalam kitab mantiq ‘Sullamul Munauruq’ oleh Imam Al-Akhdhori
yg telah diberi syarah oleh Syeikh Ahmad al-Malawi dan diberi Hasyiah oleh Syeikh
Muhamad bin Ali as-Shobban Dan Dalam kitab Nubdzatul Bayan Karangan nya
RKH Abdul Majid pamelasan Madura santrimya RKH Kholil Bangkalan Gurunya KH
Hasyim ASy’ari Pendiri NU Tertulis

ﺍﻟﻜﻞ ﺣﻜﻤﻨﺎ ﻋﻠﻰ ﺍﻟﻤﺠﻤﻮﻉ ٠ ﻛﻜﻞ ﺫﺍﻙ ﻟﻴﺲ ﺫﺍ ﻭﻗﻮﻉ
ﻭﺣﻴﺜﻤﺎ ﻟﻜﻞ ﻓﺮﺩ ﺣﻜﻤﺎ٠ ﻓﺈﻧﻪ ﻛﻠﻴﺔ ﻗﺪ ﻋﻠﻤﺎ
ﺷﺮﺡ ﺍﻟﺴﻠﻢ ﺍﻟﻤﻠﻮﻱ ﺹ ٧٨ ﺣﺘﻰ ٨٠
ﻧﺒﺬﺓ ﺍﻟﺒﻴﺎﻥ ﺹ ٤٩ ﺣﺘﻰ ٥٠
“Kullu itu kita hukumkan untuk majmu’ (sebagian atau sekelompok) seperti
Sebagian itu tidak pernah terjadi, Dan jika kita hukumkan untuk tiap-tiap satuan
Maka dia adalah kulliyyah (jami’ atau keseluruhan) yg sudah dimaklumi”
Mari Perhatikan dengan seksama & cermat kalimat hadits tersebut. Jika memang
Maksud Rosululloh shalallahu ‘alaihi wa sallam adalah SELURUH kenapa beliau
BERPUTAR-PUTAR dalam haditsnya ?

Kenapa Rosululloh tidak langsung saja “KULLU MUHDITSATIN FINNAR” (setiap yg
baru itu di neraka) ?
ﻛﻞ ﻣﺤﺪﺛﺔ ﻓﻲ ﺍﻟﻨﺎﺭ
Kenapa Rosululloh Shollallohu ‘alaihi wa sallam menentukan yang akhir yakni
“kullu dholalatin fin naar” bahwa yang SESAT itulah yang masuk NERAKA ?
Selanjutnya, Kalimat Bid’ah di sini adalah bentuk ISIM (kata benda) bukan FI’IL
(kata kerja)

Dalam ilmu nahwu menurut kategorinya Isim terbagi 2 yakni Isim Ma’rifat
(tertentu) dan Isim Nakirah (umum)
Nah….. kata BID’AH ini bukanlah
1. Isim dhomir
2. Isim alam
3. Isim isyaroh
4. Isim maushul
5. Ber alif lam

yang merupakan bagian dari isim ma’rifat. Jadi kalimat bid’ah di sini adalah isim
Nakiroh Dan KULLU di sana berarti tidak beridhofah (bersandar) kepada salah satu
dari yg 5 diatas
Seandainya KULLU beridhofah kepada salah 1 yg 5 diatas, maka ia akan menjadi
ma’rifat Tapi pada ‘KULLU BID’AH‘, ia beridhofah kepada nakiroh. Sehingga
dalalah -nya adalah bersifat ‘am (umum)
Sedangkan setiap hal yg bersifat umum pastilah menerima pengecualian. Ini
sesuai dengan pendapatImam Nawawi RA
ﻗﻮﻟﻪ ﻭﻛﻞ ﺑﺪﻋﺔ ﺿﻼﻟﺔ ﻫﺬﺍ ﻋﺎﻡ ﻣﺨﺼﻮﻝ ﻭﺍﻟﻤﺮﺍﺩ ﻏﺎﻟﺐ ﺍﻟﺒﺪﻉ
“Sabda Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam, “semua bid’ah adalah sesat” ini adalah
kata-kata umum yg dibatasi jangkauannya. Maksud “semua bid’ah itu sesat”,
adalah sebagian besar bid’ah itu sesat, bukan seluruhnya” (Syarh Shahih Muslim,
juz 6 hal 154).
Lalu apakah SAH di atas itu dikatakan MUBTADA’ (awal kalimat)? Padahal dalam
kitab Alfiyah (salah 1 kitab rujukan ilmu nahwu) tertulis :
ﻭﻻ ﻳﺠﻮﺯ ﺍﻟﻤﺒﺘﺪﺍﺀ ﺑﺎﻟﻨﻜﺮﺍﺓ
“Mubtada’ Tidak boleh terbuat dari isim nakiroh”

KECUALI ada beberapa syarat, di antaranya adalah dengan sifat.
