Langsung ke konten utama

CARA PEMBAGIAN FIDYAH

PERTANYAAN :
Assalamualaikum Ustadz..
Mau bertanya, Dalam masalah Fidyah. Yang dimaksud اطعام مسكين apakah diberikan mentahnys atau dimasak dulu baru diberikan.? Apa kedua-duanya boleh? Mohon penjelasan dan ibarohnya.
Terima kasih sebelumnya.
JAWABAN :
Wa alaikumussalaam warohmatulloohi wabarokaatuh..
Dua-duanya sama-sama boleh baik dikasih mentahnya atau dimasak dulu lalu diberikan.
Referensi:
مقدار فدية إطعام مسكين، ووقت إخراجها
السؤال:
امرأة مصابةٌ بِسرطان مرحلة متقدِّمة، يشقُّ عليْها الصَّوم، متَى وكيْف تُخْرج فدية طعام مِسكينٍ لشهْر رمضان؟ هَلْ تخرجها يومًا بيوم أو يَجوز إخراجُها دفعةً واحدة؟ وهل بعدَ رمضان أو أثناء رمضان؟ وهل يَجوز إخْراجها في صورة مالٍ وليس طعامًا؟
الإجابة:
الحمدُ لله، والصلاة والسلام على رسول الله، وعلى آله وصَحْبِه ومَن والاه، أمَّا بعدُ:فنسألُ الله العليَّ العظيم أن يَمنَّ على هذه الأخْتِ بالشِّفاء العاجل، الذي لا يُغادر سقمًا، أن ينعِمَ عليها بِجميل الشِّفاء.أمَّا بِخصوص الإطعام، فإنَّه يُباح للمريض الذي يعجِز عن الصَّوم، أو يضرُّه، أو يؤخِّر بُرْأَه بإِخْبار طبيبٍ حاذقٍ – أن يُفطِر، ويقضي عدَّة ما أفطر من أيَّام أُخَر بعد شفائه؛ لقوله تعالى: {فَمَن كَانَ مِنكُم مَّرِيضاً أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَر} [البقرة: 184]، هذا إذا كان المرضُ يُرْجى بُرْؤُه.
أمَّا المرضُ الَّذي لا يُرْجى زوالُه -إلا أن يشاءَ الله- ويعجِز فيه المريض عن الصَّوم – فعلى المريضِ أن يطْعِم عن كل يومٍ أفطَرَه مسكينًا؛ قال الله تعالى: {فَمَن كَانَ مِنكُم مَّرِيضًا أَوْ عَلَى سَفَرٍ فَعِدَّةٌ مِّنْ أَيَّامٍ أُخَرَ وَعَلَى الَّذِينَ يُطِيقُونَهُ فِدْيَةٌ طَعَامُ مِسْكِينٍ} [البقرة:184]
.Menurut Ibnu Abbas, ayat diatas itu adalah diturunkan sebagai keringanan bagi orang laki-laki (orang perempuan) yang sudah sangat tua yang tidak mampu berpuasa, maka laki-laki (perempuan) yang sudah sangat tua itu memberi makan tiap hari kepada seorang miskin.Menurut Ibnu Qudamah, didalam kitab Al Mughni (madhab Hanbali), bahwa orang yang sakit yang tidak bisa berpuasa dan sudah tidak diharapkan sembuhnya, itu boleh tidak berpuasa, dan dia harus memberi makan tiap hari kepada seorang miskin.Nah, kata-kata “memberi makan” itu disebut fidyah. Dan caranya mengeluarkan fidyah adalah: laki-laki (perempuan) yang sudah sangat tua dan orang sakit yang sudah tidak diharapkan sembuhnya itu memberikan beras satu mud (750 gram) tiap hari kepada fakir miskin.
Menurut Ibnu Qudamah (madhab Hanbali), kecuali jika kita bisa mengumpulkan fakir miskin sekaligus dalam suatu waktu, dimana kita bisa memberi makanan pokok (seperti nasi dan ikan) yang bisa mengenyangkan kepada fakir miskin.Maka diperbolehkan bagi kita untuk memberi makan nasi dan ikan kepada fakir miskin sebagai fidyahnya laki-laki (perempuan) yang sudah sangat tua dan sebagai fidyahnya orang sakit yang sudah tidak bisa diharapkan sembuhnya.
Waktunya mengeluarkan fidyah beras satu mud ini, bisa dikeluarkan tiap hari,atau bisa juga berasnya itu dikumpulkan dan di keluarkan di akhir bulan.
قال ابن عبَّاس رضي الله عنهما: “نزلتْ رخصةً للشيخ الكبير، والمرأة الكبيرة، لا يستطيعانِ الصيام، فيُطْعِمان مكانَ كلِّ يومٍ مسكينًا” (رواه البخاري).
قال ابن قدامة في “المغني” (4/396): “والمَرِيضُ الَّذِي لا يُرْجَى بُرْؤُهُ يُفْطِرُ، ويُطْعِمُ لِكُلِّ يَوْمٍ مِسْكِينًا؛ لأَنَّهُ في مَعْنَى الشَّيْخِ”.اهـ.وقال أيضًا: “وإنَّما يُصار إلى الفِدْية عندَ اليَأْس من القَضاء”.اهـ.أمَّا مقدار الفِدْية، فمختلف فيه بين أهل العلم، فمنهم من يقول يخرج صاعًا عن كل يوم، ومنهم من يقول: نصف صاع (يعني مُدَّين)، ومنهم من يقول: هو مُدٌّ من الطَّعام، وهو ما يساوي 750 غرامًا تقريبًا من الأُرْز، أو غيْرِه من غالب قُوت أهل البلد. ولعل إخراج نصف صاع هو الأولى إن شاء الله، إلا إذا تمكنتم من جمع المساكين وإطعامهم وجبة واحدة تشبعهم، إما عشاء، أو إفطارًا؛ كما يحصل في مشاريع تفطير الصائمين، وهذا لا يشترط فيه صاع ولا غيره. وتدفع هذه الفدية للمساكين بعدد أيام الشهر. ولا يجوز دفعها مالاً، بل لابد أن يكون طعامًا.أمَّا وقت إخراجِها، فهي مخيَّرة بين أن تُخرِج الفدية عن كلِّ يومٍ بيومه، أو تَجمعها في نِهاية الشهر، وإن لم تستَطِع أداءَها في هذَيْن الوقتَيْن، كان دَيْنًا في ذِمَّتها، تؤدِّيه وقتَ استِطاعتها. هذا والله أعلم
.Wallahu a’lam bisshowab..

