قال الشيخ الإمام العالم العلامة شمس الدين أبو عبد اللّه محمد بن قاسم الشافعيّ تغمده الله برحمته ورضوانه آمين : فتح القريب بشرح متن أبي شجاع
فصل: في فروض الوضوء. وهو بضم الواو في الأشهر اسم للفعل، وهو المراد هنا وبفتح الواو اسم لما يتوضأ به، ويشتمل الأول على فروض وسنن، وذكر المصنف الفروض في قوله: (وفروض الوضوء ستة أشياء)
أحدها (النية) وحقيقتها شرعاً قصد الشيء مقترناً بفعله، فإن تراخى عنه سمي عزماً وتكون النية (عند غسل) أول جزء من (الوجه) أي مقترنة بذلك الجزء لا بجميعه، ولا بما قبله ولا بما بعده، فينوي المتوضىء عند غسل ما ذكر رفع حدث من أحداثه، أو ينوي استباحة مفتقر، إلى وضوء، أو ينوي فرض الوضوء، أو الوضوء فقط، أو الطهارة عن الحدث، فإن لم يقل عن الحدث لم يصح، وإذا نوى ما يعتبر من هذه النيات وشرك معه نية تنظف أو تبرد صح وضوءه
و الثاني (غسل) جميع (الوجه) وحدّه طولاً ما بين منابت شعر الرأس غالباً وآخر اللحيين، وهما العظمان اللذان ينبت عليهما الأسنان، السفلى يجتمع مقدمهما في الذقن، ومؤخرهما في الأذنين وحدّه عرضاً ما بين الأذنين. وإذا كان على الوجه شعر خفيف أو كثيف، وجب إيصال الماء إليه مع البشرة التي تحته، وأما لحية الرجل الكثيفة بأن لم ير المخاطب بشرتها من خلالها، فيكفي غسل ظاهرها بخلاف الخفيفة، وهي ما يرى المخاطب بشرتها، فيجب إيصال الماء لبشرتها، وبخلاف لحية امرأة وخنثى، فيجب إيصال الماء لبشرتهما ولو كثفاً، ولا بد مع غسل الوجه من غسل جزء من الرأس والرقبة وما تحت الذقن
و الثالث (غسل اليدين إلى المرفقين) فإن لم يكن له مرفقان اعتبر قدرهما، ويجب غسل ما على اليدين من شعر (وسلعة، وأصبع زائدة وأظافير، ويجب إزالة ما تحتها من وسخ يمنع وصول الماء إليه)
و الرابع (مسح بعض الرأس) من ذكر أو أنثى أو خنثى، أو مسح بعض شعر في حد الرأس. ولا تتعين اليد للمسح، بل يجوز بخرقة وغيرها، ولو غسل رأسه بدل مسحها جاز ولو وضع يده المبلولة، ولم يحركها جاز
و الخامس (غسل الرجلين إلى الكعبين) إن لم يكن المتوضىء لابساً للخفين، فإن كان لابسهما وجب عليه مسح الخفين أو غسل الرجلين، ويجب غسل ما عليهما من شعر وسلعة وأصبع زائدة كما سبق في اليدين (و) السادس (الترتيب) في الوضوء (على ما) أي الوجه الذي (ذكرناه) في عد الفروض، فلو نسي الترتيب لم يكف، ولو غسل أربعة أعضاءه دفعة واحدة بإذنه ارتفع حدث وجهه فقط.
________________________________
Pengertian Bahasa
Fasal menjelaskan wardlu-wardlu wudlu’
Lafadz “al wudlu’” dengan terbaca dlammah huruf waunya, menurut pendapat yang paling masyhur adalah nama pekerjaannya. Dan dengan terbaca fathah huruf wa’unya “al wadlu’” adalah nama barang yang digunakan untuk melakukan wudlu’.
Lafadz yang pertama [al wudlu’] mencakup beberapa fardlu dan beberapa kesunnahan.
Fardunya wudhu’ ada Enam Mushannif menyebutkan fardlu-fardlunya wudlu’ di dalam perkatan beliau, “fardlunya wudlu’ ada enam perkara.”