Andai pun mau dipaksakan untuk men-sah-kan mubtada’ dengan ma’rifah agar
tidak bersifat UMUM pada ‘kullu bid’atin di atas, maka tetap ada sifat yang di
buang (dilihat DARI SISI BALAGHAH)
KITAB-KITAB YANG MEMBAHAS KHUSUS BID’AH
Abu Ishaq Ibrahim bin Musa bin Muhammad Al-Lakhmi Asy-Syathibi Al-Gharnathi
ﺍﺑﺘﺪﺃ ﻃﺮﻳﻘﺔ ﻟﻢ ﻳﺴﺒﻘﻪ ﺇﻟﻴﻬﺎ ﺳﺎﺑﻖ ﻓﺎﻟﺒﺪﻋﺔ ﺇﺫﻥ ﻋﺒﺎﺭﺓ ﻋﻦ ﻃﺮﻳﻘﻪ ﻓﻲ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﻣﺨﺘﺮﻳﻌﺔ ﺗﻀﺎﺧﻲ
ﺍﻟﺸﺮﻋﻴﺔ ﻳﻘﺼﺪ ﺑﺎﻟﺴﻠﻮﻙ ﻋﻠﻴﻬﺎ ﺍﻟﻤﺒﺎﻟﻐﺔ ﻓﻲ ﺍﻟﺘﻌﺒﺪ ﻟﻠﻪ ﺳﺒﺤﺎﻧﻪ
Bid’ah secara (ETIMOLOGI) bahasa berarti mencipta dan mengawali sesuatu
Reff – Kitab Al-‘Itisham Juz 1 Hal 36

Sedangkan Menurut Istilah (TERMINOLOGI) bid’ah berarti cara baru dalam agama,
yg belum ada contoh sebelumnya yg menyerupai syariah dan bertujuan untuk
dijalankan & berlebihan dalam beribadah kepada Allah Subhanahu Wata’ala
Reff – Kitab Al-‘Itisham Juz 1 Hal 37

Imam Syafi’i Membagi Perkara Baru Menjadi dua :
1. Perkara baru yg bertentangan dgn Al-Kitab & As-Sunnah atau atsar sahabat &
ijma’ Ini adalah bidah dholalah.
2. Perkara baru yang baik tetapi tidak bertentangan dengan Al-Kitab dan As-
Sunnah atau atsar sahabat & ijma’. Ini adalah bidah yang tidak tercela. Inilah yang
dimaksud dengan perkataan Imam Syafi’i yang membagi bid’ah menjadi dua yaitu
bid’ah mahmudah terpuji & bid’ah mazmumah tercela/buruk. Bid’ah yang sesuai
dengan sunnah adalah terpuji & baik, sedangkan yang bertentangan dengan
sunnah ialah tercela & buruk
ﻣﺤﻤﺪ ﺑﻦ ﺇﺩﺭﻳﺲ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﻳﻘﻮﻝ ﺍﻟﺒﺪﻋﺔ ﺑﺪﻋﺘﺎﻥ ﺑﺪﻋﺔ ﻣﺤﻤﻮﺩﺓ ﻭﺑﺪﻋﺔ ﻣﺬﻣﻮﻣﺔ ﻓﻤﺎ ﻭﻓﻖ
ﺍﻟﺴﻨﺔ ﻓﻬﻮ ﻣﺤﻤﻮﺩﺓ ﻭﻣﺎ ﺧﺎﻟﻒ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﻓﻬﻮ ﻣﺬﻣﻮﻣﺔ ﻭﺍﺣﺘﺞ ﻳﻘﻮﻝ ﻋﻤﺮﻭ ﺑﻦ ﺍﻟﺨﻄﺎﺏ ﻓﻲ ﻗﻴﺎﻡ
ﺭﻣﻀﺎﻥ ﻧﻌﻤﺔ ﺍﻟﺒﺪﻋﺔ ﻫﻲ ﺣﻠﻴﺔ ﺍﻷﻭﻟﻴﺎﺀ ﻭﻃﺒﻘﺎﺕ ﺍﻷﺻﻔﻴﺎﺀ ﺝ ٩ ﺹ ١١٣ ﻟﻠﺤﺎﻓﻆ ﺍﺑﻲ ﻧﻌﻴﻢ