https://ikaba.net/2019/06/06/p015-cara-pembagian-fidyah/

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERBEDAAN AMIL DAN PANITIA ZAKAT

 PERBEDAAN   AMIL DAN PANITIA ZAKAT 1- Amil adalah wakilnya mustahiq. Dan Panitia zakat adalah wakilnya Muzakki. 2- Zakat yang sudah diserahkan pada amil apabila hilang atau rusak (tidak lagi layak di konsumsi), kewajiban zakat atas muzakki gugur. Sementara zakat yang di serahkan pada panitia zakat apabila hilang atau rusak, maka belum menggugurkan kewajiban zakatnya muzakki. - (ﻭﻟﻮ) (ﺩﻓﻊ) اﻟﺰﻛﺎﺓ (ﺇﻟﻰ اﻟﺴﻠﻄﺎﻥ ﻛﻔﺖ اﻟﻨﻴﺔ ﻋﻨﺪﻩ) ﺃﻱ ﻋﻨﺪ اﻟﺪﻓﻊ ﺇﻟﻴﻪ ﻭﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﻨﻮ اﻟﺴﻠﻄﺎﻥ ﻋﻨﺪ اﻟﺪﻓﻊ ﻟﻠﻤﺴﺘﺤﻘﻴﻦ * ﻷﻧﻪ ﻧﺎﺋﺒﻬﻢ ﻓﺎﻟﺪﻓﻊ ﺇﻟﻴﻪ ﻛﺎﻟﺪﻓﻊ ﻟﻬﻢ ﺑﺪﻟﻴﻞ ﺃﻧﻬﺎ ﻟﻮ ﺗﻠﻔﺖ ﻋﻨﺪﻩ اﻟﺰﻛﺎﺓ ﻟﻢ ﻳﺠﺐ ﻋﻠﻰ اﻟﻤﺎﻟﻚ ﺷﻲء ﻭاﻟﺴﺎﻋﻲ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ ﻛاﻟﺴﻠﻄﺎﻥ.* - {نهاية المحتاج جز ٣ ص ١٣٩} - (ﻭﻟﻮ ﺩﻓﻊ ﺇﻟﻰ اﻟﺴﻠﻄﺎﻥ) ﺃﻭ ﻧﺎﺋﺒﻪ ﻛﺎﻟﺴﺎﻋﻲ (ﻛﻔﺖ اﻟﻨﻴﺔ ﻋﻨﺪﻩ) ﺃﻱ ﻋﻨﺪ اﻟﺪﻓﻊ ﺇﻟﻴﻪ ﻭﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﻨﻮ اﻟﺴﻠﻄﺎﻥ ﻋﻨﺪ اﻟﺼﺮﻑ؛ * ﻷﻧﻪ ﻧﺎﺋﺐ اﻟﻤﺴﺘﺤﻘﻴﻦ ﻓﺎﻟﺪﻓﻊ ﺇﻟﻴﻪ ﻛﺎﻟﺪﻓﻊ ﺇﻟﻴﻬﻢ ﻭﻟﻬﺬا ﺃﺟﺰﺃﺕ ﻭﺇﻥ ﺗﻠﻔﺖ ﻋﻨﺪﻩ ﺑﺨﻼﻑ اﻟﻮﻛﻴﻞ* ﻭاﻷﻓﻀﻞ ﻟﻹﻣﺎﻡ ﺃﻥ ﻳﻨﻮﻱ ﻋﻨﺪ اﻟﺘﻔﺮﻗﺔ ﺃﻳﻀﺎ.. - {تحفة المحتاج جز ٣ ص ٣٥٠} 3- Menyerahkan zakat pada amil hukumnya Afdhol (lebih utama) daripada di serahkan sendiri oleh muzakki pada m