Niat wudlu’
Pertama adalah niat. Hakikat niat secara syara’ adalah menyengaja sesuatu besertaan dengan melakukannya. Jika melakukannya lebih akhir dari pada kesengajaannya, maka disebut ‘azm.
Niat dilakukan saat membasuh awal bagian dari wajah. Maksudnya bersamaan dengan basuhan bagian tersebut, bukan sebelumnya dan bukan setelahnya.
Sehingga, saat membasuh anggota tersebut, maka orang yang wudlu’ melakukan niat menghilangkan hadats dari hadats-hadats yang berada pada dirinya.
Atau niat agar diperkenankan melakukan sesuatu yang membutuhkan wudlu’. Atau niat fardlunya wudlu’ atau niat wudlu’ saja.
Atau niat bersuci dari hadats. Jika tidak menyebutkan kata “dari hadats” [hanya niat bersuci saja], maka wudlu’nya tidak sah.
Ketika dia sudah melakukan niat yang dianggap sah dari niat-niat di atas, dan dia menyertakan niat membersihkan badan atau niat menyegarkan badan, maka hukum wudlu’nya tetap sah.
*Catatan penting :*
_Niat menurut datam madzhab Syafi'i, merupakan fardunya
wudlu yang harus dilakukan. _Wudlu tanpa niat tidak sah._
_Sedangkan menurut dalam madzhab Hanafi, niat dalam wudlu
bukan suatu yang menjadikan sahnya wudlu, akan tetapi hanya
sebatas kesempurnaan dalam berwudlu. Kedua madzhab ini
bermuara pada satu hadits:
_"Suatu amal bisa sah/sempurna jika disertai niat melakukan
amaI tersebut"._
Dalam madzhab Syafi'i, mentafsiri hadits tersebut dengan kata-kata sah "sahnya amal". Bentuk amal ibadah bisa memperoleh
pahala atau bisa sah kalau memang diniati melakukan amal
tersebut baik ibadah pokok seperti shalat atau ibadah sebagai
sarana seperti berwudlu , tayammum atau mandi.
Sementara dalam madzhab Imam Hanafi. mentafsiri hadits
tersebut dengan kata-kata sempurna [sempurnanya amal].
Menurut mereka amal yang hanya sebagai wasitah [sarana]
[كتاب : حاشية إعانة الطالبين]
_Maksudnya butuh terhadap wudlu agar kegiatan yang hendak dilakukan itu tidak haram. Seperti sholat, membaca Al-Quran, sujud tilawah dan semisalnya, yang semuanya haram dilakukan bila seseorang belum memiliki wudlu._
________________________________
Membasuh Wajah
Fardlu kedua adalah membasuh seluruh wajah.
Batasan panjang wajah adalah anggota di antara tempat-tempat yang umumnya tumbuh rambut kepala dan pangkalnya lahyaini [dua rahang]. Lahyaini adalah dua tulang tempat tumbuhnya gigi bawah. Ujungnya bertemu di janggut dan pangkalnya berada di telinga.
Dan batasan lebar wajah adalah anggota di antara kedua telinga.
Ketika di wajah terdapat bulu yang tipis atau lebat, maka wajib mengalirkan air pada bulu tersebut beserta kulit yang berada di baliknya / di bawahnya.
Namun untuk jenggotnya laki-laki yang lebat, dengan gambaran orang yang diajak bicara tidak bisa melihat kulit yang berada di balik jenggot tersebut dari sela-selanya, maka cukup dengan membasuh bagian luarnya saja.
Berbeda dengan jenggot yang tipis, yaitu jenggot yang mana kulit yang berada di baliknya bisa terlihat oleh orang yang diajak bicara, maka wajib mengalirkan air hingga ke bagian kulit di baliknya.
Dan berbeda lagi dengan jenggotnya perempuan dan khuntsa, maka wajib mengalirkan air ke bagian kulit yang berada di balik jenggot keduanya, walaupun jenggotnya lebat.
Di samping membasuh seluruh wajah, juga harus membasuh sebagian dari kepala, leher dan anggota di bawah janggut.