ﺍﺣﻤﺪ ﺑﻦ ﻋﺒﺪ ﺍﻟﻠﻪ ﺍﻷﺻﻔﻬﺎﻧﻲ ﻭﻓﻲ ﺍﻟﺤﺪ ﺍﻳﻀﺎ ﻣﻌﻨﻰ ﺃﺧﺮ ﻣﻤﺎ ﻳﻨﻈﺮ ﻓﻴﻪ ﻭﻫﻮ ﺍﻥ ﺍﻟﺒﺪﻋﺔ ﻣﻦ
ﺣﻴﺚ ﻗﻴﻞ ﻓﻴﻬﺎ ﺍﻧﻬﺎ ﻃﺮﻳﻘﺔ ﻓﻲ ﺍﻟﺪﻳﻦ ﻣﺨﺘﺮﻋﺔ ﺇﻟﻰ ﺁﺧﺮﻩ ﻳﺪﺧﻞ ﻓﻲ ﻋﻤﻮﻡ ﻟﻔﻈﻬﺎ ﺍﻟﺒﺪﻋﺔ
ﺍﻟﺘﺮﻛﻴﺔ ﻛﻤﺎ ﻳﺪﺧﻞ ﻓﻴﻪ ﺍﻟﺒﺪﻋﺔ ﻏﻴﺮ ﺍﻟﺘﺮﻛﻴﺔ ﻓﻘﺪ ﻳﻘﻊ ﺍﻹﺑﺘﺪﺍﻉ ﺑﻨﻔﺲ ﺍﻟﺘﺮﻙ ﺗﺤﺮﻳﻤﺎ ﻟﻠﻤﺘﺮﻭﻙ ﺍﻭ
ﻏﻴﺮ ﺗﺤﺮﻳﻢ ﻓﺎﻥ ﺍﻟﻔﻌﻞ ﻣﺜﻼ ﻗﺪ ﻳﻜﻮﻥ ﺣﻼﻻ ﺑﺎﻟﺸﺮﻉ ﻓﻴﺤﺮﻣﻪ ﺍﻹﻧﺴﺎﻥ ﻋﻠﻰ ﻧﻔﺴﻪ ﺍﻭ ﻳﻘﺼﺪ ﺗﺮﻛﻪ
ﻗﺼﺪﺍ ﻓﺒﻬﺬﺍ ﺍﻟﺘﺮﻙ ﺍﻣﺎ ﺍﻥ ﻳﻜﻮﻥ ﻷﻣﺮ ﻳﻌﺘﺒﺮ ﻣﺜﻠﻪ ﺷﺮﻋﺎ ﺍﻭﻻ ﻓﺈﻥ ﻛﺎﻥ ﻷﻣﺮ ﻳﻌﺘﺒﺮ ﻓﻼ ﺣﺮﺝ ﻓﻴﻪ
ﺇﺫ ﻣﻌﻨﺎﻩ ﺍﻧﻪ ﺗﺮﻙ ﻣﺎ ﻳﺠﻮﺯ ﺗﺮﻛﻪ ﺍﻭ ﻣﺎ ﻳﻄﻠﺐ ﺑﺘﺮﻛﻪ ﻛﺎﻟﺬﻱ ﻳﺤﺮﻡ ﻋﻠﻰ ﻧﻔﺴﻪ ﺍﻟﻄﻌﺎﻡ ﺍﻟﻔﻼﻧﻲ
ﻣﻦ ﺟﻬﺔ ﺍﻧﻪ ﻳﻀﺮﻩ ﻓﻲ ﺟﺴﻤﻪ ﺍﻭ ﻋﻘﻠﻪ ﺍﻭ ﺩﻳﻨﻪ ﻭﻣﺎ ﺍﺷﺒﻪ ﺫﻟﻚ ﻓﻼ ﻣﺎﻧﻊ ﻫﻨﺎ ﻣﻦ ﺍﻟﺘﺮﻙ ﺑﻞ ﺍﻥ
ﻗﻠﻨﺎ ﺑﻄﻠﺐ ﺍﻟﺘﺪﻭﻱ ﻟﻠﻤﺮﻳﺾ ﻓﺎﻥ ﺍﻟﺘﺮﻙ ﻫﻨﺎ ﻣﻄﻠﻮﺏ ﻭﺇﻥ ﻗﻠﻨﺎ ﺑﺈﺑﺎﺣﺔ ﺍﻟﺘﺪﺍﻭﻱ ﻓﺎﻟﺘﺮﻙ ﻣﺒﺎﺡ
Reff –
Hilyah al-Auliya’Juz 9 Hal 113
Al-Ba’its ‘Ala Inkar Al-Bida’ hal 15
Batasan Arti Bid’ah
Dalam pembatasan arti bid’ah juga terdapat pengertian lain jika dilihat lebih
saksama. yaitu: bid’ah sesuai dengan pengertian yang telah diberikan padanya,
bahwa ia adalah tata cara di dalam agama yg baru diciptakan (dibuat-buat) &
seterusnya. Termasuk dalam keumuman lafazhnya adalah bid’ah tarkiyyah
(meninggalkan perintah agama), demikian halnya dengan bid’ah yang bukan
tarkiyyah. Hal2 yg dianggap bid’ah terkadang ditinggalkan karena hukum asalnya
adalah haram. Namun terkadang hukum asalnya adalah halal, tetapi karena
dianggap bid’ah maka ia ditinggalkan Suatu perbuatan misalnya menjadi halal
karena ketentuan syar’i, namun ada juga manusia yg mengharamkannya atas
dirinya karena ada tujuan tertentu, atau sengaja ingin meninggalkannya
Meninggalkan suatu hukum; mungkin karena perkara tersebut dianggap telah
disyariatkan seperti sebelumnya, karena jika perkaranya telah disyariatkan, maka
tidak ada halangan dalam hal tersebut, sebab itu sama halnya dgn meninggalkan
perkara yg dibolehkan untuk ditinggalkan atau sesuatu yg diperintahkan untuk