MEMBERIKAN ZAKAT FITRAH KEPADA USTADZ

PENGERTIAN FII SABILILLAH MENURUT PERSPEKTIF EMPAT MADZHAB. Sabilillah ( jalan menuju Allah ) itu banyak sekali bentuk dan pengamalannya, yg kesemuanya itu kembali kepada semua bentuk kebaikan atau ketaatan. Syaikh Ibnu Hajar alhaitamie menyebutkan dalam kitab Tuhfatulmuhtaj jilid 7 hal. 187 وسبيل الله وضعاً الطريقة الموصلةُ اليه تعالى (تحفة المحتاج جزء ٧ ص ١٨٧) Sabilillah secara etimologi ialah jalan yang dapat menyampaikan kepada (Allah) SWT فمعنى سبيل الله الطريق الموصل إلى الله وهو يشمل كل طاعة لكن غلب إستعماله عرفا وشرعا فى الجهاد. اه‍ ( حاشية البيجوري ج ١ ص ٥٤٤)  Maka (asal) pengertian Sabilillah itu, adalah jalan yang dapat menyampaikan kepada Allah, dan ia mencakup setiap bentuk keta'atan, tetapi menurut pengertian 'uruf dan syara' lebih sering digunakan untuk makna jihad (berperang). Pengertian fie Sabilillah menurut makna Syar'ie ✒️ Madzhab Syafi'ie Al-imam An-nawawie menyebutkan didalam Kitab Al-majmu' Syarhulmuhaddzab : واحتج أصحابنا بأن المفهوم في ا

Tata Cara Shalat Bagi Pengantin Saat Walimah Ursy

 *Tata Cara Shalat Bagi Pengantin Saat Walimah Ursy* Maklum diketahui bahwa ketika seseorang mengadakan acara walimah, maka penganten, bahkan ibu penganten dan keluarga terdekat, merias wajah dengan make up yang cukup tebal. Acara walimah ini biasanya memakan waktu berjam-jam bahkan tak jarang belum selesai sampai waktu shalat tiba. Maka bagaimanakah tata cara thaharah dan shalat bagi wanita yang memakai riasan ini? Solusi 1: Menghapus riasan wajah dan shalat sesuai waktunya Perlu diketahui bahwa salah satu syarat sah wudhu adalah tidak terdapat hal yang menghalangi tersampainya air wudhu ke anggota badan yang wajib dibasuh, tentu penggunaan make up yang tebal sudah pasti menghalangi air wudhu. Maka bagi wanita yang memakai riasan pengantin tersebut tidak boleh berwudhu kecuali sudah menghapus bersih riasan yang ada di wajah, sehingga yakin jika air wudhu benar-benar mengenai anggota wudhu, tidak cukup hanya dengan mengalirkan air tanpa terlebih dahulu menghapus make up nya seperti yan