________________________________
_Apabila seseorang memiliki banyak, wajah maka wajib dibasuh
semua selain wajah yang diyakini sebagai tambahan [muncul
baru] dan tidak dalam posisi wajah sewajarnya._
*Penting : Apabila seseorang memiliki dua wajah maka :*
_Wajib dibasuh semua apabila semuanya asli atau satunya asli
yang lainnya tambahan "baru datang", ragu-ragu atau tidak
mana yang asli mana yang tambahan, tapi dengan catatan
posisi kepala tambahan masih dalam baris kepala._
Penting :_Yang aslinya saja apabiia dua kepala itu diketahui antara yang
asli dan tambahan dan posisinya tidak sejajar/tidak berada
pada posisi wajah semestinya._
[حاشية الباجري بشرح فتح القريب]
_Karena untuk memastikan bahwa seluruh bagian wajah telah terbasuh. Sebab tidak bisa diyakini bahwa seluruh wajah telah terbasuh kecuali dengan membasuh bagian-bagian itu juga._
________________________________
Membasuh Kedua Tangan
Fardlu yang ketiga adalah membasuh kedua tangan hingga kedua siku.
Jika seseorang tidak memiliki kedua siku, maka yang dipertimbangkan adalah kira-kiranya.
Dan wajib membasuh perkara-perkara yang berada di kedua tangan, yaitu bulu, uci-uci, jari tambahan dan kuku.
Dan wajib menghilangkan perkara yang berada di bawah kuku, yaitu kotoran-kotoran yang bisa mencegah masuknya air.
_Apabila seseorang memiliki berapa tangan maka wajib dibasuh
semua selain tangan yang diyakini sebagai tambahan [muncul
baru] dan tidak dalam posisi tangan sewajarnya. lni berlaku juga
untuk kaki._
[حاشية الباجوري بشرح فتح القريب]
________________________________
Mengusap Kepala
Fardlu yang ke empat adalah mengusap sebagian kepala, baik laki-laki atau perempuan.
Atau mengusap sebagian rambut yang masih berada di batas kepala.
Tidak harus menggunakan tangan untuk mengusap kepala, bahkan bisa dengan kain atau yang lainnya.
Seandainya dia membasuh kepala sebagai ganti dari mengusapnya, maka diperkenankan.
Dan seandainya dia meletakkan [di atas kepala] tangannya yang telah di basahi dan tidak mengerakkannya, maka diperkenankan.
_Apabila seseorang tercipta memiliki dua kepala maka cukup mengusap rambut dari salah satu kepala._
Kitab : Asnal Matholib Abu Zakaria Al-Anshoriy
________________________________
Membasuh Kedua Kaki
Fardlu yang ke lima adalah membasuh kedua kaki hingga kedua mata kaki, jika orang yang melaksanakan wudlu’ tersebut tidak mengenakan dua muza.
Jika dia mengenakan dua muza, maka wajib bagi dia untuk mengusap kedua muza atau membasuh kedua kaki.
Dan wajib membasuh perkara-perkara yang berada di kedua kaki, yaitu bulu, daging tambahan, dan jari tambahan sebagaimana keterangan yang telah dijelaskan di dalam permasalahan kedua tangan.
_Apabila kaki seseorang tidak memiliki kedua mata kaki, maka
wajib membasuh kaki seukuran kaki orang pada umumnya yang
memiliki mata kaki._
[حاشية الباجري بشرح فتح القريب]
________________________________
Tertib
Fardlu yang ke enam adalah tertib di dalam pelaksanaan wudlu’ sesuai dengan cara yang telah saya jelaskan di dalam urutan fardlu-fardlunya wudlu’.
Sehingga, kalau lupa tidak tertib, maka wudlu’ yang dilaksanakan tidak mencukupi.
Seandainya ada empat orang yang membasuh seluruh anggota wudlu’nya seseorang sekaligus dengan seizinnya, maka yang hilang hanya hadats wajahnya saja.
Komentar
Posting Komentar
Harap berkomentar yang baik