ditinggalkan. Jadi di sini tidak ada penghalang untuk meninggalkannya. Namun
jika beralasan untuk tujuan pengobatan bagi orang sakit, maka meninggalkan
perbuatan hukumnya wajib. Namun jika kita hanya beralasan untuk pengobatan,
maka meninggalkannya hukumnya mubah
Reff – Kitab Al-‘Itisham Juz 1 Hal 42
ITQON ASH-SHUN’AH FI TAHQIQ MA’NA AL-BID’AH
Sayyid Al-‘Allamah Abdullah bin Shodiq Al-Ghumari Al-Husaini
ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻨﻮﻭﻱ ﻗﻮﻟﻪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻭﻛﻞ ﺑﺪﻋﺔ ﺿﻼﻟﺔ ﻫﺬﺍ ﻋﺎﻡ ﻣﺨﺼﻮﺹ ﻭﺍﻟﻤﺮﺍﺩ ﻏﺎﻟﺐ
ﺍﻟﺒﺪﻉ ﻗﺎﻝ ﺍﻫﻞ ﺍﻟﻠﻐﺔ ﻫﻲ ﻛﻞ ﺷﻲﺀ ﻋﻤﻞ ﻏﻴﺮ ﻣﺜﺎﻝ ﺳﺎﺑﻖ ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻌﻠﻤﺎﺀ ﺍﻟﺒﺪﻋﺔ ﺧﻤﺴﺔ ﺍﻗﺴﺎﻡ
ﻭﺍﺟﺒﺔ ﻭﻣﻨﺪﻭﺑﺔ ﻭﻣﺤﺮﻣﺔ ﻭﻣﻜﺮﻭﻫﺔ ﻭﺍﻟﻤﺒﺎﺡ ﻓﻲ ﺣﺪﻳﺚ ﺍﻟﻌﺮﺑﺎﺽ ﺑﻦ ﺳﺎﺭﻳﺔ ﻗﻮﻝ ﺍﻟﻨﺒﻲ ﺻﻠﻰ
ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻭﺇﻳﺎﻛﻢ ﻭﻣﺤﺪﺛﺎﺕ ﺍﻷﻣﻮﺭ ﻓﺈﻥ ﻛﻞ ﺑﺪﻋﺔ ﺿﻼﻟﺔ ﺭﻭﺍﻩ ﺍﺣﻤﺪ ﻭﺍﺑﻮ ﺩﺍﻭﺩ ﻭﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ
ﻭﺍﺑﻦ ﻣﺎﺟﻪ ﻭﺻﺤﺤﻪ ﺍﻟﺘﺮﻣﺬﻱ ﻭﺍﺑﻦ ﺣﺒﺎﻥ ﻭﺍﻟﺤﺎﻛﻢ ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺤﺎﻓﻆ ﺑﻦ ﺭﺟﺐ ﻓﻲ ﺷﺮﺣﻪ ﻭﺍﻟﻤﺮﺩ
ﺑﺎﻟﺒﺪﻋﺔ ﻣﺎ ﺍﺣﺪﺙ ﻣﻤﺎ ﻻ ﺍﺻﻞ ﻟﻪ ﻓﻴﺎﻟﺸﺮﻳﻌﺔ ﻳﺪﻝ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺍﻣﺎ ﻣﺎ ﻛﺎﻥ ﻟﻪ ﺍﺻﻞ ﻣﻦ ﺍﻟﺸﺮﻉ ﻳﺪ
ﻋﻠﻴﻪ ﻓﻠﻴﺲ ﺑﺒﺪﻋﺔ ﺷﺮﻋﺎ ﻭﺍﻥ ﻛﺎﻥ ﺑﺪﻋﺔ ﻟﻐﺔ ﺍﻧﺘﻬﻰ
Imam Nawawi berkata : Sabda Nabi Muhammad Shollallohu ‘alaihi wa sallam
“Setiap bid’ah itu sesat” ini adalah umum yg dikhususkan & maksudnya pengertian
secara umum. Ahli bahasa mengatakan: Bid’ah yaitu segala sesuatu amal
perbuatan yg tdk ada contoh sebelumnya. Ulama mengatakan bahwa bid’ah
terbagi menjadi lima macam yaitu wajib, sunah, haram, makruh dan mubah
Dalam hadits Uryadh bin Sariyah tentang sabda Nabi Shollallohu ‘alaihi wa sallam,
“Takutlah kamu akan perkara2 baru, maka setiap bid’ah adalah sesat. (HR.
