Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Maret, 2019

Aqad Panen Padi

Deskripsi Masalah Disuatu daerah ada sebuah kebiasaan, manakala musim panen tiba, para buruh padi mendapat imbalan gabah sebagai ongkos kerjanya. Pertanyaan @   Disebut akad apakah praktek di atas, dan bagaimana hukumnya? Jawaban @   Bisa disebut akad ju’alah dan bisa juga disebut akad ijarah tergantung praktek akadnya.Untuk akad ju’alah hukumnya sah dengan model seperti “Panenkan padiku dengan ongkos gabah perkwintalnya 10 Kg” atau sejenisnya. 1. بغية المسترشدين صحيفة  168-169 دار الفكر ( مسألة ك ) انكسر مركب في البحر فامر صاحبه ان كل من اخرج من المتاع شيئا فله ربعه مثلا فان كان المجعول عليه معلوما عند الجعيل بان شاهده قبل الغرق او وصفه له صح العقد واستحق وإلا فسد واستحق أجرة المثل .إهـ. 2. توشيح على ابن قاسم الغازي صحيفة 169 ( الجعالة ) وشرعا التزام مطلق التصرف عوضا معلوما على عمل معين او مجهول لمعين او غيره .إهــ. 3. توشيح على ابن قاسم الغازي صحيفة 167 ( الإجارة ) وشرعا عقد على منفعة معلومة مقصودة قابلة للبذل والإباحة بعوض معلوم .إهــ.

NADZAR PUASA TERNYATA JATUH PADA HARI RAYA

NADZAR PUASA TERNYATA JATUH PADA HARI RAYA Assalamualaikum.. Kronologi masalah Seseorang bernadzar jika usaha nya berhasil maka ia akan berpuasa di hari esoknya dimana urusan nya berhasil. Dan urusan nya sukses 1 hari sebelum hari raya idul adha. Jadi dia harus berpuasa nadzar bertepatan dg hari raya idul adha.. *Pertanyaan* a. Apakah dia masih diwajibkan berpuasa nadzar melihat kontek diatas.? *Jawaban sub a* Tidak boleh dilaksanakan dan tidak wajib qodlo menurut pendapat ashoh *Ibarot* *الحاوي الفتاوي السيوطي* وَلَوْ نَذَرَ أَنْ يَصُومَ الْيَوْمَ الَذِي يَقْدُمُ فِيهِ فُلَانٌ أَبَدًا، فَقَدِمَ يَوْمَ الِاثْنَيْنِ فَعَلَيْهِ أَنْ يَصُومَ كُلَّ اثْنَيْنِ يَسْتَقْبِلُهُ، *إِلَّا أَنْ يَكُونَ يَوْمَ فِطْرٍ أَوْ أَضْحَى أَوْ تَشْرِيقٍ فَلَا يَصُومُهُ وَلَا يَقْضِيهِ*، وَقَالَ فِي كِتَابِ الصَّوْمِ: عَلَيْهِ الْقَضَاءُ. *شرح المهذب مع المجموع ج ٨ ص ٤٨٠* وَإِنْ نَذَرَ أَنْ يَصُومَ فِي كُلِّ اثْنَيْنِ لَمْ يَلْزَمْهُ قَضَاءُ أَثَانِينَ رَمَضَانَ لِأَنَّهُ يَعْلَمُ أ

Bolehkah Memanggil Non Muslim Dengan Panggilan Kafir ?

Bolehkah Memanggil Non Muslim Dengan Panggilan Kafir ? Akhir-akhir ini publik ramai merespon salah satu hasil keputusan musyawarah nasional organisasi islam terbesar di Indonesia. Salah satu permasalahan penting yang dibahas dalam momentum Munas tersebut yakni tentang "Status Non-Muslim dalam konteks Negara-Bangsa (Nation State). Pada Munas tersebut merumuskan bahwa Non-Muslim dalam Konteks Negara-Bangsa adalah berstatus Warga Negara (Muwathin) yang memiliki hak dan kewajiban yang setara dengan warga negara yang lain. Mereka tidak masuk dalam kategori jenis kafir yang biasa ditemukan dalam kitab fikih klasik yakni Mu'ahad, musta'man, dzimmi, dan harbi. Sehingga non-muslim di Indonesia yang notabene merupakan salah satu wujud Negara-Bangsa, tidak dapat dikategorikan sebagai satupun dari kafir Mu'ahad, Kafir Musta'man, Kafir Dzimmi, terlebih sebagai Kafir Harbi. Sebab semua klasifikasi dari jenis kafir diatas sama sekali tidak dapat dianalogikan pada Non-Mu

Kasus Imam Menambah Rakaat

Kasus Imam Menambah Rakaat Hindun berjamaah shalat ‘ashar namun menjadi makmum masbuq yang tertinggal satu rakaat, dalam shalat tersebut imamnya menjalankan shalat hingga lima rakaat karena lupa bahkan sudah diingatkan makmum. Oleh sebab itu Hindun bingung, apakah ia tetap menambahi satu rakaat lagi atau tidak ? karena rakaat shalat yang dilakukan hindun sudah genap 4 rakaat. Atau adakah solusi lain ? Jawaban :  Dalam kasus di atas, karena Hindun tahu kalau ternyata sang Imam menambah rakaat maka bagi Hindun ada dua pilihan, memisahkan diri dari jamaah dan menambah rakaat yang tertinggal tanpa mengikuti imam, atau menunggu imam ( dengan cara duduk tahiyyat ) sampai imam salam, kemudian Hindun menambah satu rakaat yang tertinggal. dan menunggu ini yang lebih utama. Berbeda seandainya Hindun tidak tahu kalau yang dikerjakan imam adalah rakaat ke lima kemudian Hindun mengikuti imamnya ( dalam rakaat ke lima) maka rakaat tersebut terhitung baginya ( tidak menambah satu rakaat lagi).