Langsung ke konten utama

DEFINISI FAQIR DAN MISKIN

 *📖DEFINISI FAQIR DAN MISKIN📖*

*I. FAQIR*

Orang-orang yang masuk kategori faqir adalah ;

1. Seseorang yang tidak memiliki harta dan pekerjaan sama sekali. Pekerjaan yang dimaksud adalah pekerjaan yang halal dan dianggap layak baginya.

2. Seseorang yang hanya memiliki harta (tidak punya pekerjaan) dan tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya di sisa umur orang pada umumnya (umur gholib) ketika harta tersebut dikalkulasi, sedangkan harta tersebut tidak dikembangkan. Umur orang pada umumnya (umur gholib) adalah 62 tahun terhitung mulai ia dilahirkan. Misalnya di saat pembagian zakat ia berumur 35 tahun, maka kebutuhan yang diperhitungkan adalah kebutuhan untuk 27 tahun kedepan.

*Contoh :*

Di saat pembagian zakat, Budi berusia 42 tahun dan hanya memiliki harta senilai Rp 50.000.000,-, harta tersebut tidak dikembangkan sama sekali, hanya dikonsumsi untuk kebutuhan sehari-hari. Sedangkan biaya hidupnya per-hari sebesar Rp 50.000,- maka ;

50.000.000 : 20 (tahun sisa umurnya) = 2. 500.000,-

2. 500.000,- : 354 (jumlah satu tahun Hijriyyah)  =  7.060,-

Jadi, harta Budi sebesar Rp 50.000.000 apabila dibagi per-hari untuk 20 tahun ke depan tidak mencukupi kebutuhannya, sebab biaya hidupnya per-hari Rp 50.000, padahal setiap harinya ia hanya mampu mengeluarkan Rp 7.060,- sehingga Budi masuk kategori faqir dan berhak mendapatkan zakat. 

Namun apabila harta tersebut dikembangkan, maka penghitungannya adalah perhari, bukan sisa umur orang pada umumnya (umur gholib).

3. Seseorang yang hanya memiliki pekerjaan (tidak punya harta), namun tidak mencukupi kebutuhannya, semisal ia membutuhkan biaya hidup per-hari sebesar Rp 50.000,- sedangkan penghasilannya cuma Rp 10.000,- perhari.

4. Seseorang yang memiliki harta plus penghasilan, namun keduanya tidak mencukupi kebutuhannya. Misalkan Andi membutuhkan biaya hidup per-hari sebesar Rp 50.000,-. Ia punya harta kekayaan sebagaimana poin nomor 2 sehingga setiap harinya ia hanya mampu mengeluarkan Rp 7.060,- dan mempunyai penghasilan sebagaimana poin nomor 3 yaitu cuma Rp 10.000,- perhari, maka ;

Rp 50.000,- - (Rp 10.000,- + Rp 7.060,-) 

Rp 50.000,- - Rp 17.060,- = Rp 22.940,- perhari

Sehingga Andi masuk kategori faqir dan berhak mendapatkan zakat. 

*📚Catatan📚*

Kebutuhan yang dimaksud adalah kebutuhan pokok yaitu makanan, pakaian, tempat tinggal dan lain-lain yang harus terpenuhi sesuai dengan keadaannya dan orang-orang  yang wajib ia nafkahi dengan normal (tidak terlalu hemat/sederhana dan boros/mewah).

Kepemilikan berupa tempat tinggal, pakaian, piutang yang belum jatuh tempo, atau harta benda yang tersimpan di luar kota yang berjarak dua marhalah atau lebih, tidak mempengaruhi statusnya sebagai faqir. 

Orang-orang yang telah tercukupi kebutuhannya oleh orang tua, anak, atau suami tidak termasuk faqir. 

*II. MISKIN*

Yang dimaksud dengan miskin adalah orang-orang yang memiliki harta atau pekerjaan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya dan orang-orang yang menjadi tanggung jawabnya namun tidak mencukupi. Atau dengan kata lain orang-orang yang pemasukannya tidak sebanding dengan pengeluaran. Seperti biaya hidup yang harus ia penuhi sebesar Rp 50. 000 per-hari, namun ia hanya mampu menghasilkan Rp 30. 000 per-hari. Perbedaan faqir dengan miskin adalah terletak pada pemasukan yang dihasilkan. Apabila pemasukan tidak mencapai separuh dari pengeluaran, maka ia terkategori orang faqir, sedangkan apabila mencapai separuh atau bahkan lebih, maka ia terkategori miskin.

✒ Sedangkan bagi amil tidak diharuskan mendeteksi faqir dan miskin secara detail dan sesuai dengan kenyataan bahwa ia benar-benar faqir dan miskin. Pandangan masyarakat dapat dibenarkan untuk menghantarkan dugaan (dzan) bahwa seseorang tergolong faqir atau kaya karena telah dilandasi bukti-bukti lahiriyah yang nyata. Misalkan dengan memandang rumahnya yang kondisinya terlihat tidak mampu, kesehariannya sebagaimana orang yang faqir dan miskin, sering meminta-minta dan lain-lain. Namun masalah berhak menerima dan tidaknya, harus sesuai dengan kenyataan sebagaimana definisi di atas.