Ahmad, Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah dan dishohihkan oleh Tirmidzi, Ibnu Hibban
dan Al-Hakim)
Al-Hafizh Ibnu Rojab berkata dlm penjelasannya : Yang dimaksud bid’ah adalah
sesuatu yg baru yg tdk ada asalnya [contohnya] dlm syari’at yg menunjukkan
atasnya. Adapun sesuatu yg ada asalnya dlm syari’at yg menunjukkan atasnya,
maka bukan termasuk bid’ah menurut syara’ meski secara bahasa itu adalah
bid’ah
ﻭﻓﻲ ﺻﺤﻴﺢ ﺍﻟﺒﺨﺎﺭﻱ ﻋﻦ ﺍﺑﻦ ﻣﺴﻌﻮﺩ ﻗﺎﻝ ﺇﻥ ﺃﺣﺴﻦ ﺍﻟﺤﺪﻳﺚ ﻛﺘﺎﺏ ﺍﻟﻠﻪ ﻭﺍﺣﺴﻦ ﺍﻟﻬﺪﻯ ﻫﺪﻯ
ﻣﺤﻤﺪ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻭﺷﺮ ﺍﻷﻣﻮﺭ ﻣﺤﺪﺛﺎﺗﻬﺎ ﻗﺎﻝ ﺍﻟﺤﺎﻓﻆ ﺑﻦ ﺣﺠﺮ ﻭﺍﻟﻤﺤﺪﺛﺎﺕ ﺑﻔﺘﺢ
ﺍﻟﺪﺍﻝ ﺟﻤﻊ ﻣﺤﺪﺛﺔ ﻭﺍﻟﻤﺮﺍﺩ ﺑﻬﺎ ﻣﺎ ﺍﺣﺪﺙ ﻭﻣﺎ ﻟﻴﺲ ﻟﻪ ﺍﺻﻞ ﻓﻲ ﺍﻟﺸﺮﻉ ﻭﻳﺴﻤﻰ ﻓﻲ ﻋﺮﻑ
ﺍﻟﺸﺮﻉ ﺑﺒﺪﻋﺔ ﻭﻣﺎ ﻛﺎﻥ ﻟﻪ ﺍﺻﻞ ﻳﺪﻝ ﻋﻠﻴﻪ ﺍﻟﺸﺮﻉ ﻓﻠﻴﺲ ﺑﺒﺪﻋﺔ ﻓﺎﻟﺒﺪﻋﺔ ﻓﻲ ﻋﺮﻑ ﺍﻟﺸﺮﻉ
ﻣﺬﻣﻮﻣﺔ ﺑﺨﻼﻑ ﺍﻟﻠﻐﺔ ﻓﺈﻥ ﻛﻞ ﺷﻲﺀ ﺍﺣﺪﺙ ﻋﻠﻰ ﻏﻴﺮ ﻣﺜﺎﻝ ﻳﺴﻤﻰ ﺑﺪﻋﺔ ﺳﻮﺍﺀ ﻛﺎﻥ ﻣﺤﻤﻮﺩﺍ
ﺍﻭ ﻣﺬﻣﻮﻣﺎ
Dalam shohih Bukhori dari Ibnu Mas’ud berkata. Sesungguhnya sebaik-baik
ucapan adalah kitabulloh Al-Qur’an & sebaik2 petunjuk adalah petunjuk
Muhammad Shollallohu ‘alaihi wa sallam & sejelek2nya perkara adalah yg baru
dlm agama
Lafadz muhdatsat dgn di fathah huruf dal-nya” kata jama’ plural dari Muhdatsah,
maksudnya sesuatu yg baru yg tdk ada asal dasarnya dlm syari’at dan diketahui
dalam hukum agama sebagai bid’ah.
Dan sesuatu yg memiliki asal landasan yg menunjukkan atasnya maka tdk
termasuk bid’ah. Bid’ah sesuai pemahaman syar’i itu tercela sebab berlawanan
dgn pemahaman secara bahasa.
