Langsung ke konten utama

Postingan

Menampilkan postingan dari Agustus, 2015

Apakah al-Qur'an Latin Berstatus Mushaf ?

Apakah al-Qur'an Latin Berstatus Mushaf ? Diskripsi Masalah Dalam setiap penulisan surat maupun dalam lembaran surat kabar sering kita menemukan tulisan Asmaul muadzom dalam huruf 'ajami (latin). Ironisnya hal tersebut sering kita lihat berserakan di tempat-tempat yang tidak layak. Tentunya sebagai insan pesantren kita harus merespon persoalan ini. Pertanyaan Masih dihukumi Asmaul Muadzom -kah tulisan tersebut ketika ditulis dengan huruf Indonesia ?  Jika masih dihukumi Asmaul Muazdom , siapakah yang patut disalahkan atas kejadian tersebut ? Jawaban Untuk Asma' Muadzom yang berupa Al-Qur'an dan ditulis dengan huruf latin, tetap dihukumi mushhaf atau Asmaul Muadzam menurut Imam Romly. Sedangkan untuk selain Al-Qur'an, belum terbahas. Ibarat حاشية الجمل شرح المنهج الجزء الأول ص : 76 (فائدة) سئل الشهاب الرملي هل تحرم كتابة القرآن العزي

WANITA HAID BOLEH MASUK MASJID

WANITA HAID BOLEH MASUK MASJID hukumnya wanita yang haid mengikuti pengajian di masjid dan dia yakin tidak akan tembus . Masalah ini memang banyak disalah pahami oleh banyak orang, untuk lebih jelasnya, berikut ini kami uraikan pendapat-pendapat para ulama' dalam masalah ini; 1. Semua ulama' sepakat bahwa wanita yang sedang haid diharamkan berdiam diri dimasjid. Diantara dalilnya adalah sabda Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam; لَا أُحِلُّ الْمَسْجِدَ لِحَائِضٍ وَلَا جُنُبٍ "Aku tidak menghalalkan masjid bagi orang yang sedang haid dan junub." (Sunan Abu Dawud, no.232) Para ulama' menyatakan bahwa keharaman ini masih berlaku meskipun tujuannya untuk mengerjakan ibadah seperti i'tikaf. 2. Semua ulama' sepakat wanita yang haid boleh lewat didalam masjid jika memang dilakukan karena terpaksa (dhorurot), seperti menghawatirkan keselamatan jiwa, berdasarkan firman Allah; يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا لَا تَقْرَبُوا الصَّلَاةَ وَأ

HUKUM TAFSIR YANG DITULIS DIPINGGIR MUSHAF

HUKUM TAFSIR YANG DITULIS DIPINGGIR MUSHAF Menurut imam Romli , tafsir yang ditulis dipinggir mushaf   atau dibawah , yakni disendirikan dengan al-Qur’an hukumnya sama dengan tafsir dada umumnya. Artinya, bila tafsirannya lebih banyak maka boleh menyentuhnya ketika dalam keadaan hadas Referensi Hasyiah jamal   jil 1 hal 77   ( قَوْلُهُ : وَمَحَلُّهُ إذَا كَانَ أَكْثَرَ ) ، وَالْأَوْجَهُ أَنَّ الْعِبْرَةَ بِالْقِلَّةِ وَالْكَثْرَةِ بِاعْتِبَارِ الْحُرُوفِ لَا الْكَلِمَاتِ وَأَنَّ الْعِبْرَةَ فِي الْكَثْرَةِ وَعَدَمِهَا فِي الْمَسِّ بِحَالَةِ وَضْعِهِ وَفِي الْحَمْلِ بِالْجَمِيعِ وَسُئِلَ الْعَلَّامَةُ الرَّمْلِيُّ عَمَّا لَوْ كُتِبَ تَفْسِيرٌ عَلَى هَوَامِشِ مُصْحَفٍ مَثَلًا هَلْ يَبْقَى لَهُ حُكْمُ الْمُصْحَفِ أَمْ يَصِيرُ كَالتَّفْسِيرِ ؟ فَأَجَابَ بِأَنَّهُ يَصِيرُ كَالتَّفْسِيرِ أَقُولُ وَفِيهِ نَظَرٌ ؛ لِأَنَّ الْهَوَامِشَ قَبْلَ كِتَابَةِ التَّفْسِيرِ عَلَيْهَا تَحْرُمُ تَبَعًا لِلْقُرْآنِ فَإِنْ حُمِلَ كَلَامُهُ عَلَى مَا إذَا كَانَ يَكْتُبُ الْآيَةَ عَلَى حِدَ

Suami minta yang aneh-aneh

Suami minta yang aneh-aneh Jika ada suami meminta istrinya untuk naik diatas penis-nya , seraya wanita itu bergoyang-goyang, maka permintaan suami tersebut menurut al-Qo’i tidak wajib dituruti, Namun hal ini masih ditentang oleh Abu Syukail ketika suami memintanya Referensi Fatawa ibnu hajar halaman 337 ( مسألة) لو طلب من زوجته الصعود على ذكره وحركاتها قال القلعيّ لا يلزمها وخالفه أبو شكيل حيث طلب ذلك . إهــ   (بلغة الطلب وكذا في فتاوى إبن حجر ص 337 )

SAAT JIMAK MENGHAYALKAN WANITA LAIN

SAAT JIMAK MENGHAYALKAN WANITA LAIN             Seorang laki-laki saat jimak dgn istrinya sedangkan dia membayangkan kecantikan wanita lain , hukumnya khilaf; >Menurut Abul Qosim bin al-Barizi hukumnya haram >Menurut Ibnu Subki hukumnya tidak Dosa, karena sesuatu yg hanya terbesit dalam fikiran , selagi tidak dilakukan atau diucapkan hukumnya boleh-boleh saja. Referensi Fatawa ibnu hajar 4 hal 87   ( وَسُئِلَ ) فِي رَجُلٍ جَامَعَ زَوْجَتَهُ مُتَفَكِّرًا فِي مَحَاسِنِ أَجْنَبِيَّةٍ فَهَلْ يُحَرَّمُ ؟ ( فَأَجَابَ ) بِقَوْلِهِ الَّذِي أَفْتَى بِهِ أَبُو الْقَاسِمِ بْنُ الْبَزْرِيُّ بِأَنَّهُ لَا يَحِلُّ وَقَدْ بَسَطَ الْكَلَامَ عَلَى ذَلِكَ فِي تَرْجَمَتِهِ ابْنُ السُّبْكِيّ فِي طَبَقَاتِهِ وَرَجَّحَ عَدَمَ التَّأْثِيمِ لِحَدِيثِ { إنَّ اللَّهَ تَجَاوَزَ لِي عَنْ أُمَّتِي مَا حَدَّثَتْ بِهِ أَنْفُسَهَا مَا لَمْ تَتَكَلَّمْ أَوْ تَعْمَلْ بِهِ } أَيْ بِالْعَمَلِ الَّذِي عَزَمَ عَلَيْهِ وَهَذَا لَمْ يَعْمَلْ بِمَا عَزَمَ عَلَيْهِ ا هـ وَيُؤَيِّدُ التَّحْرِيمَ ق