*📚Referensi📚*

Hasyiyah Al Bajuri karya Syekh Ibrahim Al Bajuri

Hasyiyah Al Jamal karya Syekh Sulaiman Al Jamal 

Radd Al Mukhtar karya Syekh Ibnu ‘Abidin 

Mughni Al Muhtaj karya Syekh Muhammad Al Khatib Asy Syirbini


standart faqir dalam zakat

الجمل الجزء الرابع ص: 89+98

(وللمساكين) الصادقين بالفقراء (ولابن السبيل) أي الطريق (الفقير) منا ذكورا كانوا أو إناثا للآية مع ما مر آنفا وسيأتي بيان الصنفين وبيان الفقير في الباب الآتي ويجوز أن يجمع للمساكين بين الكفارة وسهمهم من الزكاة والخمس فيكون لهم ثلاثة أموال وإن اجتمع في أحدهم يتم ومسكنة أعطي باليتم فقط لأنه وصف لازم والمسكنة زائلة وللإمام التسوية والتفضيل بينهم بحسب الحاجة وقولي منا مع الفقير من زيادتي.-الى أن قال- (كتاب قسم الزكاة) مع بيان حكم صدقة التطوع والأصل في الأولى آية "إنما الصدقات للفقراء" وأضاف فيها الصدقات إلى الأصناف الأربعة الأولى فاللام الملك وإلى الأربعة الأخيرة بفي الظرفية للإشعار بإطلاق الملك في الأربعة الأولى وتقييده في الأخيرة حتى إذا لم يحصل الصرف في مصارفها استرجع بخلافه في الأولى على ما يأتي . (هي) أي الزكاة لثمانية (لفقير) وهو (من لا مال له ولا كسب لائق) به (يقع) جميعهما أو مجموعهما (موقعا من كفايته) مطعما وملبسا ومسكنا وغيرها مما لا بد له منه على ما يليق بحاله وحال ممونه كمن يحتاج إلى عشرة ولا يملك أو لا يكسب إلا درهمين أو ثلاثة وسواء أكان ما يملكه نصابا أم أقل أم أكثر (ولو غير زمن ومتعفف) عن المسألة لقوله تعالى " وفي أموالهم حق للسائل والمحروم " أي غير السائل ولظاهر الأخبار (ولمسكين) وهو (من له ذلك) أي مال أو كسب لائق به يقع موقعا من كفايته (ولا يكفيه) كمن يملك أو يكسب سبعة أو ثمانية ولا يكفيه إلا عشرة والمراد أنه لا يكفيه العمر الغالب وقيل سنة وخرج بلائق كسب لا يليق به فهو كمن لا كسب له (ويمنع فقر الشخص ومسكنته) والتصريح بها من زيادتي (كفايته بنفقة قريب أو زوج) لأنه غير محتاج كمكتسب كل يوم قدر كفايته (واشتغاله بنوافل) والكسب يمنعه منها (لا) اشتغاله (بعلم شرعي) يتأتى منه تحصيله (والكسب يمنعه) منه لأنه فرض كفاية وقولي شرعي من زيادتي (ولا مسكنه وخادمه وثياب وكتب) له