Maka jika ada perkara baru yg tdk ada contohnya dinamakan bid’ah, baik bid’ah yg
mahmudah maupun yg madzmumah
ﻭﺭﻭﻯ ﺍﺑﻮ ﻧﻌﻴﻢ ﻋﻦ ﺍﺑﺮﺍﻫﻴﻢ ﺑﻦ ﺍﻟﺠﻨﻴﺪ ﻗﺎﻝ ﺳﻤﻌﺖ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﻳﻘﻮﻝ ﺍﻟﺒﺪﻋﺔ ﺑﺪﻋﺘﺎﻥ ﺑﺪﻋﺔ
ﻣﺤﻤﻮﺩﺓ ﻭﺑﺪﻋﺔ ﻣﺬﻣﻮﻣﺔ ﻓﻤﺎ ﻭﺍﻓﻖ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﻓﻬﻮ ﻣﺤﻤﻮﺩ ﻭﻣﺎ ﺧﺎﻟﻒ ﺍﻟﺴﻨﺔ ﻓﻬﻮ ﻣﺬﻣﻮﻡ ﻭﺭﻭﻯ
ﺍﻟﺒﻴﻬﻘﻲ ﻓﻲ ﻣﻨﺎﻗﺐ ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﻗﺎﻝ ﻋﻨﻪ ﻗﺎﻝ ﺍﻟﻤﺤﺪﺛﺎﺕ ﺿﺮﺑﺎﻥ ﻣﺎ ﺍﺣﺪﺙ ﻣﻤﺎ ﻳﺨﺎﻟﻒ ﻛﺘﺎﺑﺎ ﺍﻭ
ﺳﻨﺔ ﺍﻭ ﺃﺛﺮﺍ ﺍﻭ ﺇﺟﻤﺎﻋﺎ ﻓﻬﺬﻩ ﺑﺪﻋﺔ ﺍﻟﻀﻼﻟﺔ ﻭﻣﺎ ﺍﺣﺪﺙ ﻣﻦ ﺍﻟﺨﻴﺮ ﻻ ﺧﻼﻑ ﻓﻴﻪ ﻓﻲ ﻭﺍﺣﺪ ﻣﻦ
ﻫﺬﺍ ﻓﻬﺬﻩ ﻣﺤﺪﺛﺔ ﻏﻴﺮ ﻣﺬﻣﻮﻣﺔ ﻭﻗﺪ ﻗﺎﻝ ﻋﻤﺮ ﻓﻲ ﻗﻴﺎﻡ ﺭﻣﻀﺎﻥ ﻧﻌﻤﺔ ﺍﻟﺒﺪﻋﺔ ﻫﺬﻩ ﻳﻌﻨﻰ ﺍﻧﻬﺎ
ﻣﺤﺪﺛﺔ ﻟﻢ ﺗﻜﻦ ﻭﺇﺫﺍ ﻛﺎﻧﺖ ﻟﻴﺲ ﻓﻴﻬﺎ ﺭﺩ ﻟﻤﺎ ﻣﻀﻰ
Diriwayatkan Abu Na’im dari Ibrahim bin Al-Janid berkata : Aku mendengar Imam
Syafi’i berkata: “Bid’ah itu ada dua macam yaitu bid’ah mahmudah & bid’ah
madzmumah. Maka perkara baru yg sesuai sunnah, maka itu bid’ah terpuji. Dan
perkara baru yang berlawanan dgn sunnah itu…bid’ah..tercela.”
Al-Baihaqi meriwayatkan dlm Manaqib Syafi’i biografi Syafi’i…. Imam Syafi’i
berkata : Perkara baru itu ada dua macam, yaitu perkara baru yg bertentangan
dengan Al-Kitab dan As-Sunnah atau atsar sahabat & ijma’. Ini adalah bidah
dholalah
Perkara baru yang baik tetapi tidak bertentangan dgn Al-Kitab dan As-Sunnah atau
atsar Sahabat & ijma’. Ini adalah bidah yg tidak tercela. Dan Umar bin Khathab ra.
berkata tentang qiyamu Romadhon sholat tarawih.
Sebaik-baik bid’ah adalah ini. Yakni sholat tarawih adalah perkara baru yg tdk ada
sebelumnya, & ketika ada itu bukan berarti menolak apa yg sdh berlalu
ﻭﺍﻟﻤﺮﺍﺩ ﺑﻘﻮﻟﻪ ﻛﻞ ﺑﺪﻋﺔ ﺿﻼﻟﺔ ﻣﺎ ﺍﺣﺪﺙ ﻭﻻ ﺩﻟﻴﻞ ﻟﻪ ﻣﻦ ﺍﻟﺸﺮﻉ ﺑﻄﺮﻳﻖ ﺧﺎﺹ ﻭﻻ ﻋﺎﻡ ﺍﻧﺘﻬﻰ
ﻭﻗﺎﻝ ﺍﻟﻨﻮﻭﻱ ﻓﻲ ﺗﻬﺬﻳﺐ ﺍﻷﺳﻤﺎﺀ ﻭﺍﻟﻠﻐﺎﺕ ﺍﻟﺒﺪﻋﺔ ﺑﻜﺴﺮ ﺍﻟﺒﺎﺀ ﻓﻲ ﺍﻟﺸﺮﻉ ﻫﻲ ﺇﺣﺪﺍﺙ ﻣﺎﻟﻢ
ﻳﻜﻦ ﻓﻲ ﻋﻬﺪ ﺍﻟﺮﺳﻮﻝ ﺻﻠﻰ ﺍﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻭﻫﻲ ﻣﻨﻘﺴﻤﻪ ﺇﻟﻰ ﺣﺴﻨﺔ ﻭﻗﺒﻴﺤﺔ ﻗﺎﻝ ﺍﻹﻣﺎﻡ
ﺍﻟﺸﺎﻓﻌﻲ ﻛﻞ ﻣﺎﻟﻪ ﻣﺴﺘﺪ ﻣﻦ ﺍﻟﺸﺮﻉ ﻓﻠﻴﺲ ﺑﺒﺪﻋﺔ ﻭﻟﻮﻟﻢ ﻳﻌﻤﻞ ﺑﻪ ﺍﻟﺴﻠﻒ ﻹﻥ ﺗﺮﻛﻬﻢ ﻟﻠﻌﻤﻞ ﺑﻪ
ﻗﺪ ﻳﻜﻮﻥ ﻟﻌﺬﺭ ﻗﺎﻡ ﻟﻬﻢ ﻓﻲ ﺍﻟﻮﻗﺖ ﺍﻭ ﻟﻤﺎ ﻫﻮ ﺍﻓﻀﻞ ﻣﻨﻪ ﺍﻭ ﻟﻌﻠﻪ ﻟﻢ ﻳﺒﻠﻎ ﺟﻤﻴﻌﻬﻢ ﻋﻠﻢ ﺑﻪ
ﺍﻧﺘﻬﻰ
Dan yg dimaksud dgn sabda Rosul Setiap bid’ah adalah sesat ” Adalah sesuatu
yang baru dalam agama yang tidak ada dalil syar’i Al-Qur’an dan Al-Hadits secara
khusus maupun secara umum
Dalam At-Tahdzib Al-Asma’ wa Al-Lughot bahwa kalimat “Al-Bid’ah” itu dibaca
kasror hurup “ba’-nya” di dalam Pemahaman agama yaitu perkara baru yang tidak
ada dimasa Nabi Muhammad Shollallohu ‘alaihi wa sallam & dia terbagi menjadi
dua baik & buruk
Setiap sesuatu yang Mempunyai dasar dari dalil2 syara’ maka bukan termasuk
bid’ah, meskipun belum pernah dilakukan oleh Ulama’ Salaf Karena sikap mereka
meninggalkan hal tersebut terkadang karena ada uzur yg terjadi saat itu (belum
dibutuhkan) atau karena ada amaliah lain yg lebih utama, & atau hal itu barangkali
belum diketahui oleh mereka.
Soal 30 pembahasan diatas kita singkat begini:
Jawaban pembahasan pertama :
Tidak semua bid’ah itu sesat, kecuali yang bertentangan dengan al-qur’an, as-
sunah, atsar dan ijma’
Jawaban pembahasan kedua :
Semua bid’ah itu memang sesat KECUALI BID’AH HASANAH.
Jawaban yang ke tiga :
Hanya sebagian saja bid’ah yang sesat.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERBEDAAN AMIL DAN PANITIA ZAKAT

 PERBEDAAN   AMIL DAN PANITIA ZAKAT 1- Amil adalah wakilnya mustahiq. Dan Panitia zakat adalah wakilnya Muzakki. 2- Zakat yang sudah diserahkan pada amil apabila hilang atau rusak (tidak lagi layak di konsumsi), kewajiban zakat atas muzakki gugur. Sementara zakat yang di serahkan pada panitia zakat apabila hilang atau rusak, maka belum menggugurkan kewajiban zakatnya muzakki. - (ﻭﻟﻮ) (ﺩﻓﻊ) اﻟﺰﻛﺎﺓ (ﺇﻟﻰ اﻟﺴﻠﻄﺎﻥ ﻛﻔﺖ اﻟﻨﻴﺔ ﻋﻨﺪﻩ) ﺃﻱ ﻋﻨﺪ اﻟﺪﻓﻊ ﺇﻟﻴﻪ ﻭﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﻨﻮ اﻟﺴﻠﻄﺎﻥ ﻋﻨﺪ اﻟﺪﻓﻊ ﻟﻠﻤﺴﺘﺤﻘﻴﻦ * ﻷﻧﻪ ﻧﺎﺋﺒﻬﻢ ﻓﺎﻟﺪﻓﻊ ﺇﻟﻴﻪ ﻛﺎﻟﺪﻓﻊ ﻟﻬﻢ ﺑﺪﻟﻴﻞ ﺃﻧﻬﺎ ﻟﻮ ﺗﻠﻔﺖ ﻋﻨﺪﻩ اﻟﺰﻛﺎﺓ ﻟﻢ ﻳﺠﺐ ﻋﻠﻰ اﻟﻤﺎﻟﻚ ﺷﻲء ﻭاﻟﺴﺎﻋﻲ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ ﻛاﻟﺴﻠﻄﺎﻥ.