Komentar

Postingan populer dari blog ini

PERBEDAAN AMIL DAN PANITIA ZAKAT

 PERBEDAAN   AMIL DAN PANITIA ZAKAT 1- Amil adalah wakilnya mustahiq. Dan Panitia zakat adalah wakilnya Muzakki. 2- Zakat yang sudah diserahkan pada amil apabila hilang atau rusak (tidak lagi layak di konsumsi), kewajiban zakat atas muzakki gugur. Sementara zakat yang di serahkan pada panitia zakat apabila hilang atau rusak, maka belum menggugurkan kewajiban zakatnya muzakki. - (ﻭﻟﻮ) (ﺩﻓﻊ) اﻟﺰﻛﺎﺓ (ﺇﻟﻰ اﻟﺴﻠﻄﺎﻥ ﻛﻔﺖ اﻟﻨﻴﺔ ﻋﻨﺪﻩ) ﺃﻱ ﻋﻨﺪ اﻟﺪﻓﻊ ﺇﻟﻴﻪ ﻭﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﻨﻮ اﻟﺴﻠﻄﺎﻥ ﻋﻨﺪ اﻟﺪﻓﻊ ﻟﻠﻤﺴﺘﺤﻘﻴﻦ * ﻷﻧﻪ ﻧﺎﺋﺒﻬﻢ ﻓﺎﻟﺪﻓﻊ ﺇﻟﻴﻪ ﻛﺎﻟﺪﻓﻊ ﻟﻬﻢ ﺑﺪﻟﻴﻞ ﺃﻧﻬﺎ ﻟﻮ ﺗﻠﻔﺖ ﻋﻨﺪﻩ اﻟﺰﻛﺎﺓ ﻟﻢ ﻳﺠﺐ ﻋﻠﻰ اﻟﻤﺎﻟﻚ ﺷﻲء ﻭاﻟﺴﺎﻋﻲ ﻓﻲ ﺫﻟﻚ ﻛاﻟﺴﻠﻄﺎﻥ.* - {نهاية المحتاج جز ٣ ص ١٣٩} - (ﻭﻟﻮ ﺩﻓﻊ ﺇﻟﻰ اﻟﺴﻠﻄﺎﻥ) ﺃﻭ ﻧﺎﺋﺒﻪ ﻛﺎﻟﺴﺎﻋﻲ (ﻛﻔﺖ اﻟﻨﻴﺔ ﻋﻨﺪﻩ) ﺃﻱ ﻋﻨﺪ اﻟﺪﻓﻊ ﺇﻟﻴﻪ ﻭﺇﻥ ﻟﻢ ﻳﻨﻮ اﻟﺴﻠﻄﺎﻥ ﻋﻨﺪ اﻟﺼﺮﻑ؛ * ﻷﻧﻪ ﻧﺎﺋﺐ اﻟﻤﺴﺘﺤﻘﻴﻦ ﻓﺎﻟﺪﻓﻊ ﺇﻟﻴﻪ ﻛﺎﻟﺪﻓﻊ ﺇﻟﻴﻬﻢ ﻭﻟﻬﺬا ﺃﺟﺰﺃﺕ ﻭﺇﻥ ﺗﻠﻔﺖ ﻋﻨﺪﻩ ﺑﺨﻼﻑ اﻟﻮﻛﻴﻞ* ﻭاﻷﻓﻀﻞ ﻟﻹﻣﺎﻡ ﺃﻥ ﻳﻨﻮﻱ ﻋﻨﺪ اﻟﺘﻔﺮﻗﺔ ﺃﻳﻀﺎ.. - {تحفة المحتاج جز ٣ ص ٣٥٠} 3- Menyerahkan zakat pada amil hukumnya Afdhol (lebih utama) daripada di serahkan sendiri oleh muzakki pada m

MEMBERIKAN ZAKAT FITRAH KEPADA USTADZ

PENGERTIAN FII SABILILLAH MENURUT PERSPEKTIF EMPAT MADZHAB. Sabilillah ( jalan menuju Allah ) itu banyak sekali bentuk dan pengamalannya, yg kesemuanya itu kembali kepada semua bentuk kebaikan atau ketaatan. Syaikh Ibnu Hajar alhaitamie menyebutkan dalam kitab Tuhfatulmuhtaj jilid 7 hal. 187 وسبيل الله وضعاً الطريقة الموصلةُ اليه تعالى (تحفة المحتاج جزء ٧ ص ١٨٧) Sabilillah secara etimologi ialah jalan yang dapat menyampaikan kepada (Allah) SWT فمعنى سبيل الله الطريق الموصل إلى الله وهو يشمل كل طاعة لكن غلب إستعماله عرفا وشرعا فى الجهاد. اه‍ ( حاشية البيجوري ج ١ ص ٥٤٤)  Maka (asal) pengertian Sabilillah itu, adalah jalan yang dapat menyampaikan kepada Allah, dan ia mencakup setiap bentuk keta'atan, tetapi menurut pengertian 'uruf dan syara' lebih sering digunakan untuk makna jihad (berperang). Pengertian fie Sabilillah menurut makna Syar'ie ✒️ Madzhab Syafi'ie Al-imam An-nawawie menyebutkan didalam Kitab Al-majmu' Syarhulmuhaddzab : واحتج أصحابنا بأن المفهوم في ا

Tata Cara Shalat Bagi Pengantin Saat Walimah Ursy

 *Tata Cara Shalat Bagi Pengantin Saat Walimah Ursy* Maklum diketahui bahwa ketika seseorang mengadakan acara walimah, maka penganten, bahkan ibu penganten dan keluarga terdekat, merias wajah dengan make up yang cukup tebal. Acara walimah ini biasanya memakan waktu berjam-jam bahkan tak jarang belum selesai sampai waktu shalat tiba. Maka bagaimanakah tata cara thaharah dan shalat bagi wanita yang memakai riasan ini? Solusi 1: Menghapus riasan wajah dan shalat sesuai waktunya Perlu diketahui bahwa salah satu syarat sah wudhu adalah tidak terdapat hal yang menghalangi tersampainya air wudhu ke anggota badan yang wajib dibasuh, tentu penggunaan make up yang tebal sudah pasti menghalangi air wudhu. Maka bagi wanita yang memakai riasan pengantin tersebut tidak boleh berwudhu kecuali sudah menghapus bersih riasan yang ada di wajah, sehingga yakin jika air wudhu benar-benar mengenai anggota wudhu, tidak cukup hanya dengan mengalirkan air tanpa terlebih dahulu menghapus make up nya seperti yan