* - {نهاية المحتاج جز ٣ ص ١٣٩} - (ﻭﻟﻮ ﺩﻓﻊ ﺇﻟﻰ اﻟﺴﻠﻄﺎﻥ) ﺃﻭ ﻧﺎﺋﺒﻪ ﻛﺎﻟﺴﺎﻋﻲ (ﻛﻔﺖ اﻟﻨﻴﺔ ﻋﻨﺪﻩ) ﺃﻱ ﻋﻨﺪ اﻟﺪﻓﻊ ﺇﻟﻴﻪ ﻭﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﻨﻮ اﻟﺴﻠﻄﺎﻥ ﻋﻨﺪ اﻟﺼﺮﻑ؛ * ﻷﻧﻪ ﻧﺎﺋﺐ اﻟﻤﺴﺘﺤﻘﻴﻦ ﻓﺎﻟﺪﻓﻊ ﺇﻟﻴﻪ ﻛﺎﻟﺪﻓﻊ ﺇﻟﻴﻬﻢ ﻭﻟﻬﺬا ﺃﺟﺰﺃﺕ ﻭﺇﻥ ﺗﻠﻔﺖ ﻋﻨﺪﻩ ﺑﺨﻼﻑ اﻟﻮﻛﻴﻞ* ﻭاﻷﻓﻀﻞ ﻟﻹﻣﺎﻡ ﺃﻥ ﻳﻨﻮﻱ ﻋﻨﺪ اﻟﺘﻔﺮﻗﺔ ﺃﻳﻀﺎ.. - {تحفة المحتاج جز ٣ ص ٣٥٠} 3- Menyerahkan zakat pada amil hukumnya Afdhol (lebih utama) daripada di serahkan sendiri oleh muzakki pada m

MEMBERIKAN ZAKAT FITRAH KEPADA USTADZ

PENGERTIAN FII SABILILLAH MENURUT PERSPEKTIF EMPAT MADZHAB. Sabilillah ( jalan menuju Allah ) itu banyak sekali bentuk dan pengamalannya, yg kesemuanya itu kembali kepada semua bentuk kebaikan atau ketaatan. Syaikh Ibnu Hajar alhaitamie menyebutkan dalam kitab Tuhfatulmuhtaj jilid 7 hal. 187 وسبيل الله وضعاً الطريقة الموصلةُ اليه تعالى (تحفة المحتاج جزء ٧ ص ١٨٧) Sabilillah secara etimologi ialah jalan yang dapat menyampaikan kepada (Allah) SWT فمعنى سبيل الله الطريق الموصل إلى الله وهو يشمل كل طاعة لكن غلب إستعماله عرفا وشرعا فى الجهاد. اه‍ ( حاشية البيجوري ج ١ ص ٥٤٤)  Maka (asal) pengertian Sabilillah itu, adalah jalan yang dapat menyampaikan kepada Allah, dan ia mencakup setiap bentuk keta'atan, tetapi menurut pengertian 'uruf dan syara' lebih sering digunakan untuk makna jihad (berperang). Pengertian fie Sabilillah menurut makna Syar'ie ✒️ Madzhab Syafi'ie Al-imam An-nawawie menyebutkan didalam Kitab Al-majmu' Syarhulmuhaddzab : واحتج أصحابنا بأن المفهوم في ا

Tata Cara Shalat Bagi Pengantin Saat Walimah Ursy

 *Tata Cara Shalat Bagi Pengantin Saat Walimah Ursy* Maklum diketahui bahwa ketika seseorang mengadakan acara walimah, maka penganten, bahkan ibu penganten dan keluarga terdekat, merias wajah dengan make up yang cukup tebal. Acara walimah ini biasanya memakan waktu berjam-jam bahkan tak jarang belum selesai sampai waktu shalat tiba. Maka bagaimanakah tata cara thaharah dan shalat bagi wanita yang memakai riasan ini? Solusi 1: Menghapus riasan wajah dan shalat sesuai waktunya Perlu diketahui bahwa salah satu syarat sah wudhu adalah tidak terdapat hal yang menghalangi tersampainya air wudhu ke anggota badan yang wajib dibasuh, tentu penggunaan make up yang tebal sudah pasti menghalangi air wudhu. Maka bagi wanita yang memakai riasan pengantin tersebut tidak boleh berwudhu kecuali sudah menghapus bersih riasan yang ada di wajah, sehingga yakin jika air wudhu benar-benar mengenai anggota wudhu, tidak cukup hanya dengan mengalirkan air tanpa terlebih dahulu menghapus make up nya seperti yan